Bagian 1: Kenali Waktu
1.1 Lahir sampai Mati
1.2 Dinamika Waktu
1.3 Waktu Abadi
Mengenali waktu adalah tugas yang mudah karena setiap saat kita hidup bersama waktu. Tetapi, mengungkapkan apa itu waktu adalah tugas yang sangat sulit. Demikian juga, mengenali detil-detil dari waktu, sama sulitnya. Pada bagian ini, kita akan mengenali waktu dari perspektif yang mudah kemudian berusaha memanfaatkannya dengan baik.

1.1 Lahir sampai Mati
Kita, secara intuisi langsung, mengenali bahwa waktu kita di dunia adalah terbatas sejak lahir sampai mati. Tidak kurang, tidak lebih. Apa saja yang Anda kerjakan selama hidup di dunia itu? Apakah menjadikan Anda beruntung? Atau, menjadi rugi?
(a) Orang rugi. Saya tidak percaya bahwa waktu cepat berlalu. Ketika saya remaja, usia belasan atau 20an tahun, saya merasa bebas mau melakukan apa saja. Tersedia waktu yang begitu longgar. Mau melakukan apa saja, saya ada waktu. Mau main-main bisa. Mau jalan-jalan bisa. Mau sekedar nongkrong dengan teman-teman di pinggir jalan juga bisa. Berapa usia Anda?
Ketika usia saya 50 tahunan atau menuju 60 tahun, semua menjadi beda. Waktu terasa cepat berlalu. Rasanya, baru kemarin hari Senin, kok sudah mau Senin lagi? Pandemi, rasanya, baru beberapa bulan yang lalu, nyatanya, sudah 4 tahun berlalu, 2019-2023. Makin tua usia Anda, makin terasa waktu cepat berlalu. Sementara, anak muda merasa waktu selalu tersedia.
Orang rugi adalah orang yang membiarkan waktu berlalu begitu saja. Tiba-tiba, dia sudah tua. Lalu, meninggal begitu saja.
Lebih rugi lagi bila dia mati dalam situasi dosa. Mungkin dia sedang dalam rencana dan proses untuk korupsi lalu mati. Sungguh rugi. Bahkan, bisa saja, ketika masa hidup puluhan tahun dia jadi orang biasa atau orang baik. Ketika tua entah karena apa lalu frustasi. Kemudian mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Sangat rugi. Semoga kita terhindar dari yang seperti ini.
(b) Orang beruntung. Ketika muda, dia biasa-biasa saja atau kadang foya-foya. Menikmati hidup, mencicipi dunia, kadang berdosa. Ketika tua, dia hidup bersama anak dan cucunya. Anak-anaknya sudah bekerja dengan mapan. Sehingga, anak-anak bisa membantu menopang kehidupan. Dia yang makin tua sadar hidupnya tak akan lama. Dia memutuskan untuk tobat. Dia menempuh jalan tobat, sempat beberapa saat. Lalu, meninggal dunia dengan tenang ketika dalam ibadat. Masuk surga.
Mudah banget untuk menjadi orang beruntung? Hanya perlu tobat ketika wafat? Tidak mudah. Contoh di atas, memang kebetulan, dia sedang beruntung. Tetapi, banyak kejadian tidak seperti itu. Ajal kematian bisa datang sewaktu-waktu. Ketika foya-foya dalam dosa ajal tiba. Kasihan, dia terjerumus dalam neraka. Setiap saat, kita perlu waspada.
(c) Orang wajar. Kadang kita berbuat baik. Kadang kita berdosa. Lalu, kita bertobat untuk memperbaiki segala yang ada. Memang begitulah kehidupan orang sewajarnya. Hati-hati, ajal bisa datang tiba-tiba.
Untuk menjadi orang beruntung, demi waktu, kita perlu berjuang. Tidak cukup mengandalkan keajaiban. Kita perlu waspada agar tidak terpeleset dalam dosa. Kita perlu menetapkan cita-cita akhir hayat yang mulia, husnul khatimah, akhiran baik. Kemudian, penuh komitmen, mengejar cita-cita akhiran baik di setiap langkah hidup kita.
Tiga syarat bagi kita untuk menjadi beruntung. Isilah waktu sepanjang hayat kita dengan tiga syarat ini, maka, menjadi orang yang beruntung.
(1) Memiliki keyakinan kuat dan komitmen tinggi. Keyakinan yang kuat kepada Tuhan dan kebenaran abadi. Setiap kebaikan berbalas kebaikan. Setiap keburukan mendapat balasan setimpal. Kebenaran abadi ini terjaga, tetap berlaku, dari masa lalu sampai masa depan nanti.
Tetangga saya, sebut saja Bu Yati, adalah penjual nasi pecel tiap pagi. Dalam satu hari, Bu Yati menjual nasi sekitar 100 porsi. Tidak mahal, bahkan terhitung murah. Berapa untungnya tiap hari? “Lumayan, cukup untuk numpang makan hari ini,” jawab Bu Yati. Bu Yati berbuat baik dengan menyediakan sarapan untuk masyarakat sekitar berupa nasi pecel murah. Bu Yati mendapat balasan kebaikan berupa bisa ikut makan hari itu dan rasa bahagia hidup bersama tetangga.
Suatu ketika, orang kota datang. Dia sangat suka dengan nasi pecel Bu Yati. Esok hari, orang kota itu datang lagi. Dia hendak memborong seluruh nasi pecel 100 porsi. Bu Yati menolak pembelian itu. Orang kota menawarkan dengan harga dua kali lipat. Bu Yati tetap menolak. Karena, tujuan Bu Yati adalah menyediakan sarapan sehat dan murah untuk masyarakat sekitar dan, barangkali, untuk orang yang kebetulan sedang melintas. Jika semua diborong maka bagaimana masyarakat sekitar akan sarapan pagi itu? Bu Yati adalah orang baik; tidak tergoda oleh keuntungan uang yang lebih besar. Dia orang baik di dunia ini dan, kebaikannya, abadi sampai di kehidupan nanti.
Sebaliknya, orang jahat, koruptor si pencuri licik mendapat balasan setimpal. Koruptor memang bisa tertawa terbahak-bahak di dunia ini. Tetapi, serangan jantung dan beragam ancaman penyakit bersarang di badannya. Ditambah ancaman kurungan penjara selalu ada. Keluarganya terpecah belah saling bertengkar. Di kehidupan nanti, koruptor menghadapi api neraka yang menyala membara.
Godaan selalu datang. Kita perlu komitmen tinggi di jalan kebaikan dan kebenaran abadi. Komitmen ini kita buktikan berupa suatu kerja dan karya nyata.
(2) Bekerja, berkarya, dan mengejar maha karya. Hidup manusia memang untuk bekerja. Apa artinya jadi manusia bila tanpa kerja?
Ikan tercipta untuk berenang. Burung tercipta untuk terbang. Apa jadinya bila ikan tidak boleh berenang? Apa jadinya burung tidak boleh terbang? Hanya terkurung dalam sangkar. Meski sangkar emas, tetap saja, menjadi siksa.
Manusia bekerja adalah amal sholeh, yaitu, memberi kebaikan kepada sesama dan alam sekitarnya. Setiap orang pasti bisa bekerja; pasti bisa memberi kebaikan. Penjual nasi sarapan adalah bekerja. Tukang kayu adalah bekerja. Pegawai adalah bekerja. Pejabat adalah bekerja. Pengusaha adalah bekerja. Mereka semua memberi kebaikan. Apa kerja Anda? Apa kebaikan yang Anda bagikan?
Selanjutnya, bekerja perlu diiringi dengan sentuhan hati maka menghasilkan karya; sebuah pekerjaan yang unik oleh Anda. Kerja dan karya adalah kebaikan abadi yang tetap terjaga sampai hidup dunia nanti. Tukang membuat kursi dari bahan kayu adalah kebaikan. Kemudian, kursi itu dimanfaatkan untuk duduk siswa belajar matematika. Kebaikan tukang berlanjut kebaikan oleh siswa. Kebaikan ini terjadi di dunia ini dan abadi sampai dunia nanti. Kebaikan tukang dalam membuat kursi menjadi kebaikan di surga nanti. Begitu juga, semua kebaikan Anda di dunia ini adalah abadi menjadi kebaikan di surga nanti.
Dari kerja dan karya, Anda bisa berlanjut dengan mempersembahkan maha karya.
(3) Bersedia berbagi, menerima dan memberi, tentang (a) kebenaran dan (b) kesabaran.
Berbagi kebenaran adalah kebaikan itu sendiri. Kita bisa berbagi melalui media digital. Sayangnya, media sosial justru sering digunakan untuk berbagi hoax atau fitnah. Demi waktu, hoax adalah merugikan. Ditambah lagi, AI juga ikut-ikutan memproduksi hoax.
Di tahun politik jelang pemilu 2024, seperti saat ini, produksi hoax makin gencar. Masing-masing pihak membuat citra diri sebagai orang baik sambil menyebarkan fitnah kepada orang lain. Bisa secara langsung atau memanfaatkan buzzer. Bahaya hoax, yang ditopang AI, bisa lebih berbahaya dari bom atom yang pernah menghancurkan Hirosima dan Nagasaki. Masalahnya, banyak orang ingin mendengar berita bohong dari pada berita benar.
Dunia kita saat ini, termasuk dunia digital, terlalu banyak bullshit, omong kosong, idle-talk, atau gombal. Urutan besar bahayanya: (a) bom atom sangat bahaya karena sudah membunuh ratusan ribu jiwa dan melukai jutaan orang lainnya melalui radiasinya; (b) hoax digital, yang didukung AI, lebih bahaya dari bom atom; ratusan juta orang, bahkan milyaran orang teracuni hoax digital; (c) Gombal, misal bullshit dan omong kosong politik, lebih bahaya lagi dari hoax digital. Gombal adalah racun yang bikin candu dan, di saat yang sama, korban tanpa sadar menularkan racun ke seluruh penjuru.
Gombal politik lebih bahaya dari hoax karena hoax tahu bahwa dirinya salah. Sementara, gombal tidak peduli benar atau salah. Gombal hanya peduli dengan gombal dan nafsu politik belaka. Tentu, gombal ekonomi, gombal pendidikan, dan gombal-gombal lainnya sama bahayanya.
Jadi, syarat ketiga untuk menjadi orang beruntung, yaitu berbagi (a) kebenaran dan (b) kesabaran, adalah syarat yang berat. Di sini, kita memerlukan keduanya. Tidak cukup hanya kebenaran. Tetapi, harus lengkap dengan kesabaran. Kebenaran sudah jelas menjadi poin penting. Tanpa kesabaran, nilai penting dari kebenaran bisa luntur. Kita akan membahas lebih lengkap tema ini di bagian bawah. Bagaimana pun, kita perlu sadar bahwa waktu kita terbatas. Kita paling hanya 70an tahun hidup di bumi. Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung.
1.2 Dinamika Waktu
Waktu terus bergerak tanpa henti. Diri kita ikut terbawa bergerak juga tanpa henti. Bahkan, ketika mati, kita masih terus melanjutkan perjalanan jauh yang abadi.
Dinamika waktu tampak dalam beragam kesadaran kita.
(a) Waktu bergerak dinamis dari masa lalu ke masa kini, lanjut, ke masa depan. Kita belajar dari pengalaman masa lalu melalui sejarah, cerita, atau refleksi. Kita belajar tentang masa depan dari proyeksi masa depan dan rencana-rencana, prediksi, atau cerita fiksi. Sementara itu, masa kini terus bergerak maju menjauh dari masa lalu. Dan, masa depan, satu demi satu, menjadi masa kini kemudian berlalu.
(b) Pengamatan lebih mendalam menyadarkan kita bahwa masa kini yang nyata. Masa lalu sudah berlalu hanya tinggal kenangan. Masa depan tak kunjung datang. Andai datang, dia berubah menjadi masa kini. Jadi, dinamika waktu adalah masa kini yang terus bergulir.
(c) Pengamatan lebih mendalam lagi, justru, memunculkan pertanyaan apakah waktu benar-benar ada? Atau hanya pikiran manusia semata? Sambil memikirkan jawaban yang mungkin benar, waktu terus bergulir bersama diri kita. Kita akan membahas khusus di bagian bawah untuk pertanyaan ini.
Semua waktu adalah sama-sama berharga. Tetapi mana yang paling utama: masa lalu, masa kini, atau masa depan? Umumnya, orang akan membuat prioritas: (1) maka kini; (2) masa depan; (3) masa lalu.
(1) Masa kini utama. Orang yang mengutamakan masa kini berpeluang besar untuk hidup bahagia; menikmati hidup momen demi momen; kita nikmati yang ada; the power of now; presentisme.
Kita bisa hidup mengalir bagai air. Bening, tenang, akhirnya sampai tujuan. Hidup di hari ini. Orang yang hari ini lebih baik dari kemarin adalah orang yang beruntung. Pengalaman masa lalu menjadi penuh hikmah ketika direnungkan hari ini. Bahkan, pengalaman pahit masa lalu, pengalaman berat hidup di masa lalu, tetap menjadi kenangan indah di hari ini. Cita-cita masa depan bisa kita uraikan menjadi bertahap hingga jelas apa yang perlu dilakukan di masa kini. Remaja yang cita-cita ingin jadi dokter, maka, masa kini perlu belajar dengan baik di bangku SMA.
Hidup memang indah dengan fokus masa kini. Tampaknya, tidak banyak orang yang berhasil mengutamakan masa kini. Sebagian orang dihantui masa lalu dan gelisah tentang masa depan. Kita perlu berlatih disiplin untuk bisa mengutamakan masa kini.
(2) Masa depan utama. Mengutamakan masa depan adalah baik; logika futurisitik; antisipatif. “Sungguh masa depan itu lebih baik bagimu dari masa lalu.” “Sebaiknya, kamu memperhatikan apa yang sudah kamu lakukan untuk masa depan.” “Menyongsong masa depan cemerlang.”
Kita mudah paham bahwa masa depan adalah paling utama. Demi menggapai cita-cita masa depan bahagia, kita rela berkorban apa saja. Demi mendapat nilai bagus ketika ujian nanti, kita rela rajin belajar hari ini. Demi menyelesaikan proyek dua bulan lagi, kita perlu disiplin kerja hari ini. Demi masa depan maka semua perkerjaan hari ini menjadi punya arti.
Resiko dari mengutamakan masa depan adalah orang bisa terlalu tegang pikirannya sehingga dia lupa untuk bahagia. Setiap hari, dia banting tulang penuh derita berkorban demi masa depan yang belum tentu akan datang. Resiko ini mudah kita atasi. Yaitu, menempatkan masa depan sebagai rujukan makna yang memberi arti bagi setiap langkah hari ini. Bila hari ini terasa berat maka itu penuh arti demi kemajuan cita-cita hari nanti. Bagaimana pun, hari ini perlu kita nikmati karena kita butuh bahagia dalam menyongsong masa depan.
Masa depan membuka posibilitas luas, freedom yang membebaskan, dan menuntut komitmen kepada semua pihak.
(3) Masa lalu utama. Jarang sekali orang yang mengutamakan masa lalu. Tetapi, dalam realitas sehari-hari, justru banyak yang mengutamakan masa lalu. Memang masa lalu hanya perlu disikapi dengan tepat tetapi tidak harus diutamakan. Sikap yang tepat adalah bersyukur atas semua karunia dan bersabar atas semua musibah. Dari semua pengalaman masa lalu, termasuk dari sejarah panjang, kita perlu mengambil hikmah.
Dalam realitas, masa lalu sering menjadi paling utama. Tentu saja, hal ini kurang baik. Banyak masalah timbul sebagai dampaknya.
Karena dia terlahir sebagai bangsawan, di masa lalu, maka dia punya hak istimewa. Karena dia terlahir dari keluarga kaya, tentu di masa lalu, maka dia berhak mewarisi rumah tanah super luas meski tanpa kerja. Karena dia terlahir dari keluarga miskin maka tidak berhak mendapat warisan apa pun. Bagaimana masa lalu bisa berpengaruh begitu besar?
Karena orang tuanya beli rumah yang nempel, dekat banget, dengan SMA favorit 3 tahun lalu, maka, dia langsung bisa sekolah di SMA favorit tanpa tes cukup dengan zonasi. Karena orang tuanya tinggal di pinggiran kota atau di kaki gunung, maka, dia tidak berhak sekolah di SMA favorit melalui jalur zonasi dan radiusi. Akibatnya, dia tidak bisa kuliah di universitas idaman. Masa depannya suram karena ditentukan oleh masa lalu. Bagaimana bisa begitu?
Karena sejak bertahun-tahun lalu, dia adalah buruh kasar, maka, gajinya tidak boleh besar. Cukup upah minimum sekitar 2 juta rupiah per bulan. Sekeras atau secerdas apa pun dia bekerja tidak ada pengaruhnya. Karena dia, sejak beberapa tahun lalu, adalah direktur, maka tunjangan gajinya harus lebih dari 100 juta rupiah per bulan. Tidak masalah dia jarang masuk kantor. Tidak masalah perusahaan sedang tekor. Tidak masalah rakyat kecil gigit jari. Direktur tetap bergaji tinggi. Apa yang salah? Salahnya adalah terlalu mengutamakan kekuatan masa lalu. Apa solusinya?
Solusinya adalah kita hanya bisa memilih (1) masa kini atau (2) masa depan sebagai paling utama. Sedangkan, masa lalu hanya perlu disikapi dengan baik yaitu dengan syukur dan sabar.
Kita perlu tetap fokus kepada tiga syarat utama untuk menjadi manusia beruntung dalam menyikapi dinamika waktu.
(1) Keyakinan yang kuat terhadap kebenaran abadi: utamakan masa kini dan masa depan; ambil hikmah masa lalu. Jangan tergoda untuk mengutamakan masa lalu; jebakan yang merugikan; jaga komitmen untuk kebaikan abadi.
(2) Bekerja dan berkarya untuk prestasi hari ini dan hari nanti. Jangan hanya membanggakan masa lalu. Bersiaplah memeras keringat dan otak demi kemajuan masa kini dan masa depan.
(3) Saling berbagi (a) kebenaran cita-cita masa depan bersama dan karya nyata hari ini. Dan saling mengingatkan (b) kesabaran dalam perjalanan menuju masa depan dan mengambil hikmah masa lalu.
Sampai kapan waktu terus bergerak dinamis? Di depan masa depan ada masa depan lagi. Di belakang masa lalu ada masa lalu lagi. Jadi, kita tidak akan pernah berhenti meniti waktu. Memang, waktu kita di bumi ini terbatas dari lahir sampai mati. Setelah itu, kita akan menghadapi dunia abadi.
1.3 Waktu Abadi
“Cintaku padamu abadi, tak lekang oleh waktu.” Cinta abadi adalah cinta yang bertahan, tetap suci, sampai mati. Jadi, makna abadi adalah tetap bertahan sampai mati. Makna abadi yang lebih umum adalah bertahan dalam waktu yang lama, misal satu abad yaitu 100 tahun. Anggap harapan hidup adalah 70 tahun maka 100 tahun memang lebih dari seumur hidup sehingga abadi.
Lebih jauh lagi, abadi juga bermakna berada di luar waktu hidup di dunia ini. Orang yang sudah mati disebut kembali ke alam abadi. Bayi yang belum lahir dianggap masih berada di alam abadi. Dengan demikian, manusia berasal dari alam abadi kemudian kembali ke alam abadi lagi. Sangkan paraning dumadi.
(1) Abadi adalah eternalisme. Waktu sudah ditetapkan abadi masa lalu, masa kini, dan masa depan. Seluruh masa adalah nyata. Ketika bayi lahir, sudah ditetapkan misal umurnya adalah sampai 70 tahun. Tepat. Tidak kurang, tidak lebih. Ketetapan ini bersifat abadi.
Pandangan eternalisme ini beragam konsekuensi. Pertama, karena segala sesuatu sudah ditetapkan sejak awal, secara abadi, maka kita tinggal menjalani hidup ini dengan baik. Cukup berusaha dengan wajar, tidak perlu terlalu memaksa. Cukup berbuat baik saja, tidak perlu sampai jahat. Cukup damai bahagia saja, tidak perlu marah-marah. Semua sudah diatur dengan baik.
Kedua, eternalisme berkonsekuensi kepada fatalisme. Buat apa berusaha? Toh, semua sudah dipastikan secara abadi. Fatalisme ini, harusnya, bisa diatasi. Karena, seseorang akan berusaha atau tidak berusaha, toh, itulah yang menjadi ketetapan baginya. Lebih baik, berusaha selayaknya.
(2) Abadi Dinamis. Waktu adalah abadi dalam dinamika. Atau, dinamika yang abadi. Abadi dalam arti di depan masa depan masih ada masa depan lagi. Kita mudah memahami ini. Ketika kakek meninggal, maka ada bapak. Kemudian, ketika bapak meninggal, ada diri kita. Selanjutnya, ada anak cucu dan seterusnya.
Arah sebaliknya, yaitu masa lalu, sama dinamisnya. Di belakang masa lalu masih ada masa lalu lagi. Jadi, waktu bergerak terus-menerus dalam dua arah tanpa henti. Masa depan dan masa lalu.
Secara pribadi, setelah kita mati, jiwa kita masih terus hidup di alam kubur dan alam akhirat yang abadi. Waktu di dunia nanti, dunia setelah mati, adalah abadi berbeda dengan waktu di sini. Ketika Anda “memberi makan anak yatim” di dunia ini, anak yatim itu bahagia dan Anda ikut bahagia. Sebulan berlalu, Anda bisa saja lupa peristiwa itu. Di dunia nanti, “memberi makan anak yatim” adalah kebahagian sejati bagi Anda berupa kehidupan surga. Kebahagiaan di surga adalah abadi berbulan-bulan bahkan lebih berabad-abad. Sejatinya, kebaikan “memberi makan anak yatim” sudah menjadi surga sejak awal yang abadi. Hanya saja, di dunia ini banyak penghalang material sehingga kita sulit melihat langsung.
Perilaku jahat lebih mengerikan lagi. Koruptor pencuri yang mencuri uang rakyat itu sedang menciptakan api neraka abadi buat dirinya sendiri. Koruptor terbakar panas di dunia ini dan dunia nanti. Semoga bisa tobat dengan mengembalikan seluruh uang rakyat dan melakukan penebusan.
(3) Persegi Dinamis. Waktu eternal adalah terbentang, misal umur Aji adalah dari lahir sampai 70 tahun. Jika bentangan 70 tahun ini ditumpuk sebanyak 70 batang maka membentuk gambar persegi sempurna. Persegi dinamis adalah modifikasi dari persegi sempurna ini.
Aji lahir maka terbentang umur sampai 70 tahun. Ketika umur 10 tahun, Aji jatuh dari motor. Momen ini menghirup bentangan 70 tahun umur Aji menjadi 1 titik momen, kemudian, Aji menghembuskan menjadi bentangan 10 tahun masa lalu + 50 tahun masa depan. Jadi, umur Aji berubah hanya sampai 60 tahun. Pada umur 20 tahun, Aji menjalani pola hidup sehat. Momen ini menghirup bentangan umur Aji yang 60 tahun menjadi 1 titik momen, kemudian, menghembuskan menjadi bentangan 20 tahun masa lalu + 55 tahun masa depan. Jadi, umur Aji bertambah sampai 75 tahun. Demikian seterusnya membentuk persegi dinamis.
Waktu abadi dalam bentuk persegi dinamis berkonsekuensi banyak hal. (a) Setiap momen kehidupan adalah berperan aktif menentukan nasib masa depan Anda dan makna masa lalu Anda. (b) Peran dari setiap momen ini bersifat abadi sampai akhir hayat Anda. Setiap keputusan Anda berdampak kepada seluruh hidup Anda dan berdampak kepada masyarakat. (c) Dampak abadi berlanjut sampai ke dunia nanti, yaitu, ke dunia setelah mati.
Kita bisa kembali fokus kepada tiga syarat untuk menjadi manusia beruntung. Demi waktu yang abadi, kita perlu berjuang untuk menjadi manusia yang beruntung.
(1) Keyakinan kuat bahwa setiap momen waktu adalah kebenaran abadi. Kebaikan Anda kepada anak yatim adalah kebaikan yang abadi sampai akhir nanti; menjadi surga abadi di sini dan di sana.
(2) Kerja dan karya kita berdampak abadi. Semua kerja kita mendapat dukungan dari sejarah masa lalu yang abadi. Kemudian, kerja baik kita berdampak abadi kepada generasi nanti dan kepada hidup diri kita pribadi setelah mati.
(3) Kita perlu konsisten untuk berbagi dan saling menasehati berkenaan (a) kebenaran abadi dan (b) kesabaran abadi.
Semoga kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Lanjut ke: Manfaat Waktu
Kembali ke: Demi Waktu

Tinggalkan komentar