Andalan

Media Berbagi

Banyak berbagi ilmu jiwa makin bersinar.

— PamanAPiQ.com

Matematika asyik adalah cahaya peradaban. Nyalakan rasa penasaran pada generasi muda. Mari bangkit bersama!

Berbagi trik sukses jadi youtuber positif. Hanya berbekal hp kita bisa meraih sukses menjadi youtuber edukasi. Paman apiq setiap hari berbagi melakui live youtube.com/pamanapiq .

Berbagi bimbel gratis terbuka untuk semua siswa SD SMP SMA bahkan untuk yang berminat CPNS. Silakan donlot free apk myapiq di bit.ly/myapiq .

Mana mungkin 2 + 2 = 5?
Bukankah 4?
Dan masih banyak trik menarik lainnya.

Selalu berbagi melalui:

web pamanapiq.com, canel youtube.com/pamanapiq, dan apk free bit.ly/myapiq .

Ayo… berbagi untuk negeri…!

Biopolitik: Hidup Mati karena Politik

Hidup mati kita ditentukan oleh politik. Bagaimana politik bisa menentukan hidup mati kita? Sewaktu-waktu, kekuatan politik bisa menetapkan bahwa Anda adalah musuh negara; kemudian, di pengadilan, semua hakim konspirasi menetapkan Anda bersalah sebagai musuh negara. Anda dihukum mati. Bukankah sangat ngeri?

Politik bisa membiarkan Anda hidup. Ketika penguasa politik tidak tertarik kepada Anda maka Anda dibiarkan hidup. Atau, ketika penguasa politik sangat senang kepada Anda maka Anda bisa saja menerima banyak fasilitas dari penguasa politik. Bukankah politik memang asyik?

1. Biopolitik Aristo
2. Biopolitik Foucault
3. Biopolitik Agamben
4. Biopolitik Digital
5. Biopolitik Kita

Sejak ribuan tahun yang lalu, kita adalah manusia wajar yang kemudian ditambahkan kepentingan politik. Tetapi, saat ini, kita semua adalah pemain politik, sadar atau tidak, yang mana politik itu mengendalikan hidup dan mati kita.

Kekuatan politik, saat ini, di atas hukum. Politik bisa menentukan hukum mana yang berlaku dan mana yang tidak. Kekuatan politik, saat ini, di atas etika. Politik bisa menentukan apakah etika berguna atau tidak. Kekuatan politik, saat ini, di atas agama; atau politik malah bisa menjadi agama bagi beberapa orang. Kekuatan politik di atas ekonomi. Politik menentukan bisnis mana yang boleh berkembang dan mana yang dilarang. Apakah ada solusi bagi rumit dan kelamnya politik? Kita akan mencoba mengkajinya dengan perspektif sebagian sejarah masa lalu.

1. Biopolitik Aristo
2. Biopolitik Foucault
3. Biopolitik Agamben
4. Biopolitik Digital
5. Biopolitik Kita

Trilogi Futuristik Telah Terbit

Buku trilogi futurisitik telah terbit (2/3). Anda bisa memesan buku Logika Futuristik ini melalui media online. Atau, Anda bisa langsung membaca buku Logika Futuristik secara online kapan saja di mana saja dengan mungunjungi web pamanapiq.com tanpa dipungut biaya; hanya disarankan sambil banyak doa untuk sesama.

[1] Buku Logika Futuristik terbit 2023. Kita berpikir selalu memanfaatkan perspektif masa depan; sudut pandang futuristik. Sehingga, logika paling penting adalah logika futuristik. Masa depan itu lebih baik bagimu dari masa awal.

Kucing lahir sebagai kucing. Pada akhirnya, kucing mati tetap sebagai kucing. Kita lahir sebagai bayi manusia. Pada waktunya, kita mati bisa sebagai pahlawan; bisa sebagai petani; bisa sebagai guru; bisa sebagai pedagang. Ada juga orang yang mati sebagai pencuri lantaran korupsi. Kita perlu hati-hati dengan akhir kehidupan yang buruk. Kita perlu komitmen untuk meraih akhir yang baik. Kita butuh logika futuristik.

Masa depan adalah freedom, posibilitas, dan komitmen. Anda bebas untuk memilih masa depan terbaik Anda.

Sebaliknya, juga mudah kita pahami. Tanpa masa depan, semua menjadi sia-sia. Apa arti hidup Anda bila tidak punya masa depan? Apa arti ikatan cinta suami istri, kehidupan rumah tangga, bila tanpa masa depan? Apa arti sebuah negara bila tidak punya masa depan? Kita butuh masa depan. Kita butuh makna dalam ragam hal; masa depan adalah sumber makna. Logika futuristik adalah logika masa depan.

[2] Logika Futuristik 2 (LF2) berjudul 7 Pintu Anugerah telah terbit 2024. Buku LF2 ini bersifat praktis. Sehingga, Anda dan siapa saja bisa membaca LF2 dengan mudah.

LF2 memaparkan “7 Pintu Anugerah” agar hidup kita berlimpah berkah di masa depan, di masa lalu, dan di masa kini. Dari masing-masing pintu anugerah itu, saya melengkapinya dengan ringkasan dan rekomendasi implementasi setiap hari. Bahkan, saya menambahkan puisi. Jadi, saya rekomendasikan setiap orang untuk membaca buku LF2 ini. Semoga bertabur manfaat.

[3] Buku Logika Futuristik 3 (LF3) berjudul Principia Realita masih dalam proses penulisan. Saya berencana menerbitkan LF3 paling lambat tahun 2029; semoga bisa lebih cepat dan tepat.

Mengapa butuh waktu lama untuk menulis LF3? Karena LF3 memang istimewa. Dalam buku ini, saya membahas secara luas dan mendalam makna Logika Futuristik. Meski LF1 dan LF2 sudah membahas secara luas dan mendalam, tetapi LF3 lebih luas dan lebih mendalam. Saya menduga hanya orang-orang tertentu yang berminat membaca LF3; tidak harus semua orang; cukup sebagian saja. Apakah Anda termasuk sebagian orang yang istimewa itu?

Saat ini, saya sudah menuliskan LF3 sekitar 300an halaman. Saya perkirakan buku LF3 akan terdiri sekitar 800 atau 900an halaman. Jadi perjuangan masih panjang. Bagaimana pun, Anda sudah bisa membaca sebagian LF3 itu secara online tanpa dipungut biaya; hanya direkomendasikan untuk banyak doa buat sesama.

Bagaimana menurut Anda?

Anugerah Artificial Intelligence AI

AI atau kecerdasan buatan adalah anugerah yang besar bagi umat manusia. Di saat yang sama, AI bisa menjadi bencana super besar bagi manusia. Bagaimana bisa seperti itu?

1. Tugas Cepat Selesai
2. Tanpa Debat Tanpa Repot
3. Lebih Ngeri dari Bom Atom

Bahkan resiko bahaya AI lebih buruk dari Bom atom yang menghancurkan Hiroshima-Nagasaki; dan, tetap mengancam dunia sampai saat ini. Bagaimana pun, kita perlu ingat bahwa manfaat AI juga sangat besar; AI adalah anugerah. Jadi, harus bagaimana bersikap terhadap AI? Dilema.

1. Tugas Cepat Selesai

Manfaat AI paling nyata adalah menjadikan tugas kita cepat selesai. Anak-anak ada tugas PR dari sekolah. Tanyakan kepada AI maka semua tugas selesai dengan segera. Bahkan tugas kuliah S1 sampai S3, yang sangat sulit itu, bisa diselesaikan oleh AI dalam hitungan 1 atau 3 detik. Luar biasa kan AI?

Tambah seru lagi, kita bisa meminta AI untuk menulis puisi; AI akan menuliskan puisi yang menyentuh hati. Suruh AI untuk membuat cerpen, cerita pendek, maka AI akan menuliskan cerpen yang seru untuk Anda.

Lebih dari kata-kata. Suruh AI untuk membuat lukisan; maka AI akan membuat lukisan yang mengesankan. Suruh AI untuk menciptakan lagu dan menyanyikannya sambil diiringi musik; maka AI akan memainkan musik-musik itu.


2. Tanpa Debat Tanpa Repot
3. Lebih Ngeri dari Bom Atom

Pendidikan Nasional Masih Relevan?

Mengapa bertanya relevansi pendidikan nasional. Tentu saja, pendidikan nasional masih relevan. Buktinya, kita memiliki menteri pendidikan. Dengan demikian, presiden kita adalah presiden pendidikan.

Ki Hajar Dewantara mengajarkan filosofi pendikan:

Ing ngarso sung tulodho
Ing madyo mangun karso
Tut wuri handayani.

Di depan, jadilah teladan. Di lapangan, wujudkan impian. Di belakang, berdayakanlah.

Pendidikan nasional bertujuan membangun manusia seutuhnya: bangunlah jiwanya; bangunlah raganya; untuk Indonesia Raya. Karakter pelajar Pancasila menjadi utama: iman, takwa, ilmu, teknologi, dan seni.

Tetapi, apa jadinya bila hanya rumusan kosong? Mana bukti nyatanya? Mana realitas manusia Indonesia? Semua kebaikan membutuhkan proses. Pendidikan nasional yang berkualitas membutuhkan proses yang berkualitas pula.

1. Peduli
2. Profesi
3. Pesawat Bumi

Saya mengusulkan hanya satu fokus pendidikan nasional yaitu “peduli.” Membangunkan sikap peduli bagi semua siswa dan sikap peduli bagi semua insan pendidikan kita. Lebis luas, membangunkan sikap peduli seluruh warga Indonesia.

Peduli bahwa kita selalu bebas memilih amal padahal bisa memilih dosa. Karena bebas maka kita wajib tanggung jawab; baik tanggung jawab di bumi ini mau pun tanggung jawab di hari nanti.

1. Peduli

Peduli adalah karakter unik dari manusia; keunggulan manusia; dan bekal bagi manusia.

Urusan kekuatan, gajah lebih kuat dari manusia. Urusan ketajaman, cakar harimau lebih tajam dari kuku manusia. Urusan emosi, merpati tak pernah ingkar janji. Urusan kecerdasan, AI, misal goggle dan chatgpt, lebih cerdas dan lebih cepat berpikir dari otak manusia.

Hanya sikap “peduli” adalah keunggulan kunci manusiawi.

Peduli adalah manusia sadar bisa memilih amal padahal bisa memilih dosa. Dari sikap peduli inilah berkembang sikap-sikap penting lainnya. Saya memilih dua konsekuensi terpenting: [a] menjalani profesi dengan kualitas tinggi karena peduli; [b] menjaga bumi sebagai pesawat kita bersama bagi umat manusia menjelajah tatasurya dan alam raya, tentu, karena kita peduli.

2. Profesi

Andai Anda jadi petani maka jadilah petani kualitas tinggi. Andai Anda jadi menteri maka jadilah menteri dengan kualitas tinggi. Andai Anda jadi presiden maka jadilah presiden dengan kualitas tinggi.

Profesi saya adalah guru matematika maka saya berjuang menjadi guru matematika kualitas tinggi. Saya mengajar, dan mendidik, anak-anak dengan kualitas tinggi. Saya belajar cara mengajar yang inovatif dan kreatif dari beragam sumber. Saya belajar cara membangkitkan motivasi para siswa. Bahkan, saya berusaha menciptakan inovasi dan kreativitas di bidang matematika.

Saya adalah seorang pemikir maka saya perlu menjadi pemikir kualitas tinggi. Saya belajar dari pemikir-pemikir yang ada: Sokrates, Plato, Aristo, Al Kindi, Aljabar, Al Farabi, Ghazali, Arabi, Sadra, Kalijaga, Descartes, Russell, Heidegger, Chalmers, Badiou, Agamben, Zizek, dan lain-lain.

Apa profesi Anda? Bagaimana agar berkualitas tinggi? Anda wajib peduli. Anda memang bisa menjadi berkualitas tinggi. Itu pasti.

3. Pesawat Bumi

Bumi kita terbang mengitari matahari setiap hari. Planet-planet lain, misal Mars dan Venus, juga mengitari matahari. Bumi adalah bagai pesawat bagi kita umat manusia.

Tanpa pesawat Bumi, kita tidak bisa terbang mengitari tata surya; umat manusia akan musnah tidak perlu lama. Tanpa bumi, kita tidak bisa berpijak; melayang-layang entah kemana; hilang. Tanpa bumi, kita tidak bisa bercocok tanam; tidak bisa minum dan makan; sudah pasti kelaparan.

Mari jaga bumi ini. Mari jaga tumbuhan di bumi. Mari jaga para penghuni bumi.

Bagaimana menurut Anda yang peduli?

Kesadaran Makna Sejarah

Deskripsi, Problem, dan Solusi dari Masa ke Masa

Abstrak

Mengapa manusia memiliki kesadaran? Mengapa Anda sadar? Apakah benda-benda di alam semesta juga sadar?

Problem tentang kesadaran sudah menghantui sains dan filsafat modern berabad-abad. Sampai saat ini, kita belum menemukan solusi tuntas. Di sisi lain, mesin cerdas misal AI, tampak menunjukkan ciri-ciri kesadaran. Pada tulisan ini, saya akan membahas kesadaran berkaitan dengan makna dan sejarah kesadaran dari zaman Plato sampai saat ini. Di bagian akhir, saya mengusulkan beberapa solusi terhadap problem-problem seputar kesadaran dan rekomendasi untuk merumuskan makna kesadaran.

Pendahuluan

Dari sejarah kesadaran, saya membagi menjadi tiga era. [a] Era engaged-reason, era kuno sampai 1600an, di mana alam semesta dipenuhi oleh nilai-nilai akal dan spiritual. [b] Era transisi, 1600 sampai 1900an, terjadi ide dualisme antara alam materi dan alam kesadaran jiwa. [c] Era bifurkasi, 1900an sampai sekarang, terjadi percabangan dan pluralisme pemahaman tentang kesadaran.

Masing-masing era memiliki karakter kesadaran yang unik; dan mengembangkan problem serta solusi yang unik. Bagaimana pun, problem kesadaran yang eksis di era masa lalu tetap bisa problematis di masa sekarang, bahkan, di masa akan datang. Tentu saja, problem kesadaran masa kini tidak dikenali oleh pemikir masa lalu; meski, pemikir masa lalu bisa saja sudah antisipasi dalam ragam bentuk. Apakah mesin akan memiliki kesadaran adalah contoh problem eksplisit di era masa kini; yang tidak dibahas oleh pemikir masa lalu. Di bagian akhir, kita akan membahas mesin cerdas yang berpeluang memiliki kesadaran serta beberapa rekomendasi solusi.

Pendahuluan
1. Deskripsi Histori
1.1 Era Engaged Reason
1.2 Era Transisi
1.3 Era Bifurkasi
2. Problem dan Solusi
2.1 Solusi Etika
2.2 Problem Metafisika
2.3 Solusi Freedom
2.4 Solusi Plural
2.5 Problem Kesadaran AI
3. Prospek AI
3.1 Dilema AI
3.2 Menuju AGI
3.3 Dominasi AI
4. Paradigma Sains
4.1 Logiko Positivisme
4.2 Kritik dan Interpretasi
4.3 Posmodern dan Pragmatisme
5. Posibilitas Masa Depan
5.1 Makna Posibilitas Kesadaran
5.2 Solusi Etika Kesadaran
5.3 Makna Kesadaran
Referensi

1. Deskripsi Histori

Charles Taylor, dalam buku A Secular Age, menunjukkan bahwa era modern ditandai dengan fenomena disengaged reason [1]. Dengan cara yang mirip, kita bisa membagi era kesadaran menjadi tiga era.

1.1 Era Engaged Reason

Era engaged-reason (EER) berlangsung sejak awal peradaban dan berakhir sekitar 1600an. EER meyakini alam sebagai memiliki nilai spiritual. Manusia menjadi sempurna dengan selaras bersatu bersama seluruh alam. Manusia sadar membuka diri kepada dunia dan dunia “sadar” membuka diri kepada manusia.

Plato merupakan pemikir awal yang berpengaruh besar sepanjang sejarah pemikiran dan kesadaran umat manusia [2]. Russell mengakui bahwa formula Alam Ideal Plato adalah solusi terbaik untuk membahas beragam problem filosofis [3]. Kita bisa mengkaji tema kesadaran dengan mengaitkan ke Alam Ideal Plato.

Alam Ideal Plato adalah kebaikan sempurna cahaya kesadaran; yang percikan cahayanya menerangi alam semesta. Kebaikan ideal dan keindahan ideal hanya ada di Alam Ideal. Sementara, kebaikan dan keindahan di alam ini adalah percikan dari Alam Ideal. Demikian juga, kesadaran sempurna hanya ada di Alam Ideal. Sedangkan, kesadaran di alam ini adalah percikan kesadaran dari Alam Ideal. Umumnya, kesadaran di alam ini dipandang sebagai bayangan dari Alam Ideal.

Aristo, yang merupakan murid langsung dari Plato, sedikit berbeda pandangan dengan gurunya [4]. Bagi Aristo, keindahan sempurna itu hadir bersama realitas konkret di alam semesta. Demikian juga, kesadaran sempurna hadir bersama alam konkret.

Alam Konkret Aristo adalah eksis bersama cahaya kesadaran sempurna. Selanjutnya, kesadaran yang ada di alam konkret itu bergerak, terus-menerus, menuju kesempurnaan final. Kita memahami prinsip teleologi mewarnai beragam pemikiran Aristo, termasuk, tentang kesadaran.

Ibnu Sina mengembangkan eksperimen pikiran untuk menunjukkan aspek teleologis kesadaran jiwa lebih jauh. Pada tahap tertentu, jiwa manusia mampu eksis terbebas dari badan untuk memenuhi tujuan finalnya. Kelak, kita mengenal eksperimen jiwa terbang dari Ibnu Sina [5]. Pejamkan mata Anda; lalu, bayangkan diri Anda terbang bebas di angkasa, kemudian, gerakkan tangan Anda ke kiri atau ke kanan. Terbukti, kesadaran atau jiwa Anda bisa terbebas dari badan Anda.

Kesadaran-jiwa-terbang adalah eksperimen pikiran dari Ibnu Sina; yang menunjukkan bahwa kesadaran jiwa mampu eksis terpisah dari badan. Di satu sisi, badan eksis selalu bersama jiwa. Di sisi lain, jiwa akan terus menyempurna hingga mampu terbebas dari badan.

Sadra mengembangkan lebih lanjut konsep kesadaran jiwa dari awal eksistensi sampai mencapai tujuan final teleologis masing-masing jiwa [6]. Sadra berhasil membuat sintesis dari beragam konsep kesadaran jiwa secara harmonis dan menghasilkan konsep baru yang canggih.

Kesadaran-jiwa-Sadra adalah forma bagi materi; diferensia bagi genus badan. Diferensia adalah penentu akhir. Pada tahap awal, jiwa adalah forma bagi materi badan. Jiwa hanya bisa eksis bersama materi dan materi hanya bisa eksis bersama jiwa. Tahap selanjutnya, jiwa adalah diferensia bagi genus yang berupa badan. Diferensia, yaitu jiwa, adalah penentu bagi genus, yaitu badan. Anda adalah tetap diri Anda sejati baik ketika Anda [a] berambut panjang atau pun ketika [b] berambut gundul. Karena jiwa Anda adalah tetap jiwa Anda meski rambut panjang Anda sudah Anda potong menjadi gundul. Materi badan boleh berganti-ganti, misal rambut Anda berganti. Selama identitas jiwa tetap maka tetap menjadi jiwa yang sama.

Kesadaran jiwa manusia membentuk dan dibentuk oleh perilaku moral dan pengetahuan intelektual. Meski setiap manusia adalah anggota spesies yang sama, memiliki diferensia awal yang sama, tetapi masing-masing individu akan mati dalam bentuk diferensia yang berbeda-beda. Sebagian orang mati sebagai guru, yang lain mati sebagai penjahat, dan ada yang mati sebagai pahlawan. Kasus yang berbeda terjadi pada binatang misal kucing; kucing lahir sebagai kucing dan mati tetap sebagai diferensia kucing.

Ketika manusia mati, badan akan menjalani proses alamiah sebagai materi. Sementara, kesadaran jiwa manusia, sebagai diferensia, menjalani proses untuk mencapai tujuan final teleologis dengan badan yang baru.

1.2 Era Transisi

Kajian skeptis-radikal-sistematis dari Descartes mengawali era tansisi. Descartes meragukan segala sesuatu [3]; meragukan konsep-konsep pemikir masa lalu mau pun pengamatan panca indera. Sampai akhirnya, Descartes yakin bahwa dirinya sedang ragu. Saya tidak bisa ragu bahwa saya sedang ragu. Atau, saya berpikir maka saya ada.

Pemikiran Descartes mengantarnya pada konsep dualisme subtansi; atau, lebih tepatnya, ada substansi ketiga yaitu substansi absolut adalah Tuhan. Dualisme subtansi dari Descartes, [a] jiwa yang sadar dengan [b] badan yang terikat ruang, menjadi solusi kebebasan kajian ilmiah. Jiwa menjadi terbebas dari badan. Urusan jiwa di masa lalu dan nasib jiwa di masa depan menjadi kajian para agamawan. Sementara, urusan kajian materi alam semesta adalah tanggung jawab para ilmuwan. Dengan demikian, ilmuwan meraih kebebasan intelektual.

Jika kesadaran jiwa manusia adalah benar-benar bebas maka mengapa ada batasan aturan?

Jiwa manusia yang memiliki kesadaran bebas radikal dari Kant adalah pembentuk aturan diri dan tanggung jawab moral. Kant mengakui bahwa jiwa manusia benar-benar bebas atau bebas radikal. Di saat yang sama, jiwa itu sendiri adalah pencipta aturan; terutama pencipta aturan moral. Kesadaran moral menjadi paling utama bagi setiap manusia [7].

Hegel melihat adanya kontradiksi, atau pertentangan, antara kesadaran jiwa yang cenderung universal dengan kesadaran empiris yang cenderung partikular konkret. Jiwa menyadari bahwa kebenaran aritmetika bilangan asli, misal 2 + 1 = 3, berlaku universal. Sementara, kesadaran empiris, misal 2 jeruk itu ditambah 1 jeruk itu menjadi 3 jeruk itu, hanya terbatas sebagai partikular kasus khusus meski bersifat konkret. Dua jenis kesadaran ini perlu disatukan melalui kesadaran spekulatif dalam momen proses dialektika [8].

Kesadaran spekulatif spirit dari Hegel merangkul kesadaran universal dan kesadaran konkret untuk mencapai spirit absolut. Sintesis antara universal dan konkret menghasilkan absolut. Tetapi, absolut ini hanya hampir absolut bukan absolut sejati; hanya lebih universal dan lebih konkret dari kesadaran semula. Konsekuensinya, kesadaran baru ini perlu berpikir spekulatif lagi untuk lebih dekat kepada absolut sejati.

Kita sadar bahwa setiap pemikiran perlu landasan yang kokoh. Kita juga sadar bahwa setiap landasan pemikiran selalu bisa digoyahkan dengan satu dan lain cara. Solusinya adalah kita membutuhkan keyakinan sebagai landasan pengetahuan. Keyakinan ini tidak bisa dibangun secara bertahap logis tetapi membutuhkan suatu lompatan keyakinan.

Lompatan keyakinan dari Kierkegaard adalah kesadaran manusia untuk menentukan sikap dan menjadi dasar pengetahuan. Keunggulan dari suatu keyakinan adalah bisa bersifat sangat konkret pada obyek partikular dan bisa sangat universal pada konsep-konsep umum. Keyakinan menjadi dasar setiap kesadaran.

Bagaimana bila seseorang meyakini sesuatu yang salah? Meyakini halusinasi? Bagaimana bila suatu keyakinan salah tetapi bermanfaat?

Will to power dari Nietzsche adalah kesadaran manusia untuk selalu mampu menghadapi setiap rintangan; kesadaran paling penting adalah pertumbuhan power. Keyakinan terhadap will-to-power yang terus bertumbuh menjadi dasar segalanya. Kebahagiaan adalah efek dari pertumbuhan power. Bahkan, penderitaan tetap memberi rasa bahagia ketika beriringan dengan pertumbuhan will-to-power. Sebaliknya, runtuhnya will-to-power adalah keburukan itu sendiri. Jadi tidak penting apakah Anda bahagia atau menderita, sehat atau sakit, sendiri atau berkelompok, selama will-to-power berkembang itulah kesadaran paling utama.

Kita sadar, pada akhirnya, sebesar apa pun power yang kita miliki, kita semua akan mati. Setiap individu akan musnah dari muka bumi. Sebagian spesies benar-benar musnah. Sebagian spesies lain beradaptasi kemudian evolusi. Manusia adalah spesies dengan kemampuan adaptasi tingkat tinggi sehingga berhasil evolusi sampai hari ini.

Evolusi Darwin meyakini bahwa kesadaran manusia muncul pada tahap akhir evolusi materi. Bagaimana evolusi materi bisa menghasilkan kesadaran tingkat tinggi pada manusia? Karena mutasi acak yang mampu menghadirkan segala posibilitas; termasuk posibilitas hadirnya kesadaran. Kemudian, kesadaran mampu adaptasi sehingga berhasil dalam evolusi.

Histori Marx meyakini bahwa kesadaran manusia muncul seiring bergulirnya histori materialism; sejarah yang bergerak oleh kesadaran akan kebutuhan materi secara luas; ideologi membentuk dan dibentuk oleh kesadaran. Sejarah perjalanan umat manusia tidak lagi acak. Pada gilirannya, sejarah diarahkan dan mengarahkan kesadaran ideologi.

1.3 Era Bifurkasi

Tahun 1900an, kita memasuki era bifurkasi. Percabangan konsep-konsep kesadaran makin tegas dan mendorong terbentuknya pluralisme di berbagai wilayah. Fenomenologi merupakan salah satu cabang kajian kesadaran paling mendalam. Sementara, sains empiris yang semula mengkaji obyek fisika berkembang mengkaji kesadaran secara ilmiah. Disiplin psikologi, tentu saja, berkembang luas mengkaji kesadaran. Dan masih banyak kajian lainnya tentang kesadaran.

Fenomenologi Husserl mengenalkan paralelisme [a] kesadaran psikis yang dipengaruhi alam dan [b] kesadaran transenden yang bebas dari alam. Fenomenologi berkomitmen untuk meraih pengetahuan apa adanya. Segala yang hadir kepada kesadaran intuisi murni adalah pengetahuan apa adanya [9]. Fenomenologi mengkritik pendekatan sains sebagai terjebak dalam prasangka: data empiris obyektif sebagai sumber pengetahuan. Padahal, data empiris itu sendiri perlu dikaji dengan teliti.

Fenomenologi menghasilkan kajian struktur kesadaran. [a] Ijinkan obyek kajian hadir kepada kesadaran murni apa adanya; tunda dan bersihkan prasangkan Anda. [b] Setiap kesadaran bersifat intensional; kesadaran selalu berupa kesadaran tentang sesuatu; kesadaran selalu memiliki obyek. [c] Subyek kesadaran adalah ego psikis yang paralel dengan ego transenden.

Eksistensialisme Heidegger menganggap kesadaran sebagai aproksimasi dasein atau eksistensi konkret; dasein adalah eksistensi yang peduli dengan eksistensi dirinya dalam dunia. Heidegger, sebagai murid Husserl, melanjutkan kajian fenomenologi dengan bobot eksistensialisme yang lebih besar. Heidegger jarang menggunakan istilah kesadaran tetapi lebih sering menggunakan istilah peduli; jarang menggunakan istilah manusia sejati tetapi sering menggunakan istilah dasein.

Dasein adalah manusia otentik yang peduli terhadap eksistensi; atau, dasein adalah eksistensi yang bertanya tentang makna eksistensi [10]. Kesadaran otentik adalah kesadaran yang dimiliki oleh manusia otentik atau dasein otentik. Sayangnya, banyak orang gagal menjadi manusia otentik; mereka terjatuh dalam dunia ini; mereka terjatuh dalam idle-talk yang sia-sia.

Peduli terhadap masa depan eksistensi diri dan eksistensi dunia menjadikan manusia gelisah; sadar akan rasa gelisah justru yang menjadikan manusia otentik. Mesin tidak pernah gelisah; tumbuhan tidak pernah gelisah; binatang pun tidak pernah gelisah dalam arti sebenarnya. Hanya manusia otentik yang peduli terhadap gelisah; kemudian mendengarkan suara hati; lalu mengambil sikap tanggung jawab yang disertai komitmen. Apakah Anda gelisah?

Sartre meyakini kesadaran adalah being-for yang menolak identitas; kesadaran adalah bukan kesadaran yang ini; secara intensional. Sartre belajar dari Heidegger dan Husserl sehingga mengembangkan fenomenologi eksistensialisme yang unik. Kesadaran manusia memiliki obyek transenden yaitu subyek itu sendiri. Sehingga, kesadaran tidak pernah stabil; kesadaran tidak pernah memiliki identitas yang stabil; atau kesadaran selalu menolak identitas.

Konsekuensinya, kesadaran adalah freedom itu sendiri. Apakah manusia memiliki freedom? Itu adalah jenis pertanyaan yang salah. Manusia tidak perlu memiliki freedom karena manusia adalah freedom itu sendiri.

Freud menyatakan bahwa kesadaran sekedar puncak gunung es dari tak-sadar; hasrat yang tertahan menjadi tumpukan tak-sadar; yaitu hasrat seksual; dikoreksi jadi hasrat menuju mati saat Freud tua [11].

Kesadaran dikendalikan oleh tak-sadar. Kesadaran tidak benar-benar bebas karena hanya merupakan bagian kecil dari tak-sadar. Hasrat manusia yang tak-sadar mendikte arah kesadaran. Dari beragam jenis hasrat, yang paling fundamental adalah hasrat seksual menurut Freud muda. Norma sosial melarang manusia mengungkapkan hasrat secara terbuka. Akibatnya, hasrat ini dipendam. Kemudian, bertumpuk-tumpuk menjadi gunung hasrat tak-sadar yang mengendalikan kesadaran manusia. Manusia bagai mesin dengan kesadaran semu.

Pada usia dewasa, Freud menemukan beragam kesulitan dalam teorinya. Akhirnya, dia menemukan bahwa hasrat paling fundamental adalah hasrat menuju mati; dan, tentu saja, hasrat menuju mati bersifat tak-sadar. Beberapa orang melampiaskan hasrat tak-sadar dalam bentuk petualangan berbahaya; beberapa dalam bentuk kesibukan kerja; beberapa dalam bentuk frustasi; beberapa dalam bentuk kehidupan penuh arti.

Chalmers menduga sains akan mampu mengungkap bagaimana kesadaran bisa muncul [12] dari sel-sel otak manusia (hard problem); membuka posibilitas kesadaran muncul dari program komputer cerdas misal AI. Tetapi, hampir 30 tahun sejak problem ini dirumuskan, belum ada tanda-tanda solusi. Bagaimana pun, rumusan problem kesadaran ini berhasil menjadikan kajian lebih fokus menemukan solusi.

Seiring perkembangan kajian dan problem-problem baru yang muncul, berikut ini, kita bahas beberapa teori kesadaran secara singkat [13].

a. Higher-order theories

Kesadaran adalah berpikir tingkat lebih tinggi. Ada pohon di samping rumah, misal. Kesadaran adalah saya sadar ada pohon di samping rumah; atau, suatu subyek menyadari ada pohon di samping rumah.

b. Reflexive theories

Kesadaran adalah kemampuan berpikir refleksif. Contoh kesadaran saya berpikir bahwa saya melihat pohon di samping rumah.

c. Representationalist theories

Kesadaran adalah kemampuan berpikir representatif. Kemarin, saya melihat pohon di samping rumah; dalam bayangan saya, tinggi pohon itu lebih dari 2 meter.

d. Narrative Interpretative Theories

Beberapa bulan lalu, saya menanam pohon di samping rumah. Saat ini, tinggi pohon itu sudah lebih dari 2 meter. Beberapa bulan ke depan, pohon itu akan menambah sejuk rumah saya. Kesadaran adalah kemampuan membuat interpretasi sebagai pusat narasi.

e. Cognitive Theories

Kesadaran adalah kemampuan kognisi oleh subyek. Manusia memiliki kemampuan kognisi tingkat tinggi. Sementara, binatang dan tumbuhan memiliki kemampuan kognisi sampai taraf tertentu.

f. Information Integration Theory

Kesadaran terjadi ketika nilai informasi total suatu entitas lebih besar dari jumlah masing-masing nilai informasi komponen penyusunnya. Manusia memiliki kesadaran karena pikiran manusia lebih besar nilai informasinya dibanding penjumlahan sel-sel otak manusia. Komputer berpotensi menjadi sadar karena nilai informasi komputer lebih besar dari penjumlahan nilai informasi masing-masing komponen.

g. Neural Theories

Kesadaran adalah hasil dari kerja sistem kompleks sistem syaraf. Jaringan syaraf, terutama yang berpusat di otak, mendapat stimulus eksternal dan internal, kemudian melakukan proses kompleks dan menghasilkan kesadaran.

h. Quantum theories

Kesadaran terbentuk melalui proses quantum yang terjadi pada sistem syaraf yang berpusat di otak. Jaringan materi fisik otak berperilaku deterministik sesuai hukum fisika. Tetapi, proses kolaps atau runtuhnya quantum state pada sel-sel otak adalah tidak-determenistik. Pertemuan dua sistem itu, deterministik dan tidak-determenistik, melahirkan keteraturan-keteraturan tertentu yang menghadirkan kesadaran.

i. Non-physical theories

Kesadaran adalah fenomena non-fisik. Baik berupa fenomena mental, intelektual, spiritual, mau pun transendental. Kajian fisika perlu mempertimbangkan aspek-aspek non-fisik agar mampu memahami fenomena kesadaran.

Beberapa deskripsi makna dan teori kesadaran di atas hanya ringkas. Meski demikian, barangkali cukup memadai untuk menyadarkan betapa kompleks kajian tema kesadaran ini. Bagian berikutnya, kita akan membahas beberapa problem yang muncul serta alternatif solusi pada masing-masing era.

2. Problem dan Solusi

Untuk memahami problem dan solusi masing-masing era, kita akan membuat definisi awal tentang kesadaran. Kesadaran adalah peduli terhadap eksistensi internal dan eksistensi eksternal. Kita bisa melihat kesulitan definisi ini adalah pada “peduli” atau “awareness” itu sendiri; yang beresiko pada definisi sirkular. Karena itu kita perlu melangkah dari definisi kesadaran menuju makna kesadaran. Kesulitan yang sama bisa muncul ketika kita mendefinisikan “intelligence” yang berhubungan dengan AI.

Consciousness, at its simplest, is awareness of internal and external existence.(Wikipedia.org)

Human intelligence is the intellectual power of humans, which is marked by complex cognitive feats and high levels of motivation and self-awareness. (Wikipedia.org)

Generative AI is a type of artificial intelligence technology that can produce various types of content, including text, imagery, audio and synthetic data. (techtarget.com)

2.1 Solusi Etika

Berikut tiga problem utama dari era engaged reason.

[a] Bagaimana kesadaran manusia yang sibuk dengan urusan dunia bisa naik menjadi kesadaran intelektual-spiritual?

[b] Bagaimana pengetahuan epistemic menyempurna menjadi sophi?

[c] Bagaimana pengetahuan dan praktik di dunia nyata agar bernilai etika?

Berikut beberapa alternatif solusi.

[a] Urusan dunia materi perlu selaras dengan kesadaran psikis dan spiritual.

Kata kunci adalah “selaras”: kita berada dalam dunia materi; kita butuh materi; kita selalu sibuk dengan materi; di saat yang sama, semua urusan materi itu bernilai intelektual dan spiritual. Materi selaras dengan spiritual. Solusi selaras ini memang merupakan solusi etika atau aksiologi. Bagaimana pun, solusi ini bisa dilakukan oleh setiap orang dalam tingkat intelektualitas yang beragam.

Di sisi lain, solusi etika selaras di atas tetap tidak ada jaminan bisa realisasi. Orang dari jaman kuno sampai sekarang bisa saja melanggar etika atau setia pada etika. Karena sikap etika adalah freedom bagi masing-masing orang. Jadi, solusi etika tetap problematis sampai saat ini. Secara etika, kita perlu meningkatkan kesadaran bahwa kesibukan sehari-hari harus bernilai intelektual dan spiritual; atau kesibukan sehari-hari perlu dipastikan selaras dengan nilai-nilai intelektual dan spiritual.

[b] Pengetahuan konkret yang parsial perlu merangkul keragaman perspektif sehingga terbentuk hikmah atau terbentuk sophi.

Mengaku sebagai paling benar adalah kesalahan; menganggap pihak lain sebagai sesat adalah kesalahan fatal; meski pun dugaan semacam itu bisa saja ada argumen pendukung. Sebaliknya, justru lebih meyakinkan yaitu pengetahuan kita selalu terbatas. Pengetahuan epistemik, misal sains, selalu terbatas; pengetahuan praktis, misal teknologi, selalu terbatas; pengetahuan konsensus, misal hukum, selalu terbatas; pengetahuan instropeksi, misal kondisi mental, selalu terbatas. Solusi terbaik adalah merangkul seluruh pengetahuan yang ada, kemudian, merangkai hikmah secara intelektual dan spiritual.

[c] Pengetahuan dan praktek itu sendiri adalah tindakan etika; yang menjadikan kesadaran manusia menyempurna.

Pengetahuan dan praktek adalah realitas itu sendiri; pengetahuan dan praktek adalah ontologi; bukan hanya epistemologi atau pun aksiologi. Sehingga, belajar dan bekerja adalah tindakan etika. Proses belajar adalah kebaikan dan bidang studi kajian juga kebaikan. Demikian juga, proses kerja adalah kebaikan dan pekerjaan itu sendiri adalah kebaikan.

Sehingga, belajar korupsi adalah salah secara kategori istilah; bekerja sebagai pencuri juga salah. Tidak ada istilah belajar dan bekerja dalam korupsi dan pencurian. Atau sebaliknya, sebelum belajar dan bekerja, kita perlu memastikan bahwa setiap proses adalah kebaikan; hasilnya juga kebaikan.

Kita perhatikan problem kesadaran di era engaged reason berhubungan dengan kesadaran etika. Solusi juga bersifat etika. Konsekuensinya, meski sudah ada solusi tetap problematis sampai masa kini. Jika pemikir masa kini merasa tidak ada problem etika dalam meneliti teknologi maka hal itu karena dia tidak peduli. Sejatinya, selalu ada problem etika. Sementara, problem metafisika baru muncul pada era berikutnya.

2.2 Problem Metafiska

Era engaged reason tidak menghadapi problem metafisika dualisme atau pun monisme. Era transisi memunculkan problem metafisika kesadaran seperti itu. Berikut beberapa pandangan metafisika yang mungkin.

Dualisme jiwa dengan badan. Kesadaran jiwa adalah mandiri terhadap materi badan; demikian juga sebaliknya.

Monisme jiwa atau kesadaran. Realitas sejati adalah kesadaran. Materi fisik adalah kesadaran yang sedang menampakkan diri. Pandangan ini sering disebut sebagai idealisme.

Monisme materi atau materialisme. Realitas sejati adalah materi fisik. Kesadaran atau jiwa adalah ilusi belaka. Pikiran kita dan beragam teori adalah ilusi pada analisis akhir.

Monisme netral yaitu substansi fundamental adalah netral yang bukan materi mau pun jiwa; atau, netral yaitu substansi yang sekaligus materi dan jiwa.

Panpsikis adalah realitas paling fundamental bersifat psikis atau pengalaman oleh subyek. Panpsikis mirip dengan idealisme tetapi berbeda sudut pandang. Panpsikis mengawali kajian secara analisis terhadap obyek kajian tertentu dengan fokus yang tegas. Tahap selanjutnya, kita bisa generalisasi sehingga panpsikis berlaku secara universal.

Pan-proto-psikis adalah realitas paling fundamental adalah proto-psikis; bukan psikis tetapi menjadi benih psikis.

Dualisme-properti bermaksud mengakui bahwa realitas fundamental adalah tunggal yang memiliki properti ganda: psikis dan fisik. [a] Awalnya, realitas fundamental bersifat mikro-psikis yaitu bersifat mental atau sadar dalam tingkat dasar. [b] Kemudian, terbentuk partikel-partikel elementer materi fisik misal boson dan fermion. Partikel elementer ini memiliki properti ganda: materi dan mikro-psikis; hanya saja, kita tidak bisa mendeteksi mikro-psikis. [c] Tahap akhir, partikel elementer membentuk jaringan materi komplek; demikian juga, di saat yang sama, mikro-psikis membentuk jaringan kompleks. Sehingga, hadir kesadaran bersifat makro semisal kesadaran sebagai manusia berakal; makro-psikis.

2.3 Solusi Freedom

Era transisi memunculkan tiga problem utama berikut.

[a] Bagaimana kesadaran jiwa saling pengaruh dengan badan?

[b] Bagaimana kesadaran tetap memiliki freedom dalam kausalitas alam raya?

[c] Bagaimana kesadaran bisa muncul pada akhir evolusi alam?

Beberapa solusi alternatif bisa kita pilih berikut ini.

[a] Jiwa dan badan saling pengaruh melalui substansi khusus, misal, monad.

Leibniz mengusulkan solusi berupa monad dalam teori monadologi. Badan, pada analisis akhir, terhubung dengan monad. Dan jiwa, pada analisis akhir, juga terhubung dengan monad. Jadi, jiwa dan badan saling berinteraksi melalui monad.

Lalu apa itu monad? Monad adalah substansi “halus” yang langsung terhubung dengan Tuhan. Pemikir era transisi bisa puas dengan jawaban ini. Tetapi, pemikir era bifurkasi bisa masih lanjut bertanya. Kelak, problem ini dikenal sebagai “explanatory gap.”

[b] Jiwa adalah freedom-radikal pembuat aturan itu sendiri.

Kant mengusulkan solusi freedom-radikal. Jiwa manusia, dan kesadaran, adalah freedom itu sendiri. Alam semesta diatur oleh hukum kausalitas yang tegas. Sementara, jiwa mampu bersikap spontan. Kausalitas alam tidak mengganggu spontanitas jiwa. Jadi, jiwa mampu merespon alam dengan freedom yang spontan.

Dalam perkembangannya, jiwa manusia berhasil mengkaji hukum kausalitas alam; menghasilkan sistem sains alam dan teknologi. Sedangkan freedom dari kesadaran, kemudian, menetapkan aturan bagi dirinya yaitu aturan moral. Meski ada aturan, kesadaran tetap memiliki kemampuan untuk menjalani aturan moral itu atau melanggarnya. Berbeda dengan hukum kausalitas alam yang konsisten dalam rentang jangkauan sangat luas.

[c] Mutasi acak membuka posibilitas apa saja; termasuk posibilitas kesadaran.

Mutasi acak memiliki karakter yang menarik; karena acak maka mungkin apa saja; termasuk mungkin menghasilkan kesadaran pada manusia. Beberapa pemikir percaya bahwa acak akan menghasilkan kesadaran. Tetapi, beberapa pemikir yang lain tidak menerima itu.

Era transisi menunjukkan keragaman interpretasi terhadap konsep kesadaran. Berikutnya, keragaman ini makin menguat pada era bifurkasi yang mengarah kepada pluralisme konsep kesadaran.

2.4 Solusi Plural

Era bifurkasi menghadapi beberapa problem serius sampai saat ini.

[a] Easy Problem: Bagaimana sistem sel syaraf mengolah data sampai muncul citra pada kesadaran? Teori Representasi.

[b] Hard Problem: Bagaimana sistem syaraf memunculkan kesadaran diri sebagai subyek yang mengalami? Subyek Psikologi; HOT.

[c] Very Hard Problem: Bagaimana manusia bisa sadar sebagai subyek transcendental? Subyek Fenomenologi.

Saya mengusulkan beberapa solusi alternatif berikut ini.

[a] Easy Problem: Setiap solusi materialis terjebak petitio principii; solusi alternative adalah disjunctivism.

Sains, atau filsafat sains pada umumnya, menghadapi petitio principii yaitu selalu kembali ke pertanyaan awal; jadi tidak pernah tuntas. Misal sel-sel otak menghasilkan citra, impresi indera, melalui M. Pertama, asumsikan M adalah materi maka bagaimana M bisa menghasilkan citra? Terjebak petitio principii. Kedua, asumsikan M adalah mental maka bagaimana sel otak bisa menghasilkan M? Terjebak petitio principii.

Disjunctivisme menjadi alternatif solusi. Kita membutuhkan disjunctivisme epistemologi dan ontologi; prioritas ontologi kesadaran lebih utama dari materi fisik; atau, prioritas kesadaran adalah indexical.

V = kasus veridical = seseorang melihat “bola” dan memang ada bola nyata di alam eksternal.

H = kasus halusinasi = seseorang melihat “bola” tetapi tidak ada bola di alam eksternal; hanya halusinasi.

V dan H adalah berbeda, yaitu disjunctive. V dan H berbeda secara signifikan. Tidak ada persamaan yang signifikan antara V dan H.

Pandangan umum, V = H + bola, adalah tidak benar; menurut disjunctivisme. Tidak benar juga bahwa H = V – bola.

Meski V berbeda dengan H tetapi subyek tidak bisa membedakan melalui instropeksi. Subyek hanya bisa membedakan melalui refleksi internal atau verifikasi eksternal. Hanya saja, terjadi asimetri: [a] pengamat merasa mampu membuktikan V, yaitu persepsi yang benar; [b] pengamat merasa tidak mampu bembuktikan H, yaitu tidak bisa memastikan halusinasi atau tidak; ketika mengalami halusinasi. Barangkali, ilusrasi contoh akan memudahkan.

Tiba di kampus, saya membuka tas,

V1 = Saya melihat “buku logika.”

Seharusnya, saya membawa dua buku: buku logika dan buku quantum. Kemudian, saya telepon ke isteri di rumah dan isteri menjawab dengan yakin.

V2 = Saya (isteri saya) melihat “buku quantum” di rumah.

V1 dan V2 adalah pengamatan yang benar; dan terbukti benar dalam contoh di atas. Saya tidak perlu ragu dengan V1 dan isteri tidak perlu ragu dengan V2. Jadi, kita bisa yakin terhadap validitas persepsi yang benar.

Kasus yang berbeda terjadi pada halusinasi. Saya mencari-cari “buku renungan” di tumpukan buku-buku di rumah. Berhari-hari, saya mencari tetapi tidak menemukan “buku renungan” itu. Suatu malam, saya melihat di ujung meja,

H1 = Saya melihat “buku renungan”.

Saya ragu, apa benar itu buku renungan? Saya kucek-kucek mata; saya buka mata lebih lebar untuk memastikan apakah itu benar-benar buku renungan. Saya coba menyentuh buku itu… tetapi hanya halusinasi.

Halusinasi H1 tampak seperti nyata. Meski saya merasa ragu. Bila demikian, bukankah kita bisa membedakan veridical V dengan halusinasi hanya melalui instropeksi? Bila yakin maka V; bila ragu maka H. Tidak bisa seperti itu. Misal kita yakin V = 90% tetap ada peluang V salah. Meski ragu H = 50% tetap ada peluang H benar. Kita membutuhkan refleksi atau verifikasi untuk memastikannya.

Jadi urutan yang tepat adalah, pertama, menerima kesadaran persepsi; dan, kedua, menguji apakah persepsi itu veridical V atau halusinasi H. Urutan ini menjawab easy-problem dan selamat dari petitio principii. Karena relasi antara subyek dan obyek dalam persepsi terjadi dalam selang waktu tertentu, terjadi hubungan timbal balik, maka tidak masalah bila sains empiris mengawali kajian dari obyek eksternal. Sementara, kajian filosofis akan menemui kesulitan dengan cara seperti itu.

Hasil dari pengujian persepsi bisa lebih beragam.

[p] Veridical yaitu benar ada buku di alam eksternal. Kajian veridical ini menjadi fokus ilmu pengetahuan atau sains.

[q] Halusinasi yaitu tidak ada buku. Dalam dosis kecil, halusinasi tidak masalah. Bila berlebih, barangkali, perlu kajian psikologis atau terapi.

[r] Ilusi yaitu ada benda mirip buku. Konsep ilusi sering dimanfaatkan dalam dunia hiburan misal sulap.

[s] Fiksi yaitu memang tidak ada buku tapi bisa jadi karya sastra. Puisi, novel, cerpen, dan lain-lain memanfaatkan fiksi untuk menumbuhkan imajinasi kreatif.

[t] Visi yaitu cita-cita untuk membuat bukti nyata. Pemimpin besar menggemakan visi besar untuk membangun negeri dalam 10 tahun ke depan. Bersama rakyat, mereka mewujudkan visi masa depan itu.

Selanjutnya, kita membahas solusi hard problem dan very hard problem secara bersamaan.

[b] Hard Problem: Setiap solusi materialis terjebak petitio principii; solusi alternative adalah paralelisme difference. Subyek psikologis, yang mengalami realitas dunia ini, paralel dengan subyek fenomenologis, yang bersifat transenden. Karena itu, kita akan membahas paralelisme ini setelah membahas subyek fenomenologis di bawah ini.

[c] Very Hard Problem: Petitio principii; solusi alternative adalah posibilitas futuristik sebagai real.

Realitas masa depan kita sebut sebagai paran. Secara umum, paran bersifat potensial. Tetapi, paran sejatinya bersifat aktual dan konkret karena aktual adalah indexical.

Saat seorang manusia lahir, misal diri kita, maka bersamanya eksis paran. Seorang bayi selalu memiliki masa depan. Paran ini, bisa saja, bayi itu nanti sekolah SD, SMP, SMA, sampai kuliah; kemudian, kerja dan berkarya. Di antara banyak paran itu, kematian adalah paran paling pasti bagi setiap manusia. Pada waktunya, indexical, manusia pasti mati.

Mengapa ketika SD Anda punya kesadaran? Karena Anda punya paran, misal sebagai siswa SMA. Sebagai siswa SMA tentu Anda memiliki kesadaran; Anda sadar jadwal sekolah, jadwal olah raga, jadwal ujian, dan lain-lain. Paran SMA ini menarik diri Anda ketika SD sehingga memiliki kesadaran.

Lalu, mengapa ketika SMA Anda memiliki kesadaran? Kita bisa langsung merujuk ke paran akhir di dunia ini: mati. Menjelang mati, orang sadar akan nilai spiritual dan intelektual dari perjalanan hidupnya. Paran kematian ini yang menarik seluruh hidup Anda memiliki kesadaran. Kematian adalah yang memberi nilai penting bagi seluruh hidup Anda. Apa yang Anda siapkan menyambut kematian?

Tentu, pertanyaan bisa berlanjut, mengapa menjelang mati, manusia punya kesadaran? Apakah masih ada perjalanan setelah kematian? Kita bisa menjawab dengan afirmasi. Masih banyak perjalanan setelah kematian diri kita. Di antaranya, anak cucu dan generasi penerus melanjutkan perjalanan di dunia ini. Sementara, perjalanan diri kita, setelah kematian, dibahas dalam tulisan yang lain.

Mari kita ringkas: kesadaran subyek transenden muncul sebagai konsekuensi kesadaran realitas paran, terutama, kesadaran akan kematian. Kemudian, kesadaran transenden menjalin relasi paralel dengan kesadaran psikologis.

Paralelisme

Kematian adalah transenden terhadap kehidupan kita di dunia ini; dalam arti, kematian melampaui seluruh kehidupan di dunia ini; kematian adalah impossibility dari posibilitas setiap manusia. Kesadaran akan kematian yang transenden kita sebut sebagai kesadaran fenomenologis.

Kesadaran fenomenologis paralel dengan kesadaran psikologis. Semua yang terjadi pada fenomenologis juga terjadi pada psikologis, begitu juga sebaliknya. Mereka adalah identik. Tetapi mereka tetap berbeda. Fenomenologis transenden terhadap dunia; psikologis saling pengaruh dengan dunia; psikologis adalah imanen. Mereka adalah difference. Lengkap sudah pembahasan tentang kesadaran manusia: transenden paralel dengan imanen.

2.5 Problem Kesadaran AI

Apakah AI bisa menghasilkan kesadaran? Untuk menjawab ini, kita bisa membuat tiga kelas kesadaran: representasi; psikologis; dan fenomenologis.

DeskripsiAIKucingManusia
CitraYaYaYa
ProsesYaYaYa
KalkulasiYa-/+
KomputasiYa
MemoriYaYaYa
AnalisisYaYa
Kesadaran Representasi
DeskripsiAIKucingManusia
SukaYaYa
DukaYaYa
EmosiYa-/+
IntuisiYaYa
AntisipasiYa-/+
PelakuYaYa
Kesadaran Psikologi
DeskripsiAIKucingManusia
WaktuYaYa
SejarahYa
Legasi-/+
DosaYa
Etika-/+
Transenden-/+
Kesadaran Fenomenologi

Dengan menganalisis tiga tabel di atas – kesadaran representasi, psikologis, dan fenomenologis – AI berpotensi memiliki kesadaran dalam klasifikasi kesadaran representasi. Sementara, untuk kesadaran psikologis dan fenomenologis, tampak AI masih jauh untuk bisa mencapainya.

3. Prospek AI

AI menjanjikan keuntungan yang besar; di saat yang sama, AI adalah ancaman sangat besar. AI menimbulkan dilema. Justru, sadar terhadap dilema adalah tugas utama umat manusia.

3.1 Dilema AI

AI terbukti membantu memudahkan seleksi ratusan karyawan baru dari ribuan pelamar. Dilema muncul karena [a] AI bersifat bias terhadap etnis dan gender tertentu. AI terbukti membantu para hakim atau juri memutus suatu perkara hukum. Kita tinggal berikan data-data lengkap kasus hukum ke AI; dalam hitungan menit, AI akan menghasilkan keputusan hukum. Dilema muncul karena [b] keputusan AI tidak dijamin adil serta tidak bisa ditelusuri alur argumen secara signifikan. AI mampu menghasilkan puisi, lukisan, video, dan karya seni lain yang tampak mempesona. Dilema muncul karena [c] karya seni oleh AI tidak jelas apakah ada makna yang berarti. AI mampu mengendarai mobil otomatis. Dilema muncul karena [d] bila terjadi resiko, misal kecelakaan, maka pihak mana harus tanggung jawab tidak jelas.

Penerapan AI akan selalu memunculkan dilema. Tugas manusia untuk menentukan sikap dengan bijak terhadap AI.

3.2 Menuju AGI

Beberapa pihak optimis bahwa AI akan berkembang mampu mengambil sikap otonom, tanpa program di awal, sehingga mirip manusia; contohnya adalah hipotesis AGI. Karena kemampuan komputasi AGI jauh lebih besar dari manusia maka AGI akan lebih hebat dari manusia. AGI menjadi semacam super-human, atau manusia super. Akankah AI, yang berkembang menjadi AGI, mendominasi umat manusia?

Imagine a world where machines aren’t confined to pre-programmed tasks but operate with human-like autonomy and competence. A world where computer minds pilot self-driving cars, delve into complex scientific research, provide personalized customer service and even explore the unknown.

This is the potential of artificial general intelligence (AGI), a hypothetical technology that may be poised to revolutionize nearly every aspect of human life and work. (ibm.com)

3.3 Dominasi AI

Benarkah 2045 AI akan menguasai dunia? Beberapa pemikir memprediksi itu. Pemikir yang lain sangat khawatir sehingga kita perlu mencegah itu. Kita akan mengkaji dengan menjawab tiga pertanyaan utama berikut.

… a “superhuman intelligence” — an AI that is more intelligent than humans — after which the human era would end. AI pioneer Ray Kurzweil predicted such a “singularity” by 2045.

[a] Apakah AI akan mendominasi manusia?

Tidak. AI tidak akan mendominasi dunia kecuali ada campur tangan manusia. Andai AI evolusi menjadi AGI, bagai super-human mirip transformer, memang ada posibilitas akan mendominasi dunia; termasuk AI mendominasi manusia. Sejauh ini, belum ada indikasi bahwa AI akan mirip dengan transformer.

Campur tangan manusia akan memudahkan AI mendominasi dunia. Bahkan, dengan perkembangan AI yang mirip saat ini, sudah memadai untuk mendominasi dunia. Orang-orang super-kuat, secara ekonomi dan politik, menguasai AI. Kemudian orang super-kuat ini mendominasi dunia. Hasilnya, benar AI mendominasi dunia.

Lebih parah lagi, orang-orang super-kuat itu sendiri di-dominasi oleh AI dengan satu dan lain cara; meski, mungkin mereka tidak sadar. Lengkap sudah, AI mendominasi dunia dan manusia. Bukankah situasi saat ini memang seperti itu? Dalam situasi seperti ini, akan ada beberapa orang yang berjuang untuk membangunkan kembali suara hati umat manusia. Mereka mengajak manusia untuk kembali hidup berdasar bisikan suara hati. Tentu sulit sekali.

[b] Apakah manusia ingin didominasi AI?

Benar. Sebagian besar manusia malas sehingga “ingin” didominasi AI. Ironis kan? Sebagian kecil orang khawatir bahwa AI akan mendominasi manusia. Sebagian besar orang justru ingin didominasi oleh AI. Hidup ini berat; biarlah tidak perlu berpikir; jalani saja hidup sesuai program AI; beres.

Budaya membaca buku tampak mulai redup di banyak kalangan. Sementara, kebiasaan menonton video pendek justru makin berkembang. Lebih rumit lagi, video pendek dikendalikan oleh AI. Orang malas mencari informasi mengenai video pendek; orang malas berpikir kritis terhadap video pendek; mereka menelan apa saja yang diumpan oleh AI berupa video pendek itu. Manusia suka rela di-dominasi AI melalui video pendek dan sejenisnya.

[c] Bagaimana tanggung jawab moral?

Tanggung jawab moral akan menjadi dilema selamanya. Kajian kita tentang kesadaran adalah untuk membangkitkan kembali kesadaran akan tanggung jawab moral. Bagaimana pun, harus ada sebagian orang untuk terus mengingatkan pentingnya tanggung jawab moral.

4. Paradigma Sains

Dalam buku Filsafat Sains, Dimitri memilih lima paradigma utama untuk mengkaji sains [40]; atau, lima paradigma bagi sains agar sains lebih bijak dalam mengkaji realitas. Saya meringkas lima paradigma ini untuk mengkaji kesadaran AI dalam uraian tabel di bawah.

4.1 Logiko Positivisme

Lingkaran Wina mendukung Logiko Positivisme sejak 1920an. Positivisme mendukung metode sains sebagai paling utama atau, bahkan, satu-satunya. Apakah AI memiliki kesadaran? Positivisme menjawab, “Biarkan sains jadi solusi secara obyektif.” Positivisme menghadapi petitio principii dalam kasus ini; seperti sudah kita bahas di atas.

4.2 Kritik dan Interpretasi

Popper mengenalkan metode kritik rasional pada 1930an. Teori sains empiris tidak pernah bisa dibuktikan sebagai benar; justru, sains hanya bisa dibuktikan sebagai salah melalui falsifikasi. Jika sains lolos dari falsifikasi maka hanya bernilai koroborasi atau dikukuhkan. Sewaktu-waktu, koroborasi itu bisa dibatalkan oleh falsifikasi. Andai terkoroborasi bahwa AI memiliki kesadaran maka, sewaktu-waktu di masa depan, bisa dibatalkan melalui falsifikasi. Kita perlu sikap terbuka dan kritis.

Kuhn menunjukkan, pada tahun 1960an, bahwa teori sains adalah sebentuk interpretasi dalam satu paradigma tertentu; paradigma sains normal. Pergeseran paradigma berdampak revolusioner terhadap sains. Interpretasi-interpretasi segar dari sains bernilai tinggi bagi perkembangan peradaban; termasuk, perkembangan teknologi AI.

4.3 Posmodern dan Pragmatisme

Bagi posmodern, sains adalah hasil dari kekerasan relasi power. Pada gilirannya, sains menciptakan relasi power yang mendominasi pihak-pihak lemah. Posmo mencoba mengungkap kesadaran akan peran relasi power dalam pengembangan AI: siapa pihak dominan dan siapa pihak korban?

Pragmatisme fokus kepada manfaat dari AI. Jika AI memiliki kesadaran maka apakah lebih bermanfaat atau justru menimbulkan beragam masalah?

AIObyek KajianHistoriProspek
PositivismePenerapan AI netral.Bisa bermanfaat atau berbahaya.Berkembang karena makin presisi dan andal.
KritikalPengembangan dan penerapan perlu kritis.Salah satu perkembangan teknologi ter-koroborasi.Diterima atau ditolak sesuai kajian kritis.
InterpretivismeSekedar hasil interpretasi sains; tersedia ragam alternative.Perkembangan dari interpretasi sains matematis; tersedia alternative interpretasi.Melemahkan atau menguatkan kemampuan interpretasi manusia.
PosmodernismeHasil pemaksaan oleh pihak dominan.Konspirasi pihak dominan memenangkan AI.Kompetisi power akan menentukan AI atau lain.
PragmatismeBermanfaat untuk beberapa bidang; merugikan pihak lain.Produk sains praktis.Berkembang atau hilang sesuai manfaatnya.
Aksiologi AI dalam Lima Paradigma


5. Posibilitas Masa Depan

Kita sadar bahwa kita pernah dilahirkan oleh ibu di masa lalu. Masa lalu adalah eksis; atau, minimal, masa lalu pernah eksis. Kita juga sadar bahwa kita sedang antisipasi masa depan; masa depan adalah real; atau, setidaknya, masa depan posibel untuk menjadi real. Kesadaran diri, masing-masing manusia, mengindikasikan bahwa masa lalu dan masa depan adalah real atau, setidaknya, posibel untuk menjadi real.

5.1 Makna Posibilitas Kesadaran

[a] Makna-posibilitas adalah abstrak.

Secara intuitif, kita mengira bahwa posibilitas adalah abstrak. Asumsikan hari ini adalah Senin.

A = Besok, Selasa, turun hujan.

Pernyataan A di atas adalah abstrak (posibilitas) karena kita, saat ini, masih berada di hari Senin. Bisa saja besok, Selasa, benar hujan; tapi, bisa juga Selasa tidak hujan.

[b] Makna posibilitas adalah kombinasi secara luas. Saat ini, Adi duduk di sebelah kiri dari Budi. Posibilitas adalah kombinasi K = Adi duduk di sebelah kanan dari Budi.

Kita bisa menyusun ulang kombinasi dalam jumlah yang sangat besar; pertimbangkan kombinasi duduk kiri, kanan, depan, belakang, atas, bawah, dan lain-lain. Sehingga, kita memiliki posibilitas dalam jumlah yang sangat besar pula. Bagaimana pun, kombinasi K bersifat abstrak sebagai posibilitas; atau, bersifat potensial. Sedangkan, realitas aktual adalah realitas yang kita hadapi: Adi duduk di sebelah kiri.

[c] Makna posibilitas adalah konkret. Posibilitas sama konkret dengan realitas aktual. Makna konkret ini cukup sulit kita pahami secara intuitif. Kita perlu mengkaji lebih dalam untuk bisa memahami posibilitas sebagai realitas konkret.

A = Besok, Selasa, turun hujan.

Pernyataan A di atas adalah konkret; hari Selasa benar-benar hujan. Hanya saja, hari ini hari Senin, kita tidak sanggup akses secara langsung. Realitas aktual, umumnya, adalah realitas yang kita hadapi di hari Senin. Andai kita lebih terbuka sehingga mampu akses realitas hari Selasa, maka, hari Selasa adalah aktual. Jadi, makna aktual bersifat indexical yaitu sesuai konteks.

Hanya karena kita gagal akses maka tidak membuktikan bahwa hari Selasa sebagai abstrak. Bandingkan dengan akses lokasi. Saat ini, di Bandung, cerah. Secara simultan, saat ini, di Jayapura hujan. Keduanya, sama-sama aktual. Hanya karena saya tinggal di Bandung, tidak mampu akses Jayapura, maka tidak berarti “Jayapura hujan” adalah asbtrak. “Jayapura hujan” sama aktualnya dengan “Bandung cerah.” Sama-sama konkret.

Tentu saja, pernyataan aktual bisa saja bernilai salah; ternyata, misalnya, “Jayapura tidak hujan.”

Contoh posibilitas kombinasi adalah pernyataan posibilitas aktual yang bernilai salah.

K = Adi duduk di sebelah kanan dari Budi.

Dari pengamatan, yang benar, “Adi di sebelah kiri.” Dari perspektif pendukung posibilitas konkret, baik posibilitas kombinasi mau pun posibilitas abstrak adalah sama-sama konkret. Tentu saja, perspektif ini merevisi banyak hal, pemahaman intuisi kita, tentang posibilitas; terutama, intuisi tentang waktu. Bagi yang berminat mendalami pembahasan posibilitas masa depan silakan merujuk ke buku saya berjudul Logika Futuristik [50].

Umumnya, orang memandang masa depan dan masa lalu sebagai abstrak atau tidak aktual; hanya masa kini yang aktual. Sementara, posibilitas-konkret memandang semua waktu sebagai konkret; masa depan konkret; masa lalu konkret; dan masa kini juga konkret. Meski konkret, pernyataan posibilitas bisa bernilai salah. Lalu, bagaimana cara menentukan nilai kebenaran dari suatu posibilitas? Kita bisa memanfaatkan probabilitas.

Sedikit catatan tentang makna aktual. Aktual bersifat indexical yaitu terhubung dengan konteks tertentu. Ketika kita berada di hari Senin maka Senin adalah aktual; sementara, Selasa dan Rabu potensial. Berlalu 24 jam kemudian, Selasa menjadi aktual; Rabu potensial; dan senin tidak dianggap aktual lagi. Tetapi, semua hari bisa sama-sama real dan konkret. Bahkan, semua hari memang real dan konkret bagi perspektif makna posibilitas konkret.

5.2 Solusi Etika Kesadaran

Pada akhirnya, kita harus merumuskan solusi berkaitan tema kesadaran ini. Saya mengusulkan solusi etika kesadaran. Hidup sederhana menjadi dasar dari beragam solusi. Kita beruntung hidup di Indonesia dan sejaman dengan Gus Baha yang mengajarkan hidup bahagia dalam suasana sederhana [51]; baik melalui kata-kata mau pun tindakan nyata.

[a] Puasa ekonomi: membatasi konsumsi pribadi; mengarahkan manfaat ekonomi dari teknologi untuk meningkatkan konsumsi pihak ekonomi lemah.

Kita sadar bahwa setiap manusia memiliki kebutuhan ekonomi. Karena itu, setiap orang perlu berjuang meningkatkan nilai ekonomi bagi diri dan masyarakat sekitar. Beberapa orang beruntung berhasil menguasai sumber ekonomi dalam jumlah besar; mereka menjadi kaya raya. Sementara, lebih banyak pihak jatuh miskin. Etika kesadaran mengajak kita untuk puasa ekonomi; yaitu, berjuang meningkatkan nilai ekonomi sedemikian hingga masyarakat miskin meningkatkan daya konsumsi dan daya produksinya. Secara pribadi, kita membatasi konsumsi diri hanya sekedarnya saja; dalam jumlah minimal. Puasa ekonomi justru yang menjadikan konsumsi penuh arti. Puasa ekonomi memperbaiki ekonomi secara personal mau pun struktural [52].

[b] Puasa politik: mengendalikan “daya disrupsi” teknologi; agar memberdayakan pihak-pihak yang lemah dalam politik.

Masyarakat selalu melibatkan politik. Ekonomi, sains, dan teknologi berjalin kelindan dengan politik. Etika kesadaran mengajak kita untuk puasa politik; yaitu, berjuang memperkuat daya politik pihak-pihak lemah. Di satu sisi, kita perlu menguatkan posisi politik masing-masing diri kita; melalui politik praktis atau non-praktis. Di sisi lain, setiap perubahan peta politik perlu menjamin penguatan posisi politik pihak lemah [53].

[c] Berpikir Terbuka: Buka hati; buka mata; buka pikiran. Selalu ada dilemma. Lihat perbedaan; lihat pembedaan; rangkai alunan semesta.

Etika kesadaran mengajak kita untuk berpikir terbuka. Kita menghadapi realitas yang kompleks, konsep pemikiran yang kompleks, dan beragam kebutuhan yang juga kompleks. Kita sadar bahwa kemampuan diri kita terbatas. Karena itu, kita perlu berbesar hati membuka mata untuk menerima keragaman realitas; kemudian, bergerak maju untuk kebaikan bersama. Tidak mudah, tetapi kita bisa.

5.3 Makna Kesadaran

Makna kesadaran adalah seluruh yang kita bahas dari awal sampai akhir, termasuk beragam teori kesadaran, ditambah dengan pembahasan di tempat-tempat lain. Singkatnya, makna kesadaran tidak bisa didefinisikan secara singkat. Kita perlu mempertimbangkan beragam konteks dan sejarah untuk memahami makna kesadaran.

Bagaimana pun, di bagian ini, kita akan merumuskan makna kesadaran secara ringkas meski tidak akan tuntas. Definisi awal kesadaran adalah kepedulian terhadap eksistensi internal dan eksistensi eksternal. Definisi ini perlu terus bertambah kaya makna agar kita lebih dekat kepada makna kesadaran.

Ada baiknya kita mempertimbangkan makna dari negasi kesadaran; sebagai pembanding. Apa makna tidak sadar? Tidak sadar adalah cuek, acuh, banal, lempeng, teler, pingsan, ngawur, bullshit, sembarangan, dan lain-lain. Cuek adalah seseorang tidak peduli akan segala situasi. Banal adalah seseorang tidak peduli akan sesuatu yang lebih bernilai; orang banal hanya biasa-biasa saja; tidak sadar dengan yang luar biasa. Ngawur adalah seseorang tidak peduli apakah penting atau tidak; benar atau salah; baik atau buruk. Jadi, tidak sadar adalah tidak peduli. Sehingga, makna sadar berhubungan erat dengan makna peduli.

Makna kesadaran adalah diri kita peduli bahwa manusia memiliki nilai intelektual dan spiritual; demikian juga, alam semesta yang berhubungan dengan manusia bernilai intelektual dan spiritual. Karena seluruh alam semesta yang diketahui oleh manusia selalu berhubungan dengan manusia maka seluruh alam semesta bernilai intelektual dan spiritual. Alam semesta, dalam dirinya sendiri, bisa saja memiliki kesadaran atau tidak. Tetapi, karena alam terhubung dengan manusia maka pasti memiliki kesadaran dalam kadar tertentu.

Makna kesadaran, berikutnya, adalah peduli bahwa diri kita berbeda dengan seluruh dunia, di saat yang sama, kita selalu bersama dunia. Kita tidak pernah terpisah dengan dunia; maksud dunia di sini adalah secara luas; dunia alamiah, dunia budaya, dunia masa lalu, mau pun dunia masa depan. Kita sadar bahwa kita butuh selaras dengan dunia.

Makna kesadaran, berikutnya lagi, adalah peduli bahwa masa depan adalah nyata; masa depan menarik diri kita dan dunia ini bergerak untuk menuju masa depan. Di saat yang sama, masa depan itu terus bergerak menuju masa depan lagi. Masa depan adalah posibilitas yang luas; Anda bebas. Apa pilihan masa depan Anda?

Referensi

1) Taylor, Charles. 2007. A Secular Age. Harvard, The Belknap Press.

2) https://plato.stanford.edu/entries/plato/

3) https://en.wikisource.org/wiki/The_Problems_of_Philosophy

4) Aristoteles. 2004. Nicomachean Ethics. Jakarta, Teraju.

5) https://en.wikipedia.org/wiki/Floating_man

6) https://pamanapiq.com/2023/06/23/kapital-jiwa/

7) Kant, Immanuel, 1724-1804. 1987. Critique of Judgement. USA, Werner S. Pluhar.

8) https://plato.stanford.edu/entries/hegel-dialectics/

9) https://iep.utm.edu/husserl/

10) Heidegger, Martin. 1962. Being and Time. Oxford, Blackwell Publisher.

11)http://www.openhumanitiespress.org/books/titles/ontological-catastrophe/

12) https://iep.utm.edu/hard-problem-of-conciousness/

13) https://plato.stanford.edu/entries/consciousness/

40) Mahayana, Dimitri. 2022. Filsafat Sains. Bandung, Penerbit ITB.

50) Nggermanto, Agus. 2023. Logika Futuristik. Bandung, Nuansa Cendekia.

51) https://www.liputan6.com/islami/read/5579413/cara-hidup-bahagia-meskipun-sederhana-ala-gus-baha

52) https://pamanapiq.com/2021/09/30/ekonomi-cinta/

53) https://pamanapiq.com/2022/07/18/politisasi-cinta/

Spekulasi: Keunggulan dan Kerugian

Kita pasti berhadapan dengan spekulasi. Bisa saja orang lain spekulasi, lalu, kita menanggung resiko; atau, bisa juga, kita berada dalam situasi, terpaksa harus spekulasi. Apakah spekulasi itu baik?

Kita berhadapan dengan kata “spekulasi” yang maknanya bisa saling kontradiksi; bisa bermakna sangat buruk; bisa sangat baik; bisa juga biasa-biasa saja.

But the origins of speculate lie not in thinking but in looking—the word comes from Latin specere, meaning “to look,” or “to look at.” (merriam-webster.com)

1. Melihat
2. Berpikir
3. Spekulasi Peluang
4. Spekulasi Pemikiran
5. Resiko vs Keunggulan
5.1 Berpikir Logis
5.2 Berpikir Kritis
5.3 Berpikir Aturan
5.4 Berpikir Reflektif
5.5 Menjadi Berpikir

Asal kata spekulasi adalah specere yang bermakna “melihat” bukan “berpikir.” Spekulasi adalah melihat realitas; kemudian, berpikir dan mengambil sikap tertentu berdasar realitas yang dilihat. Berbeda dengan penggunaan secara umum kata spekulasi akhir-akhir ini; spekulasi adalah berpikir terhadap sesuatu yang tidak dilihat; spekulasi semacam suatu dugaan; bahkan spekulasi adalah taruhan semacam judi.

1. Melihat

Spekulasi adalah “melihat realitas apa adanya.”

Spekulasi adalah melihat realitas dengan seksama; melihat yang benar sebagai benar; melihat yang salah sebagai salah. Spekulasi adalah melihat realitas dengan ikhlas; tanpa prasangka; apakah bisa?

Kemudian, berpikir.

2. Berpikir

Spekulasi adalah “melihat dan berpikir.”

Karena melihat saja, tanpa berpikir, adalah sia-sia. Atau, bahkan, melihat selalu beriringan dengan berpikir. Jadi tugas melihat adalah pasti juga tugas berpikir.

Pada tahap berpikir ini, makna spekulasi menjadi beragam; dari makna sangat negatif, netral, sampai sangat positif.

3. Spekulasi Peluang

Apakah Biden akan menang pilpres lagi lawan Trump di 2024? Ataukah, Trump akan menang untuk membalas kekalahan di 2020?

Anda bisa menjawab dengan spekulasi, “Biden akan menang lagi di 2024.”

Ditambah taruhan 1 juta dolar; tebakan yang benar akan menerima imbalan 1 juta dolar; tebakan yang salah kehilangan 1 juta dolar. Cara berpikir atau menebak seperti ini sering disebut sebagai spekulasi. Pandangan umum, berpikir spekulasi semacam ini adalah buruk.

4. Spekulasi Pemikiran

Anda seorang petani yang peduli untuk meningkatkan pertanian di Indonesia. Di saat yang sama, Anda tahu bahwa situasi pertanian di Indonesia adalah sedang sulit. Kemudian, Anda mengkaji seluruh informasi yang ada dengan cara seksama dan memutuskan bahwa Anda akan mengabdikan diri untuk memperbaiki pertanian di Indonesia; membela nasib para petani kecil; meningkatkan kesejahteraan para petani; meningkatkan ilmu para petani; tentu saja, meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.

Anda bisa saja sukses; tetapi, Anda bisa juga gagal total. Anda telah berpikir spekulasi dengan mengkaji seluruh situasi. Berpikir spekulasi jenis ini adalah baik; bahkan sangat baik. Berpikir spekulasi lebih baik dari berpikir sekedar “menjalankan tugas”; spekulasi lebih baik dari sekedar berpikir ikut suara orang banyak; berpikir spekulasi lebih baik dari tidak berpikir.

Tentu saja, kita perlu waspada, “Apa resiko spekulasi?”

5. Resiko vs Keunggulan

Resiko spekulasi adalah Anda wajib tanggung jawab atas spekulasi Anda. Keunggulan spekulasi adalah spekulasi menjadikan Anda sebagai manusia sejati.

Tanpa spekulasi, Anda dikalahkan oleh kalkulator dalam berhitung. Anda dikalahkan oleh google dalam menemukan informasi. Anda dikalahkan oleh AI dalam menjawab soal. Anda kalah dalam banyak bidang.

Tetapi, hanya manusia yang mampu spekulasi; hanya manusia yang mampu melihat realitas sebagaimana adanya; hanya manusia yang mampu mempertimbangkan segala situasi; kemudian, dengan peduli, berpikir spekulasi. Di saat yang sama, berpikir spekulasi adalah yang menjadikan Anda sebagai manusia. Bagaimana menurut Anda?

5.1 Berpikir Logis

Matematika adalah contoh berpikir logis.

(L) 12 + 1 = 13

Berpikir (L) 12 + 1 = 13 adalah benar secara logis matematis dalam sistem bilangan asli, misalnya. Spekulasi perlu untuk mampu berpikir logis, kemudian, bergerak lebih jauh dari sekedar logis.

Mengapa memilih bilangan asli? Mengapa tidak memilih bilangan real? Mengapa tidak memilih bilangan jam dinding? Pada bilangan jam dinding tidak ada angka 13 sehingga L berubah menjadi (D) 12 + 1 = 1.

5.2 Berpikir Kritis

Apa saja batas-batas kemampuan berpikir logis? Logika matematika berlaku pada sistem tertentu, misal, sistem formal. Tetapi, matematika tidak berlaku pada sistem sosial; atau, matematika sistem bilangan asli tidak memadai untuk sistem sosial; kita perlu lebih banyak koreksi kritis terhadap berpikir logis. Spekulasi perlu untuk mampu berpikir kritis, kemudian, berpikir lebih jauh lagi.

Mengapa berpikir kritis menetapkan batas-batas logika seperti itu? Spekulasi mengkaji aksioma dan postulat sistem berpikir kritis, kemudian, mengkaji ragam konsekuensi masa depan.

5.3 Berpikir Aturan

Tentu, kita perlu berpikir sesuai aturan; berpikir sesuai kesepakatan; berpikir sesuai tugas masing-masing. Berpikir spekulatif perlu untuk berpikir sesuai aturan, kemudian, melangkah lebih jauh.

Mengapa kita sepakat dengan aturan yang seperti itu? Kapan aturan harus ditaati dan kapan boleh dilanggar karena situasi? Anda butuh berpikir spekulasi.

5.4 Berpikir Reflektif

Berpikir reflektif sangat penting yaitu berpikir mendalam ke dalam diri kita; dan berpikir mendalam ke luar diri kita. Kemudian, semakin dalam kita berpikir ke dalam diri maka makin sadar bahwa kita perlu berpikir spekulasi; demikian juga, semakin jauh dan mendalam, kita berpikir tentang luar diri kita maka makin sadar bahwa kita perlu berpikir spekulasi. Berpikir reflektif menemui batas-batas; berpikir spekulasi bertanya, “Perlukah batas meluas?”

5.5 Menjadi Berpikir

Berpikir spekulasi adalah yang menjadikan diri Anda berpikir sebagai manusia sejati. Tentu, kita wajib bertanggung jawab atas semua pemikiran spekulasi itu. Apakah Anda siap tanggung jawab?