Perilaku Terbaik

“Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (QS 33:21)

Akhlak berdampak nyata dalam kehidupan manusia. Ilmu bagai pohon dan akhlak adalah buahnya. Orang beriman adalah yang paling banyak memberi manfaat.

pengertian akhlak,Fungsi, Ruang Lingkup Ahklak dan Pembahasan

1. Teladan Akhlak
2. Akhlak Sosial
2.1 Ibadah Wajib
2.2 Ibadah Sunah
2.3 Keputusan Pribadi
3. Akhlak Digital
4. Perbedaan Digital
4.1 Perbedaan Ibadah
4.2 Perbedaan Strategi
4.3 Perbedaan yang Menganulir
4.4 Perbedan Kriminal

Orang yang berpuasa, terus-menerus, menempa diri untuk berakhlak mulia. Kata-katanya hanya yang baik-baik saja. Ketika amarah memancing, orang puasa mampu mengelolanya. Memaafkan orang yang salah, menolong yang lemah, menasehati yang serakah. Tidak hanya kata-kata, orang beriman memberi contoh nyata. Bulan Ramadhan, mari jadikan bulan suci sebagai bulan akhlak mulia.

1. Teladan Akhlak

Bahkan Nabi menegaskan diutus sengaja untuk menyempurnakan akhlak mulia. Sejatinya, umat manusia sudah punya akhlak yang baik. Tetapi akhlak yang baik ini bisa saja lambat laun tersingkir, tertutup oleh hawa nafsu. Maka Nabi hadir menerangi, untuk menyempurnakan akhlak mulia ini, menuju kebahagiaan hakiki dunia dan akhirat.

Akhlak Nabi yang mulia nan agung ini terekam sepenuhnya dalam AlQuran. Kita bisa mengkaji mendalam ayat-ayat suci AlQuran untuk mereguk hikmahnya yang tak bertepi. “Dia memberi hikmah kepada siapa saja yang Dia kehendaki. Barang siapa mendapat hikmah maka sungguh itu adalah kebaikan yang agung. Dan tidak akan mampu memahami kecuali orang-orang yang cerdas.”

Mengambil hikmah dari AlQuran adalah pelajaran paling besar. Mengambil hikmah dari pengalaman Nabi adalah pelajaran yang mulia. Mengambil hikmah dari seluruh sisi kehidupan adalah pelajaran nyata.

Perlu kita catat, mengambil hikmah adalah tugas kita dalam proses bertakwa kepada Allah. Kita perlu memanfaatkan segala sumber daya: pikiran, rasa, intuisi, fisik, dan semua yang ada. Hikmah bukan sekedar klaim mengaku yang paling benar. Hikmah bukan sekedar klaim sesuai ayat AlQuran. Hikmah bukan sekedar klaim sesuai hadis Nabi. Hikmah adalah proses menerima dari Sang Pemberi.

Hikmah adalah milik orang beriman. Maka ambillah hikmah di mana pun berada.

2. Akhlak Sosial

Berawal dari akhlak personal yang mulia berdampak ke akhlak sosial yang nyata. Akhlak personal saling terkait dengan akhlak sosial. Kita memahami bagaimana cara menahan diri, menahan amarah, menahan nafsu, dan sebagainya dari guru kita, dari kehidupan sosial kita. Pada gilirannya, kita perlu menerapkan segala akhlak mulia ke bidang sosial secara luas.

Paling nyata adalah berbagi zakat dan sedekah.

Bolehkah pamer dalam bersedekah? Agar banyak orang lain terinsipirasi untuk ikut sedekah?

Kita sering membaca berita bahwa ada orang kaya yang membagi seribu bingkisan sedekah. Orang-orang, fakir-miskin, mengantri berkumpul di rumah orang kaya itu untuk mendapatkan bingkisan. Beberapa jam kemudian bingkisan mulai dibagikan. Meriah sekali.

Boleh kah pamer sedekah seperti itu? AlQuran sudah membahas pamer sedekah ini dengan lembut.

“Jika kamu menampakkan sedekah-sedekahmu, maka itu baik. Dan jika kamu menyembunyikannya dan memberikannya kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu dan Allah akan menghapus sebagian kesalahan-kesalahanmu. Dan Allah Mahateliti apa yang kamu kerjakan.” (QS 2:271)

Seharusnya kita memamerkan ketakwaan dengan tujuan untuk memberi inspirasi agar lebih banyak orang ikut berbuat takwa. Perlu kita ingat bahwa hanya jenis takwa tertentu yang bisa dipertontonkan. Sementara sebagian besar takwa yang lain justru harus dirahasiakan. Perlu kehati-hatian untuk memilihnya.

Apa saja bentuk ketakwaan yang boleh dipamerkan? Saya merumuskan tiga kriteria berikut untuk jadi pertimbangan. Dan agar niat akhlak mulia, tetap, berbuah akhlak mulia juga.

2.1 Ibadah wajib. Kita boleh memamerkan ibadah wajib misal sholat Jumat. Atau membayar zakat fitrah. Justru karena wajib maka menunjukkan pelaksanaan kewajiban tersebut dapat menjadi reminder bagi orang lain.

2.2 Ibadah sunah sebaiknya disembunyikan. Anda rajin sholat malam? Akan lebih baik bila tidak dipamerkan. Rajin puasa Dawud? Bagus juga bila dirahasiakan. Apalagi ibadah sunah personal.

2.3 Keputusan pribadi. Pertimbangkan banyak hal termasuk keselamatan bersama. Pernah kejadian rumah orang kaya yang dikerumuni ratusan, bahkan ribuan orang, roboh pagarnya. Bahkan ketika orang-orang naik ke lantai atas, rumah itu roboh, memakan banyak korban.

Alternatifnya, dari pada mengumpulkan banyak orang maka kita bisa memilih mengantarkan bingkisan itu langsung ke rumah-rumah fakir-miskin yang berhak menerimanya. Tetapi, karena ini semua adalah keputusan pribadi kita, maka kita perlu berpikir terbuka untuk menerima beragam sudut pandang terbaik.

3. Akhlak digital

Pamer kebaikan di media digital menjadi lebih mudah lagi. Kita tinggal share saja maka konten digital kita langsung bisa diakses di seluruh dunia. Lebih parah lagi, kita tidak bisa mengendalikan penonton digital, subscriber atau follower kita. Akibatnya, apa pun yang kita share di media sosial bisa direspon bebas oleh masing-masing orang. Bahkan bebas di buat framing baru.

Konsekuensinya, kita perlu lebih hati-hati untuk share di media digital. Benar-benar bersihkan hati hanya berniat untuk kebaikan bersama. Dan pertimbangkan beragam kriteria di atas.

4. Perbedaan Digital

Tak bisa dihindari, terjadi banyak perbedaan. Apalagi di era digital maka perbedaan makin beragam, makin tajam. Kita perlu mengembangkan akhlak baru di jaman digital yang bisa kita sebut sebagai akhlak digital.

Masing-masing orang bisa memahami hikmah sesuatu, sesuai kemampuannya. Hikmah ini pun dipengaruhi oleh pengalaman dan interpretasi.

4.1 Perbedaan dalam aturan ibadah ritual maka sebaiknya saling menghormati. Misal ada yang sholat tarawih 11 rakaat dan lainnya 23 rakaat. Masing-masing memiliki dalil dan interpretasi.

4.2 Perbedaan strategi dalam kebaikan dan takwa bisa saling melengkapi. Ada pihak tertentu yang menyalurkan bantuan berupa makanan dan lainnya fasilitas kesehatan. Di antara pihak-pihak bisa mandiri atau sinergi.

4.3 Perbedaan yang menganulir. Kadang-kadang suatu pandangan menganulir pihak lain. Misal, ada yang meyakini bahwa bunga bank adalah riba. Maka haram. Sementara ada pihak yang menyatakan bunga bank bukan riba, maka halal. Pihak yang menyatakan riba bersifat menganulir pihak lain. Dalam kasus ini, semua pihak perlu saling respek. Terutama pihak yang menganulir perlu membatasi diri untuk tidak memaksa pihak lain – sejauh tidak kriminal.

4.4 Perbedaan kriminal. Tetap menjaga rasa hormat, perlu dilakukan mediasi bahkan pengadilan. Semua pihak perlu menghormati proses pengadilan.

Dan barangkali masih banyak perbedaan-perbedaan lain. Bahkan perbedaan ini pun terus bertumbuh kembang. Maka kita benar-benar perlu terus konsisten mengembangkan perilaku terbaik, akhlak terpuji.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

2 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: