Man + Math + Mean = Wisata Intelektual

Ketika masih SD, saya bertanya, “Mengapa saya cerdas?”

Waktu itu, saya ranking 1 di sekolah SD. Bukan bermaksud sombong. Saya penasaran, “Apa yang menyebabkan seseorang menjadi cerdas?” Lebih jauh, “Mengapa seseorang tertentu menjadi cerdas, mengapa bukan orang lain saja yang cerdas?”

Saya tidak menemukan jawaban atas pertanyaan saya. Tetapi, saya malah mendapat pertanyaan lebih spesifik dari Henri, “Bagaimana caranya menjadi cerdas?” Saya bisa menjawab pertanyaan Henri dengan baik dan terbukti benar waktu itu.

Henri adalah kakak kelas saya. Henri kelas 4, ketika, saya kelas 3. Karena Henri tidak naik kelas, maka, saya dan Henri sama-sama kelas 4. Saat itulah, perbincangan terjadi.

Cara Menjadi Cerdas

Mudah saja. Ketika Bu Guru menjelaskan maka ikuti kata-kata terakhir Bu Guru.

Bu Guru menjelaskan, “Ibu kota Jawa Timur adalah Surabaya.” Henri saya suruh menirukan kata-kata guru bersamaan “Surabaya.” Lebih tepatnya, cukup “baya” saja. Karena, Bu Guru biasanya mengatakan,” … … … Sura… … … ” Henri menyahut “baya.”

Bu Guru menjelaskan, “9 x 5 adalah empat puluh li…” Henri menyahut “ma”.

Mengagumkan. Henri mengikuti saran saya itu. Akhir catur wulan, pembagian raport. Henri bukan lagi siswa dengan nilai jelek. Henri berhasil ranking 5. Luar biasa!

Saya makin yakin dengan keyakinan saya, “Setiap anak adalah cerdas.” Sebuah keyakinan yang membutuhkan waktu 20 tahun untuk membuktikannya, 30 tahun kemudian untuk menghayatinya, dan seluruh hidup untuk menjadi saksinya.

Buku Kecerdasan Quantum

Tahun 2000, saya menulis buku Kecerdasan Quantum, atau Quantum Quotient (QQ), yang menjadi best seller di Indonesia. Dalam buku QQ, saya membuktikan bahwa setiap anak adalah cerdas, bahkan, super cerdas.

Barangkali, saat ini, buku QQ sudah cetakan ke10 atau ke 20. Yang jelas, beberapa hari lalu, saya menulis revisi untuk buku QQ dan sedang dalam proses cetak ulang.

Jika setiap anak adalah cerdas, maka, mengapa banyak orang dewasa terpuruk di berbagai bidang?

Valid, itu adalah pertanyaan yang saya jawab dalam buku QQ. Tetapi, pertanyaan awal saya belum terjawab, “Mengapa seseorang tertentu adalah cerdas, mengapa bukan orang lain?”

Iklan

Materialisme Ontologi

Materialisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa yang paling fundamental adalah materi. Segala non-materi adalah derivatif, turunan, atau tidak nyata dalam perspektif tertentu.

Kita akan mencoba membahas materialisme dengan bantuan positivisme, scientisme, Marxisme, atomisme, dan lain-lain.

1.1 Ragam Materialisme

Kita perlu membedakan beberapa bentuk materialisme. Sehingga, ketika kita membahasnya, menjadi lebih jelas jenis materialisme yang kita maksud.

a. Monisme materialisme. Monisme memandang bahwa hanya materi yang nyata, real secara ontologis. Selain materi adalah ilusi atau sekedar kesepakatan untuk memudahkan urusan tertentu. Segala realitas, pada analisis akhir, adalah susunan dari atom-atom. Dalam istilah kontemporer, atom bisa bermakna quanta atau partikel terkecil dari suatu materi.

b. Prioritas materialisme. Materi adalah paling utama. Meski realitas lain, misal idea, adalah eksis tetapi mereka hanya turunan atau derivatif. Idea adalah hasil dari interaksi partikel-partikel di otak dengan struktur tertentu. Karena itu, dengan manipulasi materi di otak, kita juga bisa manipulasi pikiran atau ide orang tersebut. Pada analisis akhir, materi adalah paling prior.

c. Pluralisme materialisme. Pluralisme memandang banyak realitas sama-sama nyata secara ontologis. Materi adalah nyata. Idea juga nyata. Begitu juga kesadaran, spirit, memori, dan lain-lain sama-sama nyata.

1.2 Tinjauan Histori

Secara histori, perkembangan materialisme sudah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Thales (626 – 548 SM) menyebut bahwa seluruh realitas tersusun oleh air. Meski air adalah materi, tampaknya, Thales bermaksud menyebut air sebagai metafora. Segala realitas adalah cair bagai air sehingga mudah berubah.

Demokritus (460 – 370 SM) adalah pemikir pertama yang membahas atom secara mendalam. Seluruh realitas tersusun oleh atom, partikel-partikel terkecil, dan void (hampa). Dengan demikian, realitas tersusun oleh materi atom dan void. Karena void, sejatinya, adalah hampa maka realitas adalah materi itu sendiri. Marx menganggap penting pemikiran Demokritus, sehingga, mengkajinya bersama pemikiran Epicurus. Russell memuji Demokritus sebagai pemikir ilmiah yang mendahului jaman ribuan tahun.

Sementara, pemikiran Timur, tampaknya berbeda dalam memandang materi. Pemikir Timur cenderung menempatkan misteri “spirit” sebagai utama. Sehingga, ketika Ghazali (1058 – 1111) membahas teori atom, dia tetap menempatkan peran penting spirit dan Tuhan.

Menimbang histori di atas, konsep materialisme adalah jenis pluralisme atau prioritas. Tidak ada yang mendukung materialisme monisme di jaman kuno. Demokritus, misalnya, menilai pentingnya rasa bahagia dengan banyak tertawa. Epicurus menekankan pentingnya rasa bahagia dengan membebaskan diri dari beban berlebihan. Ghazali dengan tegas menyatakan pentingnya peran ruhani dan Tuhan. Dengan demikian, materialisme seiring sejalan dengan konsep eksistensialisme atau lainnya.

Tetapi, bukankah, saat ini, berkembang monisme materialisme?

Monisme muncul karena lemahnya kajian filosofis. Sehingga, mereka mengira sains materialis sebagai penentu kebenaran tertinggi. Tentu saja, cara pandang materialis seperti itu, disebut saintisme, sulit dipertahankan.

Descartes (1596 – 1650) berhasil memisahkan substansi materi dengan substansi jiwa sebagai saling bebas. Newton (1642 – 1727) berhasil mengembangkan sains fisika (materi) yang terbebas dari substansi jiwa dengan pendekatan matematika. Keduanya, Descartes dan Newton, tidak materialis. Mereka mengakui eksistensi jiwa.

Feyerabend (1924 – 1994) menengarai bahwa sainstis jaman itu, akhir abad 20, tidak kalah cerdas dari Newton mau pun Einstein. Hanya saja, saintis-saintis itu kurang mengkaji filsafat. Akibatnya, mereka terlalu fokus kepada sains saja.

Hawking (1942 – 2018) mengumumkan bahwa filsafat telah wafat. Tentu saja, tuduhan Hawking ini tidak tepat. Hawking juga tidak memberi argumen yang kuat. Tetapi, tuduhan filsafat sebagai sudah wafat, bisa dipakai dalih bagi monisme materialisme. Karena metafisika sudah mati, maka, yang tersisa tinggal fisika, sains saja. Sehingga, yang valid hanya materialisme.

Bagaimana pun, saya tidak bisa menemukan dalil yang memadai dari saintis dan filsuf yang mendukung monisme materialisme.

Awal abad 20 berkembang logico-positivism yang menyatakan bahwa pernyataan hanya punya makna jika bisa diverifikasi empiris – dan koheren. Positivisme tampak mendukung monisme materialisme. Tetapi, positivisme sudah ditinggalkan sejak akhir abad 20. Bagaimana pun, jejak positivisme masih ada secara samar-samar di berbagai perspektif.

Marx (1818 – 1883) barangkali adalah filsuf terbesar yang dihubungkan dengan konsep materialisme. Konsep dialektika-materialisme atau sejarah-materialisme berbeda dengan materialisme ontologis yang umumnya kita pahami. Jadi, Marx bukanlah seorang materialis. Atau, jika Marx adalah materialis, maka, pluralisme bukan monisme.

Memang menjadi rumit karena Marx mengkritik agama sebagai candu. Lengkaplah, orang mengira Marx sebagai anti-agama yang materialis. Anggapan ini tidak tepat.

Marx memandang sejarah secara materialis dalam pengertian: perkembangan sejarah umat manusia ditentukan oleh perjuangan umat manusia dalam menerapkan sumber daya ekonomi serta relasi sosial dan politik. Perjuangan umat manusia yang fokus kepada kepentingan ekonomi ini disebut sebagai materialis. Tentu saja, kepentingan ekonomi melibatkan aspek non-materi misal kebutuhan hidup, kesadaran diri, dan tujuan bermasyarakat. Singkat kata, konsep materialisme dari Marx tidaklah materialis ontologis. Lebih tegas lagi, Marx menyatakan bahwa poin utama bukan untuk memahami realitas sosial, tetapi, mengubah realitas sosial menjadi adil makmur dan bebas dari penindasan. Sehingga, spirit revolusi perlu terus berkibar.

Harari (1976 – ) berpandangan materialis dari perspektif sejarah. Dia menyatakan bahwa semua fenomena sejarah bisa dipahami secara materialis meskipun peran idea dan kepercayaan sangat besar untuk menggerakkan sejarah. Sayangnya, saya tidak menemukan argumen yang memadai dari Harari untuk mendukung materialisme. Justru, jika kita cermati, buku-buku Harari menunjukkan peran besar kreativitas umat manusia dalam menentukan arah sejarah. Lebih dari sekedar materialisme.

Mari kita ringkas tinjauan historis sejauh ini. Kita tidak menemukan ada argumen memadai untuk mendukung materialisme ontologis di sepanjang sejarah. Lebih tepatnya, tidak ada argumen memadai untuk monisme materialisme. Beberapa argumen materialisme adalah dalam posisi plural atau prioritas. Di bagian selanjutnya, kita akan membahas beberapa tantangan yang dihadapi oleh meterialisme.

1.3 Tantangan

Materialisme menghadapi tantangan yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah oleh monisme. Sehingga, pilihan bagi materialisme adalah prioritas atau pluralisme.

Manusia terbang dari Ibnu Sina. Eksperimen pikiran manusia terbang meminta kita untuk memejamkan mata kemudian membayangkan diri kita terbang di udara bebas. Dalam kondisi terbang, gerak tangan Anda ke kanan, ke kiri, ke atas, lalu ke bawah. Anda bebas menggerakkan tangan Anda tidak terikat oleh materi. Imajinasi Anda sebagai manusia terbang bukanlah suatu materi. Secara umum, imajinasi adalah bukan materi. Dengan demikian, ada substansi non-materi yaitu imajinasi.

Ilusi iblis cerdas Descartes. Cogito: aku berpikir maka aku ada. Berpikir menjadi realitas paling fundamental – bukan materi. Selanjutnya, bagaimana kita bisa membuktikan bahwa realitas alam eksternal, misal meja, benar-benar ada? Karena, bisa jadi, meja yang kita lihat itu hanya ilusi. Semua yang kita lihat, bisa jadi, hanya ilusi. Sulit sekali untuk membuktikan bahwa alam eksternal bukan ilusi. Dengan demikian, realitas alam eksternal adalah ilusi. Kemudian, kita berusaha membuktikan eksistensi alam fisik dengan satu dan lain cara. Bahkan, bisa jadi ada iblis cerdas yang menipu kita. Semua bukti alam eksternal itu sendiri adalah ilusi ciptaan dari iblis cerdas. Jadi, materi alam eksternal bukan realitas paling nyata.

Idealisme Berkeley. Idealisme menyatakan bahwa semua realitas bersifat mental. Pikiran seseorang atau pikiran pihak lain, misal pikiran Tuhan. Semua pengetahuan kita tentang alam eksternal melibatkan pikiran dengan satu dan lain cara. Pikiran itu sendiri membutuhkan pikiran lain sebagai fondasinya. Dan seterusnya, setiap fondasi membutuhkan pikiran lagi sebagai fondasi. Dengan demikian, semua realitas adalah pikiran atau mental. Bukan realitas alam eksternal tidak ada. Tetapi, alam eksternal itu eksis bersifat mental. Jadi, materi bukan realitas fundamental.

Jebakan Matrix. Ilustrasi kisah fiksi matrix memberi gambaran bahwa kita hidup di dunia simulasi super komputer, yaitu, matrix. Badan kita, rumah kita, dan tetangga kita adalah simulasi dalam matrix. Setiap kita berusaha lepas dari simulasi, kita hanya berpindah ke bentuk simulasi lain. Semua yang ada terasa nyata, tetapi, sejatinya, hanya simulasi matrix. Jadi, simulasi lebih fundamental bukan materi.

Debat materialisme tak berguna. Jika realitas adalah materi maka semua perdebatan tidak ada gunanya. Karena, perdebatan adalah bukan materi. Konsep materialisme itu sendiri bukan materi. Jadi, konsep materialisme tidak berguna. Dengan demikian, konsep materialisme membatalkan dirinya sendiri.

Masih banyak tantangan bagi materialisme yang sulit untuk dipecahkan. Solusi dengan pendekatan materialisme-implisit menjadi jalan keluar yang menarik. Mereka tidak membahas materialisme secara ontologis. Mereka hanya menyebut sekilas bahwa realitas adalah materi, kemudian, melanjutkan pembahasan ke tema lain. Akibatnya, konsep materialisme menyebar secara implisit.

Materialisme Implisit. Terdapat banyak bentuk materialisme implisit. Dari matematika sampai sejarah.

Sains fisika mengkaji materi beserta fenomena yang ada. Sehingga, sains, secara implisit, menyatakan realitas adalah materi. Kemudian berkembang teori quantum, relativitas, sampai quantum gravitasi. Semua itu hanya membahas fenomena materi. Jadi, realitas sains adalah materi.

Filsafat matematika, umumnya, mengakui realitas abstrak sebagai realitas Platonis. Matematika fiksional berbeda. Pertama, realitas abstrak, misal angka, memang ada. Kedua, kita bisa menyusun teori matematika berdasar realitas abstrak, misal operasi bilangan asli, “2 + 3 = 5.” Ketiga, tetapi, realitas abstrak itu tidak ada, yaitu, hanya fiksional. Akibatnya, semua teori matematika adalah hanya fiksional. Dengan kata lain, yang benar-benar ada adalah materi.

Biologi berkembang ke arah fisika dan matematika. Semua fenomena biologi, fenemona kehidupan, bisa dijelaskan secara detil dengan hukum-hukum fisika. Sebaliknya, jika fenomena biologi belum bisa dijelaskan secara fisika, maka, fenomena tersebut belum cukup detil. Karena fisika adalah materi, maka, akibatnya, biologi juga materi.

Filsafat pikiran, philosophy of mind, meyakini bahwa pikiran adalah hasil kerja dari materi-materi di otak manusia. Demikian juga, kesadaran adalah hasil interaksi sel-sel di otak yang bersifat materi. Dengan kata lain, pikiran dan kesadaran adalah materi yang taat kepada hukum sains fisika. Akibat selanjutnya, psikologi adalah fenomena materi di otak manusia.

Sejarah berdasar fakta materi. Sejarah didasarkan kepada penemuan fakta-fakta sejarah yang bersifat materi: bangunan, prasasti, makam, catatan, dan lain-lain. Sehingga, sejarah adalah interpretasi dari fakta-fakta materi. Pada analisis akhir, sejarah adalah materi. Ditambah lagi dengan evolusi Darwin, yaitu, perkembangan evolusi alam adalah hasil dari seleksi alam dan mutasi acak genetika yang bersifat material. Secara keseluruhan, fondasi dari sejarah adalah materi.

Masih banyak pendekatan materialisme-implisit yang bisa kita kaji. Beberapa contoh di atas, kiranya cukup, menunjukkan bahwa konsep materialisme menemukan jalan untuk terus berkembang. Karena bersifat implisit, maka, kita tidak bisa mengkajinya secara tuntas dalam tema ontologi. Bagaimana pun, materialisme akan tetap menjadi kajian yang menarik secara filosofis, lengkap dengan pro dan kontra.

Lanjut ke Eksistensialisme: Topologi Wujud Nothing
Kembali ke Principia Realita

Principia Realita

Ontologi Fundamental Materialisme, Spiritualisme, dan Problematisme

Ontologi adalah kajian being qua being, wujud qua wujud, atau realitas sebagai realitas. Fundamental adalah yang bersifat paling mendasar, paling pokok, atau paling prinsip. Sehingga, ontologi fundamental adalah kajian being qua being dengan fokus kepada yang paling pokok. Principia realita.

1. Materialisme
1.1 Ragam Materialisme
1.2 Tinjauan Histori
1.3 Tantangan
2. Eksistensialisme
3. Problematisme
4. Filosofi Kebenaran
4.1 Karakter Kebenaran
4.2 Hirarki Kebenaran
4.3 Maha Karya
5. Analisis
5.1 Materialisme Pluralis
5.2 Spiritualisme Eksistensialis
5.3 Problematisme Terbuka

Materialisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa yang paling fundamental adalah materi. Segala non-materi adalah derivatif, turunan, atau tidak nyata dalam perspektif tertentu.

Eksistensialisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa yang paling fundamental adalah eksistensi. Makna eksistensi, di sini, adalah makna secara luas, yaitu, eksistensi non-materi misal: ide, konsep, spirit, self, jiwa, freedom, wujud, interpretasi, being, dan lain-lain. Sehingga, banyak pandangan ontologis yang berbeda-beda, kita pandang sebagai sama-sama eksistensialisme. Spiritualisme termasuk dalam eksistensialisme. Meski demikian, kita tetap perlu mencatat bahwa pandangan mereka beragam, tidak tunggal.

Problematisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa pertanyaan tentang makna-being adalah yang paling fundamental. Pertanyaan akan mengantar kepada solusi, kemudian, memunculkan pertanyaan lagi. Sehingga, pertanyaan makna-being itu sendiri adalah paling fundamental.

Kita akan membahas ontologi fundamental dengan pendekatan tiga perspektif di atas.

1. Materialisme

Materialisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa yang paling fundamental adalah materi. Segala non-materi adalah derivatif, turunan, atau tidak nyata dalam perspektif tertentu.

Kita akan mencoba membahas materialisme dengan bantuan positivisme, scientisme, Marxisme, atomisme, dan lain-lain.

1.1 Ragam Materialisme

Kita perlu membedakan beberapa bentuk materialisme. Sehingga, ketika kita membahasnya, menjadi lebih jelas jenis materialisme yang kita maksud.

a. Monisme materialisme. Monisme memandang bahwa hanya materi yang nyata, real secara ontologis. Selain materi adalah ilusi atau sekedar kesepakatan untuk memudahkan urusan tertentu. Segala realitas, pada analisis akhir, adalah susunan dari atom-atom. Dalam istilah kontemporer, atom bisa bermakna quanta atau partikel terkecil dari suatu materi.

b. Prioritas materialisme. Materi adalah paling utama. Meski realitas lain, misal idea, adalah eksis tetapi mereka hanya turunan atau derivatif. Idea adalah hasil dari interaksi partikel-partikel di otak dengan struktur tertentu. Karena itu, dengan manipulasi materi di otak, kita juga bisa manipulasi pikiran atau ide orang tersebut. Pada analisis akhir, materi adalah paling prior.

c. Pluralisme materialisme. Pluralisme memandang banyak realitas sama-sama nyata secara ontologis. Materi adalah nyata. Idea juga nyata. Begitu juga kesadaran, spirit, memori, dan lain-lain sama-sama nyata.

1.2 Tinjauan Histori

Secara histori, perkembangan materialisme sudah berlangsung sejak awal peradaban manusia. Thales (626 – 548 SM) menyebut bahwa seluruh realitas tersusun oleh air. Meski air adalah materi, tampaknya, Thales bermaksud menyebut air sebagai metafora. Segala realitas adalah cair bagai air sehingga mudah berubah.

Demokritus (460 – 370 SM) adalah pemikir pertama yang membahas atom secara mendalam. Seluruh realitas tersusun oleh atom, partikel-partikel terkecil, dan void (hampa). Dengan demikian, realitas tersusun oleh materi atom dan void. Karena void, sejatinya, adalah hampa maka realitas adalah materi itu sendiri. Marx menganggap penting pemikiran Demokritus, sehingga, mengkajinya bersama pemikiran Epicurus. Russell memuji Demokritus sebagai pemikir ilmiah yang mendahului jaman ribuan tahun.

Sementara, pemikiran Timur, tampaknya berbeda dalam memandang materi. Pemikir Timur cenderung menempatkan misteri “spirit” sebagai utama. Sehingga, ketika Ghazali (1058 – 1111) membahas teori atom, dia tetap menempatkan peran penting spirit dan Tuhan.

Menimbang histori di atas, konsep materialisme adalah jenis pluralisme atau prioritas. Tidak ada yang mendukung materialisme monisme di jaman kuno. Demokritus, misalnya, menilai pentingnya rasa bahagia dengan banyak tertawa. Epicurus menekankan pentingnya rasa bahagia dengan membebaskan diri dari beban berlebihan. Ghazali dengan tegas menyatakan pentingnya peran ruhani dan Tuhan. Dengan demikian, materialisme seiring sejalan dengan konsep eksistensialisme atau lainnya.

Tetapi, bukankah, saat ini, berkembang monisme materialisme?

Monisme muncul karena lemahnya kajian filosofis. Sehingga, mereka mengira sains materialis sebagai penentu kebenaran tertinggi. Tentu saja, cara pandang materialis seperti itu, disebut saintisme, sulit dipertahankan.

Descartes (1596 – 1650) berhasil memisahkan substansi materi dengan substansi jiwa sebagai saling bebas. Newton (1642 – 1727) berhasil mengembangkan sains fisika (materi) yang terbebas dari substansi jiwa dengan pendekatan matematika. Keduanya, Descartes dan Newton, tidak materialis. Mereka mengakui eksistensi jiwa.

Feyerabend (1924 – 1994) menengarai bahwa sainstis jaman itu, akhir abad 20, tidak kalah cerdas dari Newton mau pun Einstein. Hanya saja, saintis-saintis itu kurang mengkaji filsafat. Akibatnya, mereka terlalu fokus kepada sains saja.

Hawking (1942 – 2018) mengumumkan bahwa filsafat telah wafat. Tentu saja, tuduhan Hawking ini tidak tepat. Hawking juga tidak memberi argumen yang kuat. Tetapi, tuduhan filsafat sebagai sudah wafat, bisa dipakai dalih bagi monisme materialisme. Karena metafisika sudah mati, maka, yang tersisa tinggal fisika, sains saja. Sehingga, yang valid hanya materialisme.

Bagaimana pun, saya tidak bisa menemukan dalil yang memadai dari saintis dan filsuf yang mendukung monisme materialisme.

Awal abad 20 berkembang logico-positivism yang menyatakan bahwa pernyataan hanya punya makna jika bisa diverifikasi empiris – dan koheren. Positivisme tampak mendukung monisme materialisme. Tetapi, positivisme sudah ditinggalkan sejak akhir abad 20. Bagaimana pun, jejak positivisme masih ada secara samar-samar di berbagai perspektif.

Marx (1818 – 1883) barangkali adalah filsuf terbesar yang dihubungkan dengan konsep materialisme. Konsep dialektika-materialisme atau sejarah-materialisme berbeda dengan materialisme ontologis yang umumnya kita pahami. Jadi, Marx bukanlah seorang materialis. Atau, jika Marx adalah materialis, maka, pluralisme bukan monisme.

Memang menjadi rumit karena Marx mengkritik agama sebagai candu. Lengkaplah, orang mengira Marx sebagai anti-agama yang materialis. Anggapan ini tidak tepat.

Marx memandang sejarah secara materialis dalam pengertian: perkembangan sejarah umat manusia ditentukan oleh perjuangan umat manusia dalam menerapkan sumber daya ekonomi serta relasi sosial dan politik. Perjuangan umat manusia yang fokus kepada kepentingan ekonomi ini disebut sebagai materialis. Tentu saja, kepentingan ekonomi melibatkan aspek non-materi misal kebutuhan hidup, kesadaran diri, dan tujuan bermasyarakat. Singkat kata, konsep materialisme dari Marx tidaklah materialis ontologis. Lebih tegas lagi, Marx menyatakan bahwa poin utama bukan untuk memahami realitas sosial, tetapi, mengubah realitas sosial menjadi adil makmur dan bebas dari penindasan. Sehingga, spirit revolusi perlu terus berkibar.

Harari (1976 – ) berpandangan materialis dari perspektif sejarah. Dia menyatakan bahwa semua fenomena sejarah bisa dipahami secara materialis meskipun peran idea dan kepercayaan sangat besar untuk menggerakkan sejarah. Sayangnya, saya tidak menemukan argumen yang memadai dari Harari untuk mendukung materialisme. Justru, jika kita cermati, buku-buku Harari menunjukkan peran besar kreativitas umat manusia dalam menentukan arah sejarah. Lebih dari sekedar materialisme.

Mari kita ringkas tinjauan historis sejauh ini. Kita tidak menemukan ada argumen memadai untuk mendukung materialisme ontologis di sepanjang sejarah. Lebih tepatnya, tidak ada argumen memadai untuk monisme materialisme. Beberapa argumen materialisme adalah dalam posisi plural atau prioritas. Di bagian selanjutnya, kita akan membahas beberapa tantangan yang dihadapi oleh meterialisme.

1.3 Tantangan

Materialisme menghadapi tantangan yang tidak bisa diselesaikan dengan mudah oleh monisme. Sehingga, pilihan bagi materialisme adalah prioritas atau pluralisme.

Manusia terbang dari Ibnu Sina. Eksperimen pikiran manusia terbang meminta kita untuk memejamkan mata kemudian membayangkan diri kita terbang di udara bebas. Dalam kondisi terbang, gerak tangan Anda ke kanan, ke kiri, ke atas, lalu ke bawah. Anda bebas menggerakkan tangan Anda tidak terikat oleh materi. Imajinasi Anda sebagai manusia terbang bukanlah suatu materi. Secara umum, imajinasi adalah bukan materi. Dengan demikian, ada substansi non-materi yaitu imajinasi.

Ilusi iblis cerdas Descartes. Cogito: aku berpikir maka aku ada. Berpikir menjadi realitas paling fundamental – bukan materi. Selanjutnya, bagaimana kita bisa membuktikan bahwa realitas alam eksternal, misal meja, benar-benar ada? Karena, bisa jadi, meja yang kita lihat itu hanya ilusi. Semua yang kita lihat, bisa jadi, hanya ilusi. Sulit sekali untuk membuktikan bahwa alam eksternal bukan ilusi. Dengan demikian, realitas alam eksternal adalah ilusi. Kemudian, kita berusaha membuktikan eksistensi alam fisik dengan satu dan lain cara. Bahkan, bisa jadi ada iblis cerdas yang menipu kita. Semua bukti alam eksternal itu sendiri adalah ilusi ciptaan dari iblis cerdas. Jadi, materi alam eksternal bukan realitas paling nyata.

Idealisme Berkeley. Idealisme menyatakan bahwa semua realitas bersifat mental. Pikiran seseorang atau pikiran pihak lain, misal pikiran Tuhan. Semua pengetahuan kita tentang alam eksternal melibatkan pikiran dengan satu dan lain cara. Pikiran itu sendiri membutuhkan pikiran lain sebagai fondasinya. Dan seterusnya, setiap fondasi membutuhkan pikiran lagi sebagai fondasi. Dengan demikian, semua realitas adalah pikiran atau mental. Bukan realitas alam eksternal tidak ada. Tetapi, alam eksternal itu eksis bersifat mental. Jadi, materi bukan realitas fundamental.

Jebakan Matrix. Ilustrasi kisah fiksi matrix memberi gambaran bahwa kita hidup di dunia simulasi super komputer, yaitu, matrix. Badan kita, rumah kita, dan tetangga kita adalah simulasi dalam matrix. Setiap kita berusaha lepas dari simulasi, kita hanya berpindah ke bentuk simulasi lain. Semua yang ada terasa nyata, tetapi, sejatinya, hanya simulasi matrix. Jadi, simulasi lebih fundamental bukan materi.

Debat materialisme tak berguna. Jika realitas adalah materi maka semua perdebatan tidak ada gunanya. Karena, perdebatan adalah bukan materi. Konsep materialisme itu sendiri bukan materi. Jadi, konsep materialisme tidak berguna. Dengan demikian, konsep materialisme membatalkan dirinya sendiri.

Masih banyak tantangan bagi materialisme yang sulit untuk dipecahkan. Solusi dengan pendekatan materialisme-implisit menjadi jalan keluar yang menarik. Mereka tidak membahas materialisme secara ontologis. Mereka hanya menyebut sekilas bahwa realitas adalah materi, kemudian, melanjutkan pembahasan ke tema lain. Akibatnya, konsep materialisme menyebar secara implisit.

Materialisme Implisit. Terdapat banyak bentuk materialisme implisit. Dari matematika sampai sejarah.

Sains fisika mengkaji materi beserta fenomena yang ada. Sehingga, sains, secara implisit, menyatakan realitas adalah materi. Kemudian berkembang teori quantum, relativitas, sampai quantum gravitasi. Semua itu hanya membahas fenomena materi. Jadi, realitas sains adalah materi.

Filsafat matematika, umumnya, mengakui realitas abstrak sebagai realitas Platonis. Matematika fiksional berbeda. Pertama, realitas abstrak, misal angka, memang ada. Kedua, kita bisa menyusun teori matematika berdasar realitas abstrak, misal operasi bilangan asli, “2 + 3 = 5.” Ketiga, tetapi, realitas abstrak itu tidak ada, yaitu, hanya fiksional. Akibatnya, semua teori matematika adalah hanya fiksional. Dengan kata lain, yang benar-benar ada adalah materi.

Biologi berkembang ke arah fisika dan matematika. Semua fenomena biologi, fenemona kehidupan, bisa dijelaskan secara detil dengan hukum-hukum fisika. Sebaliknya, jika fenomena biologi belum bisa dijelaskan secara fisika, maka, fenomena tersebut belum cukup detil. Karena fisika adalah materi, maka, akibatnya, biologi juga materi.

Filsafat pikiran, philosophy of mind, meyakini bahwa pikiran adalah hasil kerja dari materi-materi di otak manusia. Demikian juga, kesadaran adalah hasil interaksi sel-sel di otak yang bersifat materi. Dengan kata lain, pikiran dan kesadaran adalah materi yang taat kepada hukum sains fisika. Akibat selanjutnya, psikologi adalah fenomena materi di otak manusia.

Sejarah berdasar fakta materi. Sejarah didasarkan kepada penemuan fakta-fakta sejarah yang bersifat materi: bangunan, prasasti, makam, catatan, dan lain-lain. Sehingga, sejarah adalah interpretasi dari fakta-fakta materi. Pada analisis akhir, sejarah adalah materi. Ditambah lagi dengan evolusi Darwin, yaitu, perkembangan evolusi alam adalah hasil dari seleksi alam dan mutasi acak genetika yang bersifat material. Secara keseluruhan, fondasi dari sejarah adalah materi.

Masih banyak pendekatan materialisme-implisit yang bisa kita kaji. Beberapa contoh di atas, kiranya cukup, menunjukkan bahwa konsep materialisme menemukan jalan untuk terus berkembang. Karena bersifat implisit, maka, kita tidak bisa mengkajinya secara tuntas dalam tema ontologi. Bagaimana pun, materialisme akan tetap menjadi kajian yang menarik secara filosofis, lengkap dengan pro dan kontra.

2. Eksistensialisme

Eksistensialisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa yang paling fundamental adalah eksistensi. Makna eksistensi, di sini, adalah makna secara luas, yaitu, eksistensi non-materi misal: ide, konsep, spirit, self, jiwa, freedom, wujud, interpretasi, being, dan lain-lain. Sehingga, banyak pandangan ontologis yang berbeda-beda, kita pandang sebagai sama-sama eksistensialisme. Meski demikian, kita tetap perlu mencatat bahwa pandangan mereka beragam, tidak tunggal.

Kita akan membahas eksistensialisme dengan bantuan tiga kata kunci: topologi, wujud, dan nothing. Lebih lengkap kajian eksistensialisme, silakan klik tautan di atas.

3. Problematisme

Problematisme adalah pandangan ontologis yang menyatakan bahwa pertanyaan tentang makna-being adalah yang paling fundamental. Pertanyaan akan mengantar kepada solusi, kemudian, memunculkan pertanyaan lagi. Sehingga, pertanyaan makna-being itu sendiri adalah paling fundamental.

Belum banyak pemikir yang mendalami problematisme. Kita akan memulai dengan kajian Heidegger berupa destruksi, lanjut ke dekonstruksi Derrida, dan matematika adalah ontologi dari Badiou. Untuk membahas lebih lengkap tentang problematisme, silakan klit tautan di atas yang fokus membahas question-of-being.

Revisi Kecerdasan Quatum

“Pak, tolong revisinya bisa dipercepat?”
“Siap. Mengapa?”
“Akan segera dicetak ulang.”

Saya menulis buku Kecerdasan Quantum atau Quantum Quotient (QQ) di usia 20an. Sekarang, saya menjelang usia 50an. Wajar akan banyak revisi di sana-sini yang penuh arti.

“Jika Anda memandang dunia di usia 50 sama seperti Anda usia 20, maka, Anda telah menyia-nyiakan 30 tahun umur Anda.”

Teori Quantum

Saya bermaksud menambah pembahasan teori quantum entanglement (QE) lebih mendalam. Seperti biasa, saya akan membahas secara sederhana, kemudian, mengembangkan metafora kecepatan berpikir manusia “seakan-akan” melebihi cahaya. Dan, memang lebih cepat dari cahaya. Bagaimana bisa?

Teori Bell sangat menarik karena membuktikan bahwa hidden-variable lokal tidak ada. Akibatnya, ada konspirasi global untuk menentukan manusia hidup lebih bermakna. Yaitu, terbuka perspektif untuk memandang seluruh semesta sebagai anugerah nyata. Bell menyebutnya sebagai superdeterminism. Saya menyebutnya sebagai super-anugerah.

Orang-orang sering bertanya, “Apakah waktu bisa bergerak mundur?” Saya akan membahasnya dalam tema quantum-gravity yang merupakan titik temu teori quantum dengan relativitas.

Percepatan Digital

Accelerated Learning (AL) menjadi makin kencang dengan perkembangan media digital yang sangat cepat. Di luar dugaan, setiap anak-anak kecil langsung bisa belajar menggunakan media digital. Demikian juga, orang dewasa, kakek nenek, akhirnya, juga menguasai media digital. Kita perlu memanfaatkan dengan baik percepatan digital ini untuk edukasi.

Kecerdasan Spiritual

Bagian kecerdasan spiritual (SQ) barangkali akan mengalami paling banyak “revisi”. Lebih tepatnya, pengayaan. Anda, tentu, bisa menduganya. Perjalanan hidup hampir 30 tahun sebagai penulis, sejak terbit buku QQ, akan berpengaruh besar terhadap SQ. “Tidak mungkin sia-sia kan?” Benar, tidak ada yang sia-sia. Justru, semua penuh makna karena memang super-anugerah.

Semula, saya kira revisi buku adalah tugas ringan. Nyatanya, tugas penuh tantangan.

Semoga bermanfaat!

Revisi (hal 31)

“Pembahasan quantum ini akan menjadi lebih seru bila kita
masukkan teori-teori dari tokoh quantum berikut: Erwin Schrodinger, Heisenberg, Paul Dirac, dan lain-lain. Tetapi untuk sementara kita cukupkan dulu.”

Bonus bagi Anda. Dalam buku edisi revisi ini, saya akan menambahkan pembahasan quantum lebih banyak. Sehingga, kita akan memperoleh lebih banyak inspirasi lagi.

Teori Quantum Mahir

Heisenberg memulai babak baru teori quantum dengan mengenalkan konsep ketidak-pastian. Kita tidak mungkin bisa mengetahui posisi elektron dan momentum elektron secara serentak. Jika kita mengukur posisi dengan lebih presisi, maka, momentum menjadi tidak bisa diukur. Sebaliknya juga terjadi. Jika kita mengukur momentum dengan presisi, maka, posisi menjadi tidak bisa diukur dengan pasti. Jadi, selalu ada batas dari setiap pengetahuan kita.

Schrodinger lebih mengejutkan lagi dengan rumusan gelombang quantum yang probabilistik. Kita mengenal cerita kucing Schrodinger di dalam kotak yang setengah hidup, sekaligus, setengah mati. Atau, kucing itu hidup dan, di saat yang sama, mati. Kucing biasa tidak bisa begitu. Dalam contoh elektron dalam kotak, elektron itu eksis dalam kotak dan, sekaligus, tidak eksis dalam kotak. Ketika kita melihat kotak, baru, elektron menjadi eksis misalnya. Begitu juga kucing Schrodinger. Ketika kita melihat kotak, baru, kucing itu hidup misalnya, atau, mati. Jika tidak ada yang melihat kotak, maka, kucing akan selamanya setengah hidup-mati. Kucing menunggu ada orang yang melihat, kemudian, memutuskan hidup atau mati. Elektron juga menunggu ada orang yang melihat, kemudian, memutuskan ada elektron atau tidak.

Dari ketidak-pastian Heisenberg, kecerdasan quantum mengakui bahwa pengetahuan manusia selalu bersifat terbatas. Tidak ada pengetahuan yang benar-benar sempurna. Karakter terbatas ini bukan kelemahan dari ilmu pengetahuan. Justru kelebihan. Karena terbatas, maka, ilmu selalu bisa bertambah. Penambahan ilmu selalu bisa terjadi karena ilmu tidak pernah mentok, tidak pernah berhenti. Jadi, setiap anak selalu bisa belajar. Remaja bisa belajar. Orang dewasa, bahkan lanjut usia, tetap bisa belajar. Belajar menjadikan manusia bahagia. Sehingga, setiap manusia selalu bisa bahagia dengan semangat belajar apa saja.

Dari kucing Schrodinger, kita tahu bahwa alam semesta ini sedang menunggu kita. Bahkan, dari perspektif Ghazali, Tuhan juga sedang menunggu kita. Ketika kita berniat belajar, maka, alam membuka diri untuk dipelajari. Ketika kita komitmen berbuat kebaikan, maka, alam membalas dengan kebaikan lebih banyak lagi. Ketika kita berdoa, maka, Tuhan siap menganugerahkan segalanya. Apa pilihan terbaik Anda?

Paul Dirac adalah pemikir quantum paling berani. Rumusan quantum Dirac menyatakan bahwa cahaya foton bisa “muncul” dari hampa. Dari tidak ada foton, tiba-tiba, menjadi ada foton. Awalnya, elektron bebas berjalan-jalan di ruang hampa. Tetapi, ruang hampa itu tidak benar-benar mulus hampa. Ada sedikit riak gangguan oleh anti-elektron. Ketika elektron bertubrukan dengan anti-elektron, mereka musnah semua. Mereka menjadi hampa. Akibatnya, tiba-tiba “muncul” cahaya foton di ruang hampa itu.

Selalu ada hentakan. Ada lompatan tiba-tiba. Tidak ada yang terus-menerus stabil. Surprise. Yang ada bisa tiba-tiba musnah. Yang tidak ada bisa tiba-tiba muncul menjadi ada. Kita perlu bersikap dengan berpikir terbuka. Apa saja bisa sewaktu-waktu mengejutkan kita. Bagaimana pun, kejutan-kejutan ini adalah bumbu untuk pertumbuhan pengetahuan manusia secara dinamis dan menuntut komitmen kita di jalan kebaikan.

Quantum Entanglement

Quantum Entanglement (QE) memusingkan para ahli quantum sampai sekarang. Kabar baiknya, tahun 2022, tiga orang peneliti QE mendapat penghargaan Nobel Fisika. QE menyatakan seakan-akan ada pengiriman informasi lebih cepat dari cahaya. Sehingga, QE melanggar postulat relativitas Einstein. Atau, seakan-akan melanggar. Justru, QE membuka prospek untuk menciptakan super komputer quantum.

Sepasang elektron yang terikat QE dianggap sebagai satu kesatuan quantum. Misal, elektron M spin-up maka elektron V pasti spin-down. Mereka bisa dipisahkan jauh M ke Mars dan V ke Venus. Saat dipisahkan, M mau pun V belum pasti spin-up atau spin-down. Ketika sampai di Mars, M diamati menunjukkan spin-down, maka, saat itu juga, V di Venus pasti menjadi spin-up. Seakan-akan ada informasi dari M ke V yang lebih cepat dari cahaya.

Einstein menolak penjelasan QE. Tidak mungkin ada yang lebih cepat dari cahaya. Ada sesuatu yang tersembunyi, hidden-variable (HV). Jika HV diperhitungkan dalam quantum maka kita sudah tahu, sejak awal, bahwa M adalah spin-down dan V adalah spin-up. Quantum perlu menemukan HV tersebut agar menjadi teori yang lengkap. Bohr menolak pandangan Einstein. Bagi Bohr, tidak ada HV. Jadi penjelasan QE sudah benar adanya dan sudah lengkap.

Tahun 1964, Bell berhasil membuktikan, secara matematis, bahwa HV local tidak ada. Sehingga, penjelasan QE diterima sebagai benar. Dan, pandangan Einstein tentang eksistensi HV ditolak. Beberapa tahun berikutnya, beberapa eksperimen mengkonfirmasi teorema Bell. Puncaknya, pada tahun 2022, pemenang Nobel Fisika adalah para peneliti yang mengkonfirmasi teorema Bell tentang QE.

Jadi, ada kecepatan lebih dari cahaya?

Superdeterminism. Bell menjawab tidak ada yang lebih cepat dari cahaya dalam fenomena fisika. Tetapi, ada “kekuatan” super yang sudah mengatur semuanya. Elektron M dan V sudah diatur oleh superdeterminism. Bahkan, perilaku para peneliti pun sudah diatur oleh superdeterminism, meski, para peneliti merasa bebas melakukan penelitian.

Dari superdeterminism, kita bisa melangkah ke perspektif super-anugerah. Segala yang ada di alam raya sudah ada yang mengatur, sedemikian hingga, seluruh yang ada adalah anugerah. Elektron adalah anugerah bagi kita. Teori quantum adalah anugerah. Hidup adalah anugerah. Ilmu adalah anugerah. Semua adalah anugerah dalam perspektif super-anugerah. Kesulitan hidup dan kemudahan hidup adalah anugerah. Derita dan bahagia, sama-sama, anugerah.

Lorong Waktu Mundur

Apakah kita bisa bergerak mundur dalam waktu? Tidak bisa. Gerak mundur dalam waktu hanya terjadi dalam cerita fiksi melalui lorong waktu. Meski demikian, teori quantum dan relativitas memang membuka peluang terjadinya gerak mundur dalam waktu.

Massa materi yang kuat mampu membelokkan ruang dan waktu. Jika massa tersebut sangat besar, maka, berhasil membelokkan arah waktu ke belakang. Meski ke arah belakang, gerak waktu masih maju. Dengan menambahkan lubang pada waktu sekarang, sampai, menembus ke waktu masa lampau maka kita berhasil gerak mundur dalam waktu. Penghubung tersebut dikenal sebagai lorong waktu.

Bagaimana cara membuat lorong waktu? Gabungan teori quantum dan teori relativitas menjadi harapan untuk menemukan solusi berupa quantum gravity. Lubang hitam terbentuk oleh massa yang sangat besar dengan volume kecil sampai nol. Sehingga, ruang dan waktu melengkung ekstrem di lubang hitam menjadi sebuah titik. Ketika cahaya masuk lubang hitam, maka, terperangkap dan tidak bisa keluar. Lubang hitam, benar-benar, hitam. Tidak ada cahaya keluar sama sekali.

Hawking menemukan bahwa lubang hitam tidak benar-benar hitam. Ada sedikit bocoran radiasi dari lubang hitam. Mengapa? Ketika lubang hitam, ukurannya, menuju nol, maka tidak pernah berhasil menjadi nol. Teori quantum menyatakan ada ukuran terkecil, quanta, yang tidak nol. Akibatnya, akan ada sedikit bocoran radiasi.

Bocoran-bocoran radiasi ini tidak menyebar sebarangan. Mereka bersatu kembali dalam jumlah besar, yang akhirnya, terbentuk lubang hitam kedua yang baru. Pada posisi ini, terdapat dua lubang hitam yang terhubung oleh bocoran-bocoran radiasi. Penghubung tersebut adalah lubang cacing, lorong waktu, yang diharapkan agar kita bisa bergerak mundur dalam waktu.

Jadi, kita bisa bergerak mundur dalam waktu?

Tidak bisa. Apa yang kita bahas di atas, baru, sekedar teori yang belum teruji. Seandainya benar, juga belum tentu berhasil membuktikan waktu bisa bergerak mundur. Apa sebenarnya waktu?

Banyak cara untuk mendefinisikan waktu. Salah satu definisi terbaik adalah waktu merupakan ukuran dari penambahan entropi. Hukum termodinamika menyatakan bahwa entropi selalu bergerak membesar. Dengan demikian, waktu terus-menerus bergerak ke masa depan. Alternatif definisi adalah waktu merupakan kekuatan yang menggerakkan entropi sehingga entropi selalu bertambah.

Meski waktu tidak bisa bergerak mundur, tetapi, kita bisa mengakses masa lalu melalui memori, misalnya. Kita juga bisa memperbaiki masa lalu dengan berbuat amal kebaikan di masa kini. Kabar baiknya, waktu selalu bergerak ke masa depan, yaitu, masa depan yang cemerlang. Siapa pun Anda, anak kecil atau dewasa sudah tua, selalu punya masa depan cemerlang. Masa depan adalah kebebasan. Masa depan adalah harapan. Mari kita raih masa depan cemerlang sebagai anugerah terbesar dengan berbekal masa lalu dan komitmen menapaki masa kini.

Satu lagi, pertanyaan tentang teori quantum, mungkinkah ada dunia paralel? Salah satu interpretasi quantum adalah interpretasi multiverse atau dunia paralel. Di samping dunia yang kita alami ini ada dunia-dunia lain yang mirip secara paralel.

Secara matematis, mungkin saja ada dunia paralel. Tetapi, mungkin juga tidak ada dunia paralel. Jadi, multiverse dalam situasi imbang mungkin benar dan mungkin salah. Secara praktis, dunia paralel tidak bisa kita temukan. Setiap kita menemukan dunia paralel lain maka dunia paralel lain itu akan menjadi dunia kita ini juga. Singkatnya, secara praktis, tidak ada dunia paralel.

Skenario dunia paralel tidak bisa mengubah apa pun dari dunia kita ini. Seandainya dunia paralel itu ada, maka, kita akan selalu berada dalam dunia ini. Jadi, jika interpretasi multiverse itu benar, maka, kita tetap menjalani kehidupan seperti biasa, tidak ada bedanya. Kita tetap memiliki masa depan. Semua orang tetap memiliki masa depan. Mari kita raih masa depan yang cemerlang sejak masa kini.

“Mungkin timbul pertanyaan: apa sebenarnya Kecerdasan Quantum itu? Ada apa saja di QQ? Apakah akan sehebat fisika quantum dan Quantum Learning? Untuk memperoleh jawabannya, silahkan menyimak bagian-bagian selanjutnya.

Buku QQ

Anda beruntung menemukan buku ini. Dalam tulisan ringkas
ini, kita akan mendiskusikan seefektif mungkin mengenai QQ, sampai tataran praktis. Pembahasan diawali dengan menggali potensi otak kita, mengenali cara kerja otak, dan beberapa langkah praktis untuk mengembangkannya. Bagian ini meliputi pembahasan otak kiri-kanan, lapisan-lapisan otak, otak-sadar-bawah sadar, multi-cerdas: IQ, EQ, SQ sampai ke QQ…. …. …. “

Revisi (hal 92)

“Sebenarnya kita masih dapat mengembangkan teknik berhitung cepat lebih jauh lagi. Tetapi topik yang menarik ini akan kita bahas pada buku lain yang lebih sesuai. Cukuplah kiranya di sini kita mencoba beberapa contoh saja yang memancing kita untuk menindaklanjutinya”

5. Percepatan Digital

Pengalaman masa pandemi mengajarkan bahwa kita bisa memanfaatkan media digital untuk belajar dengan percepatan tinggi. Di saat yang sama, media digital bisa menjeremuskan banyak orang ke lembah kehancuran. Dari kecanduan game sampai resiko penipuan finansial. Karena itu, kita perlu bijak memanfaat media digital, dan media sosial, demi kemajuan bersama.

Berikut ini beberapa tips untuk memanfaatkan media digital sebagai percepatan proses belajar.

Pertama, akses ensiklopedia online. Contoh paling umum adalah wikipedia. Ensiklopedia memberi kita informasi secara luas, lengkap, dan dari beragam perspektif. Sehingga, kita mudah memperoleh pemahaman yang berimbang dan terhindar dari hoax. Ensiklopedia sendiri memiliki cara untuk membersihkan hoax. Jika Anda menguasai bahasa Inggris maka akan sangat memudahkan. Tetapi, translator jaman sekarang juga sudah sangat bagus.

Saya sendiri sering akses ke Stanford Encyclopedia of Philosophy (SEP) dan Internet Encyclopedia of Philosophy (IEP). SEP dan IEP menyediakan informasi lengkap secara gratis tentang sains, teknologi, dan filosofi. Mereka bersaing untuk memberikan yang terbaik. Keunggulan SEP, umumnya, kajiannya lebih terstruktur dan lengkap. Sementara, keunggulan IEP adalah kajiannya lebih berani dengan pemikiran-pemikiran spekulatif filosofis.

Kedua, gunakan mesin khusus. Misal, karena saya sering mengkaji matematika, maka, saya memanfaatkan Wolframalpha. Semua rumus matematika bisa diselesaikan oleh Wolfram. Baik dari rumus matematika SD sampai rumus matematika program doktoral bisa diselesaikan oleh Wolfram. Tugas kita, berikutnya, adalah berpikir kreatif tentang segala sesuatu yang tidak bisa dipikirkan oleh mesin, termasuk oleh AI.

Ketiga, temukan tema terbaru, misal dengan google “news” atau google “terhangat”. Contoh, saya ketik “math” ke google, lalu pilih “news” maka saya peroleh seluruh perkembangan terbaru tentang matematika. Saya juga sering ketik “philosophy”. Apa pun minat Anda, maka, Anda akan memperoleh update terbaru dari seluruh dunia.

Keempat, temukan komunitas online yang sesuai. Komunitas online bisa menyediakan banyak bantuan untuk percepatan belajar. Tetapi, kadang komunitas online terlalu melebar dan kasar. Barangkali, Anda perlu meninggalkan komunitas yang tidak berguna. Bila Anda berminat mengembangkan matematika dan filosofi, barangkali, bisa bergabung komunitas online saya di telegram dan facebook.

Kelima, produktif secara positif. Di samping kita memperoleh info secara online, sebaliknya, kita bisa berbagi info secara online. Pastikan info yang Anda bagikan adalah baik. Jika Anda berbagi tentang sains, teknologi, dan filosofi, maka, itu adalah kebaikan. Berbagi info dan pengetahuan mendorong kita untuk menguasai pengetahuan dengan lebih baik. Saya sendiri berbagi beragam trik matematika cepat melalui canel paman apiq di youtube, tiktok, facebook, dan lain-lain. Serta, saya berbagi pengetahuan melalui tulisan-tulisan di web paman apiq.

Percepatan digital membuka banyak kesempatan bagi kita untuk lebih maju. Mari kita manfaatkan media digital dan media sosial, secara bijak, untuk kebaikan seluruh umat manusia dan semesta.

Revisi (hal 138)

“Bergerak sepanjang spiral ke atas mengharuskan kita belajar, berkomitmen, dan berbuat pada taraf yang lebih tinggi. Kita menipu diri sendiri jika berpikir bahwa salah satu dari ini semua sudah memadai. Untuk terus maju kita harus belajar, berkomitmen, dan berbuat— dan belajar, berkomitmen, dan berbuat lagi.”

Super-Anugerah

Orang yang memiliki SQ tinggi meyakini super-anugerah: segala sesuatu adalah anugerah.

Paling penting dari semua pikiran adalah berpikir terbuka bahwa semua adalah anugerah. Anda sedang membaca tulisan ini adalah anugerah. Anda sedang berpikir untuk memperbaiki kehidupan adalah anugerah. Bahkan, bencana dan kesulitan adalah anugerah bagi kita untuk lebih kuat berpikir terbuka. Kehidupan sehari-hari adalah anugerah. Mengejar impian adalah anugerah. Waktu senggang tanpa kegiatan adalah anugerah.

Anugerah semua dan semua memang anugerah.

Tetapi, bukankah itu cara berpikir yang terlalu optimis? Benar, berpikir optimis itu sendiri adalah anugerah. Ketika Anda berpikir pesimis, sama saja, itu juga anugerah. Memang, meski semua yang ada adalah anugerah, tidak boleh menjadikan kita bermalas-malasan. Karena kita sudah mendapat banyak anugerah, maka, kita bertanggung jawab untuk mendaya-gunakan semua yang ada. Anugerah menuntut kita untuk berpikir terbuka.

Pertama, hidup adalah anugerah. Seluruh kehidupan adalah anugerah. Begitu manusia memandang hidup sebagai anugerah, maka, hidupnya makin berlimpah anugerah. Tetapi, manusia bebas untuk meyakini hidup sebagai anugerah atau bencana. Keyakinan ini, akan menjadi masa depan orang tersebut. Akibatnya, orang yang meyakini hidup sebagai bencana, maka, hidupnya bisa benar-benar jadi bencana. Karena kita bisa memilih meyakini anugerah, maka, lebih baik kita meyakini hidup sebagai anugerah dan benar-benar menjadi anugerah.

Kedua, ibu adalah anugerah bagi setiap orang. Kita menjadi hidup karena ada ibu dan bapak. Ibu mencurahkan cinta, seluruh cinta, kepada kita. Cinta ibu adalah anugerah yang menghidupi kita – dalam makna harfiah dan simbolis. Cinta dari ibu terlalu besar bagi kita. Tidak pernah bisa, kita membalas cinta ibu. Ibu telah mengandung kita selama 9 bulan dengan susah payah. Kemudian, ibu merawat kita ketika masih kecil dan nakal itu. Ibu bukan hanya mengandung dan merawat kita saja. Tetapi, ibu melakukan itu semua dengan penuh cinta. Ibu adalah anugerah utama buat kita, buat seluruh manusia. Tiba waktunya, bagi kita, untuk membalas cinta ibu.

Ketiga, kerja adalah anugerah. Setiap orang harus kerja. Setiap orang berhak kerja. Dan, setiap orang, memang bisa bekerja. Karena, kerja adalah anugerah. Maksud kerja, di sini, adalah kerja sejati. Bukan kerja sekedar mencari uang. Kerja adalah kita menebarkan kebaikan, kita berbagi anugerah. Pada gilirannya, anugerah justru berlimpah bagi kita karena kita berbagi anugerah itu. Memang, dengan bekerja, kita bisa mendapatkan uang. Dengan berkarya, kita bisa memperoleh jabatan. Tetapi poin utamanya adalah berbagi kebaikan kepada sesama. Uang dan jabatan adalah konsekuensi. Meski demikian, kita tetap perlu memikirkan mereka, uang dan jabatan itu, agar menjadi anugerah bagi seluruh semesta. Fokus utama kita adalah bekerja untuk berbagi anugerah. Karena itu, setiap orang selalu bisa bekerja, kapan saja di mana saja.

Keempat, ilmu adalah anugerah. Mencari ilmu adalah anugerah. Berbagi ilmu adalah anugerah. Dan, tentu, ilmu itu sendiri memang anugerah. Ilmu adalah anugerah yang sangat mulia, luhur. Ilmu menjadi mulia karena memuliakan ilmu dan memuliakan semua sumber ilmu.

Kelima, anugerah kesulitan. Sekilas, kesulitan bagai bencana. Tetapi, kesulitan adalah anugerah yang menjadikan kita lebih kuat. Kesulitan memicu kita untuk berpikir menemukan solusi. Kesulitan adalah anugerah yang menunjukkan arah tepat agar kita memusatkan segala perhatian, dan sumber daya, pada situasi itu. Pada akhirnya, di setiap kesulitan sesungguhnya ada kemudahan. Dari anugerah kesulitan menuju anugerah kemudahan. Bagaimana pun, kesulitan itu sendiri tetap anugerah.

Keenam, anugerah terbesar. Semua orang berhak mendapat anugerah terbesar, anugerah paling agung ini. Tetapi, tidak semua orang berhasil meraih anugerah terbesar ini. Anugerah terbesar adalah hampa. Benar, hampa adalah anugerah terbesar. Ketika Anda merasa hidup ini hampa, tak berdaya, tak punya makna, tidak bisa berbuat apa-apa, itu adalah anugerah terbesar. Ketika kita sadar bahwa kita bukan apa-apa itu adalah anugerah terbesar. Karena itu, kita membutuhkan Dia yang Maha Segalanya.

Ketujuh, anugerah sempurna. Kabar baiknya, semua orang akan menerima anugerah paling sempurna ini: mati. Pada saatnya, kita semua akan mati. Kematian adalah anugerah paling sempurna. Apa yang Anda siapkan untuk menerima anugerah paling sempurna yaitu datangnya kematian?

Mengembangkan SQ adalah anugerah. Membaca buku QQ adalah anugerah. Menjalani hidup menuju masa depan sempurna adalah anugerah. Selamat bersyukur dan memaknai semua anugerah Anda.

Epilog: Takwa Membentang

Yang paling penting dari takwa adalah akhirnya. Yang paling penting adalah buahnya. Yang paling penting adalah hasilnya. Jadi, apa buah dari takwa Anda?

Akhir terbaik dari takwa adalah husnul khatimah. Kita, jelas, sedangkan menapaki waktu menuju mati. Kita perlu mempersiapkan segalanya untuk meraih husnul khatimah. Apa yang Anda siapkan untuk husnul khatimah?

“Demi waktu… sungguh akhir itu lebih baik bagimu dari pada awal.”

Sudah banyak bukti bahwa akhir adalah lebih baik dari pada awal. Baik bukti empiris sehari-hari, bukti ilmiah, sampai bukti dalil-dalil ayat suci saling menguatkan. Tetapi, manusia mudah terjebak dengan salah pikir. Tidak benar bahwa awal lebih buruk dari akhir. Tidak benar juga bahwa proses lebih buruk dari akhir. Yang lebih benar, kebaikan takwa terbentang dari akhir, awal, dan prosesnya.

Takwa membentang dari tujuan akhir (husnul khatimah) menyinari masa lalu (hikmah awal) untuk mensyukuri anugerah masa kini (istiqomah di jalan takwa).

Jika satu bulan terdiri 30 hari, maka, Anda bisa membaca 30 renungan takwa tepat satu hari dengan satu renungan. Jika ada hari ke 31, maka, Anda bisa membaca epilog dan prolog. Kemudian, proses takwa terus berlangsung. Setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun. Semoga berlimpah berkah untuk kita semua.

“Dan perhatikan oleh dirimu apa yang telah engkau lakukan untuk hari esok.”

Prolog: Takwa Semesta

Takwa adalah wajib. Setiap orang wajib takwa. Termasuk, Anda wajib takwa. Saya juga wajib takwa. Orang takwa mendapat kebaikan dan memberi kebaikan. Sebaliknya, orang tidak takwa adalah dosa. Mereka perlu untuk menjadi takwa.

1. Takwa Personal
2. Takwa Prestasi
3. Takwa Semesta

Lebih jauh, kita butuh takwa. Bukan hanya wajib, kita perlu takwa sebagai mana kita perlu udara, makan, dan minum untuk hidup ini. Setiap manusia yang hadir di dunia ini butuh takwa. Dengan takwa, kita memberi kebaikan kepada orang lain dan alam semesta. Pada gilirannya, orang lain berbuat baik kepada kita. Terjadilah proses saling memberi dan menerima kebaikan. Kita membutuhkan takwa itu. Kita membutuhkan untuk saling memberi dan menerima kebaikan.

1. Takwa Personal

Awalnya, takwa bersifat personal. Takwa adalah tugas setiap orang sebagai individu. Kita wajib sholat dan puasa, misalnya, sebagai bentuk takwa. Dengan disiplin sholat, kita menjadi terbiasa untuk berbuat baik secara konsisten dan tepat waktu. Pada gilirannya, akhirnya, takwa berdampak secara sosial. Sikap konsisten berbuat baik dan tepat waktu itu terbawa ketika kita kerja. Sehingga, dalam dunia kerja, orang yang takwa berhasil mengukir prestasi penuh makna.

Takwa personal baru setengah jalan. Kita perlu menyempurnakan 100% dengan takwa sosial, salah satunya, berupa prestasi kerja. Pandangan yang lebih tepat, barangkali, bukan saling melengkapi antara takwa personal dengan takwa sosial, tetapi, saling menyempurnakan. Takwa personal, misal sholat, adalah takwa 100% dalam dirinya sendiri. Kemudian, menguatkan takwa sosial, misal meraih prestasi di dunia kerja. Takwa sosial itu sendiri juga sudah sempurna 100%. Tetapi, karena orang tersebut sudah biasa sholat, maka, takwa sosialnya menjadi lebih bermakna. Pada gilirannya, prestasi di dunia kerja ini akan menguatkan kualitas sholat berikutnya. Dan seterusnya, takwa personal dan sosial saling menyempurnakan.

Realitasnya, sering terjadi sebaliknya. Maksudnya, takwa personal saling bertentangan dengan takwa sosial. Misal, sholat justru menghalangi seseorang untuk meraih prestasi kerja dalam industri minuman keras. Atau, pandangan takwa yang memerintahkan kita menjauhi riba menyebabkan orang tertentu sulit berprestasi dengan bekerja di bank konvensional. Benar, kita memnghadapi problem-problem semacam itu. Secara bertahap, kita membahas dalam tulisan demi tulisan. Secara singkat, kesimpulannya, takwa mengajak kita bersikap bijak dan, sekaligus, mengukir prestasi.

2. Takwa Prestasi

Pengertian umum takwa adalah menjalani perintah dan menjauhi larangan Allah. Masih ada makna takwa yang makin memperjelas makna. Takwa sering bermakna sebagai taat, patuh, takut, tunduk, tulus, baik, dan lain-lain. Saya sengaja menambahkan makna takwa sebagai prestasi di jalan ilahi.

Takwa adalah meraih prestasi di jalan ilahi dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Makna takwa ini tetap sejalan dengan makna takwa secara umum.

Makna prestasi perlu kita tambahkan karena takwa memang mengajak kita untuk berprestasi personal dan sosial. Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dunia takwa dengan dunia kerja. Dunia takwa dan dunia kerja adalah seiring sejalan.

3. Takwa Semesta

Takwa personal dan takwa sosial mengajak kita melangkah lebih jauh ke takwa semesta universal. Kita perlu berbuat baik kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada seluruh alam raya. Kepada tumbuhan, kita perlu berbuat baik. Kepada anjing pun, kita perlu berbuat baik. Dan, kepada batu, air, serta udara, kita perlu berbuat baik.

Apakah Anda merasakan krisis iklim? Saat ini, ketika musim panas, panasnya terasa membakar jiwa raga. Memang benar, panas itu mengakibatkan kebakaran hutan ribuan hektar. Sebaliknya, ketika musim dingin, dinginnya begitu mencekam.

Banyak orang tidak berbuat baik terhadap alam. Banyak orang, justru, merusak alam. Akibatnya, terjadi kerusakan alam dan krisis iklim termasuk cuaca ekstrem. Kita perlu berbuat baik kepada seluruh alam semesta, yaitu, takwa semesta.

Saya menulis “30 Renungan Takwa Sepanjang Masa” agar bisa menjadi teman diskusi untuk meningkatkan takwa personal, sosial, dan universal. Sengaja tersedia 30 renungan agar bisa menjadi bahan bacaan setiap hari satu artikel renungan. Genap satu bulan, bisa kembali kepada renungan awal.

Ketika menulis, saya berada dalam konteks bulan Ramadhan. Tetapi, kita bisa memanfaatkan renungan-renungan ini untuk konteks bulan lain baik komariah (hijriyah) mau pun syamsiah (masehi). Semoga renungan-renungan ini memberi manfaat besar bagi kita semua.

Sapiens Masa Depan

Sapiens, kita sebagai manusia, adalah makhluk yang lemah. Tetapi, sapiens menguasai seluruh dunia. Tangan kita kalah kuat dengan cakar singa. Gigi kita kalah kuar dengan taring harimau. Badan kita kalah kuat dengan badan gajah. Mata kita kalah tajam dengan mata elang. Meski demikian, mengapa manusia bisa menguasai dunia?

Awal sejarah, hanya ada sedikit manusia. Kemudian, berkembang pesat ke seluruh penjuru. Ketika ada gangguan, misal pandemi covid, manusia menemukan cara untuk tetap selamat. Mengapa manusia bisa berperilaku seperti itu, sehingga, mendominasi dunia?

Perang nuklir, kini, mengancam umat manusia. Perang Rusia-Ukraina masih membara. Perang nuklir hanya bisa dilakukan antara sapiens lawan sapiens, manusia lawan manusia. Jika terjadi, perang nuklir bisa mengakhiri eksistensi umat manusia. Manusia habis, mati semua. Bumi tidak lagi bisa dihuni manusia. Manusia musnah. Di bumi, hanya bisa hidup beberapa jenis tumbuhan dan hewan semacam kecoa atau tikus. Sang penakluk dunia itu, sapiens, akhirnya berakhir juga.

Tidak semudah itu, kawan. Sapiens tidak mudah dimusnahkan. Saat ini, terjadi lobi-lobi politik, dan bermacam-macam usaha, agar perang nuklir tidak terjadi. Atau, jika terjadi, perang nuklir bisa diisolasi sehingga dampaknya terbatas. Jadi, sapiens selamat. Sapiens tetap menguasai dunia.

Bagaimana sapiens bisa tetap menguasai dunia seperti itu?

1. Bukan karena Otak Manusia
2. Komitmen Masa Depan
3. Masa Depan Semesta

Pengantar Penulis: Cita-Cita

Sejak muda, saya bercita-cita untuk menulis buku tentang logika. Megapa? Karena logika adalah ilmu berpikir benar. Saya berharap, ketika orang-orang berpikir dengan benar, maka, akan berdampak bisa menjalani hidup dengan benar juga. Secara keseluruhan, hasilnya, masyarakat lebih berkembang menjadi masyarakat adil makmur. Secara personal, masing-masing orang berhasil meraih cita-cita dan hidup bahagia.

Tetapi, hampir 30 tahun waktu berlalu, saya tidak berhasil menulis buku tentang logika. Akibatnya, masyarakat menjadi tidak adil makmur? Benarkah begitu?

Syukurlah, pada tahun 2023 ini, saya berhasil menulis buku logika, yaitu, logika-futuristik. Saya berharap, buku logika ini, memberi kontribusi kepada masyarakat untuk mencapai adil makmur. Secara pribadi, bagi Anda dan bagi saya, buku logika-futuristik membantu setiap orang untuk meraih cita-cita dan hidup bermakna. Selamat membaca!

Orisinalitas

Saya menghadapi beragam rintangan selama 30 tahun. Yang paling besar adalah rintangan orisinalitas, keaslian. Saya hanya bisa menulis sebuah buku, jika, buku tersebut asli dengan orisinalitas yang tinggi. Sementara, tema logika sudah dibahas luas sepanjang sejarah. Saya tidak menemukan sisi orisinalitas dari sebuah buku untuk dituliskan lagi.

Aristoteles menulis buku logika dengan lengkap lebih dari 2000 tahun yang lalu. Kemudian, logika makin sempurna dengan pengembangan-pengembangan oleh Stoic, Ibnu Sina, Leibniz, Boole, Frege, Russell, sampai Lane. Dari sisi fundamental, logika berkembang melalui kajian tokoh-tokoh Suhrawardi, Hegel, dan Heidegger.

Suhrawardi mengawali kritik logika Aristoteles paling canggih dalam sejarah sekitar 1000 tahun yang lalu. Suhrawardi mengkritik bahwa logika yang ada tidak akan mampu menghasilkan pengetahuan dengan metode definisi esensial berupa genus dan diferensia. Bagi mereka yang sudah memahami genus dan diferensia, mereka tidak perlu logika karena sudah paham. Sementara, bagi mereka yang tidak paham genus dan diferensia, maka, mereka tetap saja tidak paham. Jadi, logika gagal memenuhi tugasnya.

Suhrawardi mengusulkan solusi berupa logika visi-iluminasi, yang, saya bahas dalam buku logika futuristik ini. Sebelum memberi solusi, dengan cerdik, Suhrawardi berhasil mereduksi beragam bentuk silogisme mejandi hanya satu bentuk silogisme valid. Ini adalah prestasi seorang ahli logika yang luas biasa.

Hegel melakukan kritik logika secara frontal sekitar 200 tahun yang lalu. Logika bukan bagian dari filsafat, bukan pula alat berpikir bagi filsafat. Logika adalah filsafat itu sendiri. Logika adalah sistem metafisika yang lengkap. Tetapi, Hegel membalik beragam prinsip logika, sehingga, orang awam sulit sekali memahami logika Hegel.

Pertama, Hegel menjunjung tinggi prinsip kontradiksi. Sementara, logika klasik menolak kontradiksi. Logika klasik justru menjunjung prinsip non-kontradiksi. Saya mengamati ada perpedaan perspektif di sini. Hegel memastikan bahwa setiap esensi akan berkontradiksi dengan eksistensi sehingga terbentuk becoming. Sedangkan, logika klasik memandang esensi tidak mungkin berkontradiksi dengan esensi dirinya.

Kedua, Hegel memandang logika bersifat dinamis mengikuti dinamika realitas. Sementara, logika klasik sudah dipastikan benar secara apriori. Sehingga, realitas yang harus mengikuti kaidah logika klasik secara apriori agar bernilai benar. Saran Hegel, amati realitas dengan cermat, kemudian, susun logika dengan baik.

Boole, hampir bersamaan dengan masa Hegel, mengkritik logika karena setiap proposisi mengandung makna ganda yang ambigu. Boole menyusun logika simbolik yang hanya menggunakan simbol 0 dan 1, maka, terciptalah logika digital biner atau logika Boolean. Logika Boolean berhasil menghilangkan makna ganda sehingga logika bersifat eksak, pasti. Lebih dari itu, logika Boolean juga menyediakan prosedur untuk menciptakan proposisi logika paling efisien, misal, dengan Karnaugh Map.

Kritik terbesar terhadap logika terjadi sekitar 100 tahun yang lalu. Pertama, kritik fundamental logika dari Heidegger. Logika mengklaim sebagai ilmu berpikir benar. Atau, logika mengklaim bahwa logika adalah benar. Atas dasar apa logika menjadi benar? Logika menjadi benar berdasar logika? Bukankah itu sombong? Mengklaim kebenaran diri atas dasar diri sendiri? Heidegger mengusulkan fondasi logika adalah metafisika. Tetapi, apa fondasi dari metafisika? Fondasi metafisika adalah ontologi (fundamental). Apa fondasi dari ontologi? Pertanyaan bisa berlanjut tanpa henti. Heidegger berhasil menjawab pertanyaan ini dengan baik. Hanya saja, jawaban Heidegger memang lebih dekat ke kajian ontologi ketimbang kajian logika.

Kedua, kritik Godel yang berpuncak pada paradoks Godel. Setiap sistem logika, sistem formal, pasti antara tidak konsisten atau tidak lengkap. Karakter tidak konsisten ini inheren, bawaan asli, dari setiap sistem logika. Godel membuktikan paradoks ini tanpa interpretasi bahasa sama sekali. Godel hanya menggunakan “angka-angka” saja. Paradoks Godel terbukti valid, hampir 100 tahun sampai sekarang. Memang karakter tidak konsisten bisa diselesaikan dengan menambahkan teorema, tetapi, akan menghasilkan paradoks baru yang berbeda.

Dengan beragam perkembangan logika seperti di atas, mendorong saya untuk menemukan solusi yang orisinal. Sebuah solusi yang tidak mudah. Alhamdulilah. Logika-futuristik adalah solusi yang kita butuhkan.

Implikasi

Saya kira strategi Suhrawardi dengan menyederhanakan silogisme menjadi hanya satu bentuk adalah sangat bagus. Kemudian, melakukan kritik dan rekomendasi solusi.

Dengan strategi yang sama, saya mengusulkan setiap proposisi logika bisa diubah ke bentuk implikasi. Sehingga, kita mudah menguji kebenaran, validitas, setiap proposisi implikasi tersebut. Secara intuitif, kita bisa melakukan transformasi setiap proposisi menjadi implikasi. Secara formal, kita bisa melakukan dengan bantuan logika Boolean yang dikembangkan, misal, sistem digital.

Selanjutnya, kontribusi utama dari logika-futuristik adalah menempatkan aspek future menjadi paling utama. Tentu saja, dengan tetap mempertimbangkan aspek present dan past.

Karena aspek masa depan, future, begitu dominan maka logika-futuristik dapat diterapkan secara luas. Logika-futuristik bisa untuk menyelesaikan problem matematika, sains, dan sampai problem sosial demokrasi. Logika-futuristik memberi solusi dengan tuntas, sekaligus, berupa solusi dinamis. Kita tentu akan mencapai solusi masa depan, solusi future. Ketika, kita sampai ke masa depan, saat itu juga, masa depan sudah bergerak ke lebih depan lagi. Jadi, kita harus ikut bergerak ke depan lagi secara dinamis tanpa henti. Solusi dinamis ini, kita kaji lebih dalam di buku logika-futuristik yang ada di hadapan Anda.

Saya berterima kasih sebesar-besarnya kepada semua pihak yang membantu terbitnya buku logika-futuristik. Puji syukur ke hadirat Allah, kami panjatkan atas seluruh anugerah berlimpah sehingga terbit buku logika-futuristik. Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita Kanjeng Nabi Muhammad berserta keluarga dan seluruh sahabat pilihan.

Terima kasih kepada seluruh tim penerbit Nuansa yang dengan semangat dan teliti editing sampai penerbitan. Kepada Pak Nurul, terima kasih yang terus memberi arahan ke detil-detil buku logika-futuristik. Kepada Pak Hasyim, terima kasih atas support dan kepercayaan, serta respon yang cepat.

Terima kasih kepada seluruh keluarga besar APIQ yang mendorong dinamika secara online dan offline. Diskusi di kelas kecil APIQ mau pun seminar-seminar APIQ memperkaya wawasan. Diskusi online melalui yotube paman APIQ memunculkan banyak inspirasi baru. Sementara web pamanAPIQ.com menjadi rangkuman beragam diskusi. Dan, diskusi di grup-grup media digital menghangatkan setiap perdebatan.

Terima kasih spesial kepada Pak Dimitri yang memberi banyak pencerahan filosofis (Timur dan Barat). Pak Dimitri meluaskan dan memperdalam wawasan saya dengan mengirimkan puluhan, bahkan ratusan, buku-buku berkualitas tanpa batas. Diskusi di kuliah filsafat sains STEI ITB menjadi puncak diskusi dari beragam perspektif yang saling melengkapi.

Terima kasih istimewa kepada Mas Budi Sulistyo yang membangkitkan kembali, jauh lebih tinggi, tema Quantum Quotient (buku best seller pertama saya dari penerbit Nuansa). Mas Budi memberi update terbaru tema quantum mechanic secara sains dan filosofis. Paradoks-paradoks quantum menjadi pembahasan yang sangat asyik.

Sekali lagi, terima kasih kepada semua pihak yang banyak membantu terbitnya buku logika-futuristik, yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Semoga buku ini memberi manfaat yang besar bagi kita semua dan generasi masa depan.

Bandung, Januari 2023

Agus Nggermanto (Paman APIQ)

Takwa Futuristik

“Demi waktu… dan sungguh akhir itu lebih baik bagimu dari pada awal.”

Jelas, tegas, dan tuntas bahwa akhir itu lebih baik bagimu dari pada awal. Final yang baik itu lebih baik bagimu. Penutupan yang sempurna itu lebih baik bagimu.

Tetapi sebaliknya tidak benar. Tidak benar bahwa awal lebih buruk dari akhir. Tidak benar juga bahwa proses di tengah sebagai lebih buruk. Yang benar adalah akhir itu lebih baik bagimu dari pada awal.

Karena akhir lebih baik maka terbuka lebih banyak peluang posibilitas luas, freedom yang bebas dan membebaskan, serta komitmen untuk istiqomah di jalan lurus.

1. Akhir Lebih Baik
2. Husnul Khotimah
3. Rahmatan Lil Alamin
4. Jalan Takwa
5. Takwa Digital
6. Rekayasa Takwa
7. Nafas Arrahman

Akhirnya, segala sesuatu akan berakhir. Akhir yang baik adalah tujuan dari segala tujuan. Akhir yang baik memberi nilai kepada masa lalu. Akhir yang baik menuntun perjalanan masa kini menuju puncak tujuan.

1. Akhir Lebih Baik

“Dan perhatikan oleh dirimu apa yang telah engkau lakukan untuk hari esok.”

2. Husnul Khotimah

2.1 Mati Seorang Diri

2.2 Matinya Alam

2.3 Matinya Peradaban

3. Rahmatan Lil Alamin

“Dan tidak Aku utus Kamu kecuali menjadi rahmat untuk alam semesta.”

4. Jalan Takwa

Berprestasi di jalan ilahi dengan menjalankan perintah dan menjauhi larangan.
5. Takwa Digital
6. Rekayasa Takwa
7. Nafas Arrahman

Pintu 5: Pakar Demokrasi

Pada tahap tertentu, kita akan berhadapan dengan banyak orang yang berbeda-beda kepentingan. Mereka bisa saja mengaku membela kebenaran, membela keadilan, dan berjuang mewujudan kebaikan bersama. Tetapi mengapa bisa berbeda-beda? Bahkan, mengapa bisa saling berlawanan?

Demokrasi menjadi salah satu alternatif terbaik. Memberi kebebasan kepada setiap orang mengungkapkan pendapat. Mendengarkan semua pendapat yang ada. Kemudian, mengambil keputusan secara demokratis.

1. Kebebasan
2. Keadilan
3. Sistem Pakar
4. Politik
5. Semesta Masa Depan

Di sisi lain, kita mengetahui bahwa setiap manusia adalah unik. Masing-masing orang memiliki kelebihan yang tidak dimiliki orang lain. Sehingga, ada orang yang pakar di bidang tertentu, misal, pakar kedokteran, teknologi, pendidikan, agama, seni, dan lain-lain. Suara seorang pakar, tentu, berbeda bobot dengan yang bukan pakar. Akibatnya, kita perlu menempatkan suara pakar dengan tepat dalam suasana demokratis.

1. Kebebasan

Kebebasan adalah karakter unik yang hanya dimiliki manusia. Dengan kebebasan itu, manusia wajib bertanggung jawab atas semua pilihannya. Manusia memiliki tanggung jawab moral. Terdapat sistem hukum, natural atau kultural, untuk menjaga kebebasan umat manusia. Kita akan mulai pembahasan dengan diskusi makna kebebasan.

1.1 Bebas Menerima Batas

Manusia itu bebas. Manusia adalah bebas. Bahkan, manusia adalah kebebasan itu sendiri. Manusia terlahir bebas dan mati secara bebas. Tetapi, apa makna bebas?

Bebas adalah bebas terbang ke langit. Bebas menembus bumi. Bebas makan apa saja. Bebas minum apa saja. Bebas wisata ke mana saja. Bebas melakukan apa saja. Bebas mutlak. Tidak bisa bebas seperti itu. Bebas mutlak adalah absurd. Bebas sebebas-bebasnya, seperti khayalan, adalah mustahil.

Kita perlu memahami makna bebas sejati.

Bebas adalah kita bisa menentukan pilihan dalam batas. Beberapa orang bisa keberatan bila ada batas. Bagaimana pun, memang, selalu ada batas. Misal Anda ingin bebas terbang tinggi tanpa batas. Apakah bisa? Tidak bisa. Anda bisa terbang bila saat ini terbatas misal berada di bumi. Jika tidak ada bumi, tidak ada alam raya, Anda tidak bisa terbang. Bebas memang membutuhkan batas.

Saya ingin bebas memilih kerja apa saja, sebebas-bebasnya, tanpa batas. Apakah bisa? Tidak bisa. Misal, Anda bebas memilih 1000 jenis pekerjaan yang tersedia. Tetap saja, pekerjaan itu akan membatasi Anda. Atau, Anda terbatas kepada hanya 1000 pekerjaan yang tersedia.

Saya ingin bebas berimajinasi sebebas-bebasnya. Apakah bisa? Tidak bisa. Karena imajinasi Anda terbatas oleh beberapa pengalaman Anda. Meski imajinasi bisa saja kreatif, tetapi, beberapa unsur penyusun dari imajinasi tetap terbatas oleh pengalaman atau terbatas oleh kemampuan imajinasi itu sendiri.

Demokrasi adalah bebas. Demokrasi menghormati kebebasan. Bagaimana pun, kebebasan demokrasi selalu bebas menerima batas. Dengan kesadaran ini, seluruh anggota masyarakat bisa saling mengajukan pendapat, saling berbagi informasi, dan saling memahami.

Lalu, apa batas-batas dari demokrasi? Salah satu tugas penting dari demokrasi adalah menentukan batas-batas itu. Meski ada batas, batas-batas itu mengantar kita untuk meraih kebaikan yang tak terbatas. Secara umum, semakin sedikit jumlah batas maka semakin bebas kehidupan demokrasi.

1.2 Bebas Berpikir

Setiap orang bebas berpikir apa saja. Kemudian, dia bebas mengungkapkan pemikiran dia yang bebas itu. Kebebasan berpikir adalah keunggulan utama seorang manusia. Manusia bisa berpikir mengarungi masa lalu, menjelajahi sejarah ribuan atau atau jutaan tahun yang lalu. Di saat yang sama, manusia bebas berpikir puluhan tahun ke depan atau ribuan tahun ke depan.

Kebebasan berpikir perlu terus kita pupuk agar makin tumbuh subur.

Setiap orang bebas berpikir, kemudian, bebas berbagi pemikiran demi kebaikan bersama. Pikiran satu orang disempurnakan oleh pikiran orang lain. Pikiran bebas saling berkompetisi untuk menghasilkan pemikiran terbaik. Orang-orang bebas untuk saling komunikasi berbagi informasi. Perkembangan teknologi, terutama media sosial, memudahkan setiap orang untuk saling berbagi.

Mengkritik penguasa, tentu saja, dibolehkan. Saling mengkritik di antara warga juga baik dalam suasana demokrasi. Kritik-kritik menjadi sumber perbaikan di sana-sini. Yang dilarang adalah menyebarkan fitnah dan berita bohong. Karena, fitnah memang tidak berguna. Fitnah merugikan kita semua bahkan bisa meruntuhkan demokrasi.

Untuk di Indonesia, semua pihak perlu hati-hati. Meski kebebasan berpikir dan berpendapat adalah dijamin konstitusi, di saat yang sama, ada aturan tentang pencemaran nama baik dan penodaan agama. Beberapa pemikiran bebas bisa saja melanggar pencemaran nama baik atau penodaan agama. Sehingga, ada resiko masuk tindakan kriminal. Kita perlu berpikir ulang tentang aturan-aturan tersebut. Secara umum, di Indonesia, kebebasan berpikir dan berpendapat terjamin dengan baik.

1.3 Bebas atau Baik atau Benar

Seberapa pentingkah kebebasan itu? Lebih penting mana dengan kebaikan atau kebenaran?

Idealnya, kita merangkul semua: bebas, baik, dan benar. Dalam situasi tertentu, ketiga penilaian di atas bisa saja saling bertentangan. Kita dipaksa untuk membuat urutan prioritas. Secara teoritis, benar pasti membebaskan, membebaskan itu pasti baik, dan kebaikan pasti benar. Karena, masing-masing pihak melakukan penilaian berdasar perspektif terbatas, maka, terjadi perselisihan di antara warga masyarakat. Berikut adalah urutan prioritas yang bisa menjadi pertimbangan.

Benar atau kebenaran adalah konsep paling penting. Hanya saja, klaim kebenaran ini bisa sangat beragam. Apa penentu kebenaran? Aturan sosial, kesepakatan, hukum agama, sains, moral, dan masih banyak lagi. Keragaman perspektif penentu kebenaran ini, memaksa kita untuk menempatkan kebaikan dan kebebasan sebagai kandidat lebih prior.

Kebaikan bersama. Kita tentu sepakat untuk mengutamakan kebaikan bersama. Lebih menarik lagi, umumnya, warga masyarakat bisa mencapai kesepakatan demi kebaikan bersama. Awalnya, misal, ada kebaikan A bersaing dengan kebaikan B. Setelah diskusi demokratis, akan tercapai kesepakatan antara A atau B atau alternatif kebaikan lainnya. Dengan demikian, kita bisa menempatkan kebaikan sebagai paling prioritas.

Tetapi, problem bisa muncul, ketika kebaikan A dan kebaikan B, ternyata menjadi keburukan bagi pihak lain, misal pihak C. Kita perlu hati-hati di sini. Kebaikan perlu menjamin kebaikan bersama secara luas. Kebaikan itu termasuk kebaikan kepada pihak lain, bahkan, kebaikan bagi generasi masa depan. Menariknya lagi, ketika perspektif kebaikan diperluas, dan kriteria kebaikan beragam, umumnya warga akan sepakat untuk mencapai kebaikan bersama.

Bagaimana jika klaim kebaikan itu disertai ancaman? Sehingga, ada pihak lemah yang terpaksa menerima kesepakatan yang diklaim baik, padahal buruk bagi pihak lemah. Diskusi tentang kebaikan perlu menjamin bahwa semua pihak bebas. Semua pihak memiliki kebebasan untuk menentukan sikap. Dengan demikian, kebebasan menjadi paling prioritas?

Kebebasan berpendapat menjamin setiap orang bisa memberi usul yang terbaik. Kebebasan membuka posibilitas, yang awalnya, tampak tidak jelas. Kebebasan mendorong tercapainya kebaikan dan kebenaran.

Resiko dari kebebasan adalah orang menjadi bebas untuk berbuat tidak benar dan tidak baik. Tentu saja, dalam masyarakat demokratis, resiko seperti itu bisa dicegah dalam banyak kasus. Ketika orang bebas akan berbuat tidak benar, maka, warga yang lain bisa mengingatkannya. Begitu juga, ketika orang akan berbuat tidak baik, maka, warga yang lain bisa mengingatkannya.

Lebih menarik lagi adalah kebebasan mudah untuk diklaim oleh setiap warga. Maksudnya, ketika seseorang merasa tidak bebas, maka, dengan mudah dia menuntut kebebasan dalam masyarakat demokratis.

Sampai di sini, rekomendasi prioritas kita adalah kebebasan, kebaikan, dan kebenaran. Lebih-lebih, secara pribadi. Pastikan diri Anda bebas. Kemudian, gunakan kebebasan Anda untuk kebaikan bersama. Dan, pastikan Anda berada di jalan yang benar.

Secara sosial politik, prioritas bisa dibalik. Menegakkan kebenaran dan keadilan adalah tugas utama bagi kita besama. Kita akan membahas tema keadilan di bagian selanjutnya.

2. Keadilan

Dalam kehidupan sosial, keadilan adalah paling utama. Adil lebih utama dari baik, bebas, atau benar. Secara pribadi, orang bisa saja mengutamakan kebaikan atau kebebasan atau kebenaran. Secara sosial, dan politik, keadilan menjadi dasar dari semuanya.

2.1 Hak Rakyat dan Semesta

Anda berhak mendapat keadilan. Orang kaya berhak mendapat keadilan. Orang miskin, sama juga, berhak memperoleh keadilan. Lebih luas, alam semesta berhak memperoleh keadilan.

“Adil adalah memberi hak sesuai hak.”

Mudah kita rumuskan adil itu. Tetapi, tidak mudah untuk sampai tataran praktis. Apa itu hak? Apa ukuran hak? Bagaimana cara menghitungnya?

Pertama, kita perlu memastikan semua pihak, khususnya setiap manusia, memiliki hak yang setara. Orang miskin dan orang kaya, sama-sama, berhak mendapat kebebasan. Pejabat dan orang awam, sama-sama, berhak dihargai sebagai manusia. Profesor dan wong cilik, sama-sama, berhak mengajukan pendapat.

Kedua, setiap manusia berhak untuk berbeda dengan manusia lainnya karena setiap manusia memang unik. Untuk menjaga tetap adil, perbedaan hanya diperbolehkan bila memberi manfaat lebih besar kepada pihak lemah. Sementara, pihak kuat sudah cukup kuat dengan situasi sekarang dan penambahan manfaat secukupnya saja.

Ketiga, sistem sosial perlu menjamin bahwa pihak lemah mampu bergerak dinamis untuk mencapai tingkat menengah atau yang lebih tinggi dalam rentang waktu tertentu. Jika target dinamika ini tidak tercapai, maka, perlu intervensi sosial untuk meperbaiki situasi.

Dengan tiga pandangan di atas, kita, sebagai anggota masyarakat, sadar bahwa setiap orang memiliki hak yang sama untuk meraih cita-cita. Di saat yang sama, masing-masing warga perlu memperhatikan warga lain, terutama, pihak lemah. Kita perlu memastikan kemajuan pihak lemah, yang pada gilirannya, akan mendorong pertumbuhan pihak kuat juga.

2.2 Pihak Lemah

Kita perlu memberi perhatian lebih kepada pihak lemah untuk menjamin mereka mendapat keadilan secara memadai. Karena fokus ke pihak kuat bisa menjadi kamuflase yang berbahaya. Mengapa dia sah jadi presiden? Karena menang pemilu. Mengapa dia layak jadi menteri? Karena ditunjuk oleh presiden. Mengapa dia menjabat anggota dewan? Karena menang suara pemilu. Mengapa dia jadi kaya? Karena sukses bisnis. Mengapa rakyat miskin menjadi miskin? Mengapa dia jadi orang tersisih? Mengapa dia tidak diterima di universitas idaman? Mengapa dia tidak diterima di sekolah terbaik?

Dia bekerja jadi sopir puluhan tahun tetap miskin. Kerja 12 jam sehari, sampai 20 jam sehari, tetap miskin. Sudah kerja keras mengapa tetap miskin? Karena ada orang kaya yang tidak bekerja, justru, makin bertambah kaya. Apa hubungan antara mereka? Mengapa yang miskin makin miskin dan yang kaya makin kaya?

Miskin Meski Kerja

Kita perlu menjawab pertanyaan mengapa sopir yang kerja 20 jam sehari tetap miskin. Tetapi, mengapa pejabat polisi yang tidur dengan perempuan bukan istri tiap hari tetap berlimpah materi.

Pertama, kita perlu apresiasi sang sopir. Dia sudah bekerja keras. Dia memberi penghidupan keluarga secara halal. Dia tetap kerja meski tetap miskin. Sopir yang seperti itu adalah penggerak roda ekonomi. Dan, masih banyak wong cilik lainnya yang menggerakkan roda ekonomi sejati.

Kedua, kita perlu mengutuk pejabat polisi pelanggan prostitusi. Kabarnya, saat ini, pejabat itu sedang ditahan untuk sidang kasus korupsi dan terutama kasus bisnis narkoba. Semoga dia mendapat balasan yang adil. Pejabat-pejabat lain juga perlu tobat, misal, pejabat pajak yang mencuri uang rakyat. Orang-orang kaya, pengusaha sampai artis ibu kota, sama saja seperti kita, perlu tobat semua.

Ketiga, kita perlu mencermati struktur tidak adil yang menyebabkan sopir tetap miskin. Kemudian, mencari cara mengubah struktur tersebut agar menjadi adil. Sopir itu tetap miskin karena, secara struktural, nafkah dia disedot oleh pihak kuat. Nafkah sopir disedot untuk prostitusi pejabat polisi, menambah kaya penguasa-pengusaha, dan membayar artis ibu kota. Untuk mengungkap struktur yang tidak adil itu kita perlu transparansi. Serta fokus bagaimana agar struktur memberi manfaat kepada pihak lemah. Tidak cukup hanya dengan kamuflase pembenaran mengapa pihak kuat boleh menyedot kekayaan sebesar-besarnya. Struktur yang tidak adil perlu dibenahi.

Belajar Meski Tidak Kuliah

Setiap tahun, lebih 500 ribu lulusan SMA tidak sanggup melanjutkan kuliah ke universitas idaman. Mengapa?

Kita bisa menjawab dengan argumen kamuflase yaitu karena 200 ribu lulusan SMA lainnya lebih berprestasi. Sehingga, siswa yang prestasinya lebih baik, maka, lebih berhak menduduki kursi kuliah di universitas. Tentu saja, argumen kamuflase tidak sah. Kita perlu fokus ke pihak lemah, yaitu, mereka yang tidak bisa kuliah meski sudah belajar giat setengah hidup.

Pertama, karena daya tampung universitas tidak memadai. Misal daya tampung universitas adalah 200 ribu kursi. Sementara, calon mahasiswa baru ada 700 ribu orang, maka, yang 500 ribu orang pasti ditolak. Mengapa tidak mencukupi? Karena anggaran untuk membangun universitas disedot, secara struktural, untuk kepentingan lain. Kita bisa memperbaiki situasi dengan memperbaiki struktur sosial sehingga daya tampung universitas memadai.

Kedua, mengapa 500 ribu orang calon mahasiswa yang itu, bukan yang lain, yang ditolak untuk kuliah? Karena sistem seleksi tidak ada tranparansi. Misal, kita ambil contoh jalur undangan prestasi. SMA 3 Bandung selalu mendapat porsi tinggi, siswanya, diterima di universitas bergengsi. Sementara, untuk bisa menjadi siswa SMA 3 harus memakai zonasi, tepatnya radiusi, berdasarkan KK yang asli atau pun yang dibeli. Di sisi lain, ribuan anak di pedesaan Jawa Barat atau pinggiran kota Bandung, tidak punya peluang diterima di SMA 3. Akhirnya, tidak bisa kuliah di perguruan tinggi. Kita perlu merombak sistem seleksi dengan mengutamakan transparansi.

Ketiga, bukan hanya perguruan tinggi tetapi kampus alam raya ini. Kuliah tidak hanya bisa di universitas. Anak-anak kita bisa kuliah di kampus-kampus alternatif misal padepokan, pesantren, universitas online, universitas terbuka dan lain-lain. Banyak orang ragu dengan standar kualitas lulusan mereka. Kita bisa membuat standarisasi sebagai jaminan kualitas, misal, mirip tes TOEFL. Hasil tes ini memberi nilai standar para sarjana. Hasil tes tidak perlu menyatakan calon sarjana sebagai lulus atau tidak lulus. Hasil tes hanya menampilkan nilai standar kesarjanaan. Selanjutnya, masyarakat yang akan memanfaatkan hasil penilaian itu sesuai kebutuhan mereka. Dengan cara ini, 700 ribu calon mahasiswa bisa meraih gelar sarjana.

Karya Meski Tua

Orang-orang yang berusia tua memang orang yang lemah, khususnya, secara fisik. Kita perlu membela orang-orang yang lanjut usia. Kita, bila beruntung, akan menjadi tua juga. Sehingga, kita harus serius memberi perhatian kepada orang tua.

Di usia tua, setiap orang tidak bisa lagi mengandalkan kekuatan fisik. Fokos kerja perlu bergeser kepada karya. Selanjutnya, menuju maha karya. Orang tua, terbukti sudah lebih lama menjalani hidup. Orang muda tidak bisa membeli waktu yang sudah dialami orang lanjut usia. Pengalaman menjalani hidup ini perlu menjadi hikmah bagi seluruh masyarakat luas. Kita akan membahas tema ini di tempat tersendiri.

Poin penting kita, sampai di sini, adalah perlu fokus kepada pihak lemah. Kemudian, mencari cara agar pihak lemah menjadi dinamis bergerak menuju lebih baik. Tidak cukup hanya fokus kepada argumen bahwa pihak kuat berhak atas klaim kemenangan mereka. Pihak kuat sering diuntungkan oleh struktur yang tidak adil. Pihak lemah sering dirugikan. Kita perlu berjuang menciptakan struktur yang adil. Atau, setidaknya, kita menolak struktur yang tidak adil.

2.3 Transparansi

Syarat dasar untuk bisa mewujudkan keadilan adalah transparansi, keterbukaan, dan kejelasan. Dengan transparansi, semua pihak, baik pihak yang kuat mau pun pihak lemah, bisa melihat data dengan baik. Kemudian, mereka bisa mengusulkan, atau menuntut, keadilan. Tentu, akan terjadi banyak pro dan kontra. Berikutnya, perlu terjadi dialog yang demokratis.

Mengapa terjadi korupsi? Karena tidak ada transparansi. Mengapa pejabat tidak dipercaya oleh rakyat? Karena tidak transparan. Mengapa harga-harga menjadi mahal? Karena tengkulak tidak transparan.

Akhir-akhir ini, kita mendengar dugaan korupsi melibatkan pejabat pajak. Bahkan, dugaan korupsi melibatkan lebih banyak penjabat di kemenkeu. Menko sempat menyoroti adanya transaksi 300 T rupiah yang mencurigakan. Pejabat pajak melakukan korupsi karena yakin, di negeri ini, tidak ada transparansi. Pejabat menerima uang pajak, kemudian, masuk kantong sendiri. Karena tidak ada transparansi, mereka bisa melakukan korupsi. Pada akhirnya, korupsi merugikan seluruh negeri. Para pelaku perlu dihukum dengan hukuman berat sekali.

Rakyat tidak percaya kepada pejabat yang tidak transparan. Pejabat mengaku membela wong cilik tetapi gaya hidup mereka, dan keluarga mereka, mewah super kaya raya. Berapa biaya hidup seorang pejabat yang mewah begitu? Dari mana para pejabat memperoleh uang untuk hidup mewah? Mengapa pejabat kampanye untuk hidup sederhana, tetapi, mereka bermegah-megahan? Tanpa transparansi, pejabat tidak layak dipercaya oleh rakyat.

Rakyat menderita karena harga-harga barang kebutuhan sehari-hari mahal, membubung tinggi. Ambil contoh harga daging ayam per kilogram. Rakyat harus membeli dengan harga lebih dari 40 ribu rupiah. Sementara, peternak ayam menjual ke tengkulak hanya 10 ribu sampai 20 ribu rupiah. Bagaimana harga yang murah dari peternak bisa menjadi mahal ke pembeli? Karena ada pihak di tengah, yaitu, tengkulak yang tidak transparan. Mereka, tengkulak, memainkan harga suka-suka. Tengkulak menekan harga serendah-rendahnya terhadap peternak. Sementara, tengkulak menjual harga setinggi-tingginya ke rakyat.

Transparansi adalah solusi paling mendasar. Dengan transparansi, pejabat pajak tidak bisa korupsi. Karena, setiap perilaku korupsi tercatat dan mudah diamati banyak pihak. Di sisi lain, pejabat yang transparan menggunakan dana dan jabatan secara bijak, dia mendapat hormat dari seluruh rakyat. Tengkulak bisa menetapkan harga yang tepat dengan transparan. Menguntungkan bagi peternak, menguntungkan bagi rakyat, dan, akhirnya, menguntungkan juga bagi tengkulak.

Semudah itu kah, transparansi menjadi solusi? Tentu saja, masih banyak tantangan. Batas-batas transparansi akan tetap memunculkan ambiguitas. Aspek keamanan perlu mendapat jaminan. Sehingga, masyarakat perlu mendiskusikan sistem transparansi secara dinamis dan demokratis. Perkembangan teknologi digital, semisal AI, menjadi sebuah harapan.

3. Sistem Pakar

Pada awal perkembangannya, AI berupa sistem pakar, SP, expert system. Saat ini, tahun 2023, kita jarang mendengar SP. Saya kembali membahas SP karena masing-masing dari manusia berpotensi untuk menjadi pakar. Karena itu, masyarakat berpotensi menjadi sistem pakar dalam pengertian yang baru.

3.1 Respek

Masing-masing orang di antara kita memiliki bakat yang beragam dan berbeda-beda. Sehingga, wajar bagi kita, untuk saling respek. Beberapa orang mengembangkan keahlian sampai tingkat tinggi, sering disebut, sebagai pakar. Tentu saja, kita menghargai pakar di bidangnya lebih tinggi dari orang awam yang bukan pakar untuk bidang tersebut.

Kita sudah membahas di bagian sebelumnya bahwa pakar bisa tersebar ke berbagai bidang. Secara ringkas, setiap manusia berhak untuk menjadi pakar di bidang pilihannya. Pakar bisa saja ditentukan oleh tingkat pendidikan, oleh pengalaman, oleh keahlian, oleh karya nyata, dan lain sebagainya. Dengan demikian, kita perlu respek kepada setiap orang karena setiap orang adalah pakar. Atau, setiap orang berpotensi menjadi pakar.

Di sisi lain, pakar tampak menjadi paradoks bagi demokrasi. Karena demokrasi memandang setiap orang adalah sama, yaitu, satu orang satu suara. Sementara itu, sistem pakar memandang setiap orang adalah sebagai pakar yang unik. Kita akan mencoba mencari titik temu paradoks pakar demokrasi ini.

3.2 Paradoks Interpretasi

Para pakar umumnya sepakat dalam banyak hal. Tetapi, dalam hal-hal tertentu yang fundamental, para pakar bisa berbeda interpretasi. Akibatnya, orang awam di bidang tersebut, juga ikut beragam interpretasi. Kadang, di antara beragam interpretasi bisa saling melengkapi. Pada situasi lain, perbedaan interpretasi berujung paradoks atau kontradiksi.

Paradoks interpretasi pasti terjadi karena, pada dasarnya, interpretasi adalah bebas. Masing-masing orang bebas memaknai segala sesuatu. Bahkan, masing-masing orang bebas memilih obyek tertentu saja, dan bukan obyek lain, yang akan dimaknai. Akibatnya, terdapat beragam makna. Terdapat beragam interpretasi.

Keragaman interpretasi menuntut kita bersikap bijak, misalnya, saling respek. Memaksa agar semua pihak membuat interpretasi yang seragam adalah tugas mustahil. Karena manusia bukan robot. Manusia bukan AI. Dan, manusia bukan ChatGPT. Manusia bukan produk standar.

Penyebab paradoks interpretasi adalah sebagai berikut. Saya sudah sering membahas di beberapa tempat. Di sini, kita bahas ringkas saja.

Pertama, meta-teori. Ada dua jenis paradok meta-teori: fondasi dan konsekuensi. Setiap teori membutuhkan fondasi. Di mana, fondasi itu butuh fondasi lagi tanpa henti. Atau, kita bisa berhenti kepada suatu fondasi tanpa fondasi. Fondasi akhir ini, tanpa perlu fondasi lagi, bisa saja berupa aksioma, dewa, Tuhan, keyakinan, tradisi, kitab suci, atau lainnya. Paradoks terjadi karena masing-masing orang bisa berbeda dalam memilih fondasi akhir.

Paradoks konsekuensi terjadi ketika suatu teori akan menghasilkan konsekuensi. Selanjutnya, konsekuensi itu akan menghasilkan koksekuensi lagi. Sampai pada akhirnya, ada konsekuensi paradoks yaitu G dan (-G). Tidak ada aturan bagaimana kita bisa menentukan yang benar apakah G atau negasi G, yaitu, (-G).

Kedua, paradoks meta-perspektif. Terdapat dua paradoks meta-perspektif: beda perspektif dan ganti perspektif. Beda perspektif pasti terjadi karena tidak ada subyek yang sama persis dalam posisi dan waktu. Sehingga, setiap perspektif pasti tidak lengkap. Dan, setiap orang selalu menerapkan perspektif. Tidak ada pandangan tanpa perspektif. Dua perspektif berbeda bisa saja digabungkan saling melengkapi. Tetapi, penggabungan itu sendiri membutuhkan perspektif baru. Jadi, selalu ada paradoks beda perspektif.

Sementara, paradoks ganti perspektif terjadi karena pihak tertentu mengganti total perspektif atau obyek kajian. Mengapa kita mengkaji dari perspektif politik? Gunakan perspektif agama maka beres. Atau, gunakan perspektif ilmiah dan lain-lain. Ganti perspektif bisa terjadi dengan cara mengganti obyeknya. Kita tidak perlu mengkaji masalah edukasi, misalnya. Kita hanya perlu mengkaji masalah ekonomi. Akhirnya, selalu ada paradoks interpretasi.

Ketiga, secara spontan, beberapa orang bisa memunculkan interpretasi yang saling bertentangan sehingga paradoks. Maksudnya, tanpa mempertimbangkan meta-teori dan meta-perspektif, seseorang bisa memunculkan paradoks begitu saja. Tentu saja, seorang pakar akan terbuka terhadap keragaman teori dan perspektif. Sehingga, paradoks yang terjadi di antara para pakar adalah paradoks yang sudah dikaji dengan baik.

Dengan mempertimbangkan tiga faktor penyebab paradoks di atas, maka, kita perlu menerima paradoks dengan bijak. Kabar baiknya, kita bisa mengurai seluruh teori dan perspektif yang menyebabkan paradoks. Dengan pemahaman yang luas ini, kita berharap akan menemukan solusi terbaik diwarnai sikap saling respek.

Perkembangan AI, artificial intelligence, yang makin canggih memudahkan kita mengurai setiap teori dan perspektif. Lebih dari itu, AI mampu berpikir dengan lebih cepat. Sehingga, kita bisa membuat simulasi bila diperlukan. Kita akan membahas demokrasi dengan memanfaat bantuan AI di bagian berikutnya. Bagaimana pun AI adalah teknologi. AI bukan pengganti manusia. AI membantu manusia.

3.3 Sistem AI

AI, artificial intelligence, makin berkembang lebih cerdas. AI mulai mampu “berpikir” layaknya manusia. Dengan banyak berlatih dan penyempurnaan, AI mampu meraih kualitas seorang pakar. Sebut saja, AI seperti itu sebagai sistem-pakar (SP).

SP ini belajar dari semua data yang ada di internet, data digital rahasia, dan dari para pakar (manusia). Seperti seorang pakar, SP juga mengusai kepakaran secara spesifik. Ada SP bidang seni, SP bidang bisnis, SP bidang hukum, SP bidang politik, dan lain-lain. Menariknya, di antara para SP itu sendiri bisa terjadi paradoks interpretasi. Karena itu, para SP bisa membentuk asosiasi, kita sebut sebagai asosiasi pakar, yang melakukan dialog antara SP.

Asosiasi pakar ini menjadi harapan untuk menjadi hakim terakhir terhadap beragam paradoks.

(a) Mengurai teori dan perspektif. Dalam demokrasi, berbeda pendapat adalah wajar. Situasi tertentu mengantar kita pada paradoks. Tentu saja, voting dengan suara terbanyak bisa menjadi solusi. Sebelum voting, kadang kita perlu memahami dulu apakah paradoks bisa diselesaikan dengan konsensus. Jika dengan pemahaman yang lebih mendalam, akhirnya, tercapai konsensus maka hal tersebut baik bagi demokrasi. Jika dengan pemahaman yang mendalam tetap ada paradoks, maka, voting adalah solusi yang wajar.

Kita bisa menugaskan AI untuk menguraikan seluruh teori dan perspektif yang mendasari suatu paradoks. AI menampilkan beragam data yang tersedia. Kita bisa challenge AI untuk membuat simulasi. Kita meminta AI untuk mengurai beragam asumsi yang mungkin masih tersembunyi. Setelah itu, kita bisa melanjutkan untuk mencapai konsensus atau voting.

(b) Jaminan moral manusia. Kita perlu tetap ingat bahwa tanggung jawab akhir ada pada manusia. AI hanya membantu kita dengan data dan analisisnya. Barangkali, lengkap dengan rekomendasi akhir. Kemudian, kita, sebagai manusia, yang mengambil keputusan dan bertanggung jawab secara moral.

Alternatifnya, kita bisa memberi sejumlah opsi kepada AI, di mana, masing-masing opsi sudah dipastikan bernilai moral yang baik oleh manusia. AI membanding-bandingkan sejumlah opsi tersebut dari beragam teori dan perspektif, kemudian, memberikan penilaian dan rekomendasi akhir.

(c) Hakim ringan dan terakhir. Kita bisa memberi tugas kepada AI sebagai hakim ringan dan hakim terakhir, hakim terberat. Sebagai hakim ringan, kita sudah sering menerapkan misal untuk VAR. Untuk menentukan apakah bola sudah keluar lapangan atau belum, kita bisa memanfaatkan AI sebagai VAR. Tugas ini ringan, karena hasil akhir apa pun adalah “sekedar” permainan olah raga. Dan, tugas ini harus dilakukan. Baik dengan AI atau tanpa AI, hakim harus memutuskannya. Hakim ringan ini barangkali bisa diperluas untuk bidang-bidang lain, misal, menentukan apakah sebuah kendaraan melanggar aturan lalu lintas atau tidak.

Hakim terakhir adalah tugas AI yang sangat berat. Umat manusia sudah diskusi panjang lebar. Dan, akhirnya, masih tersedia dua pilihan penting antara P atau Q. Harus dipilih salah satunya saja. Mengapa tidak voting saja? Tentu, voting bisa dilakukan dengan mudah. Suara terbanyak adalah pemenangnya. Perlu kita catat di sini, pilihan P dan Q adalah sama-sama baik secara moral meski berbeda dalam beberapa aspek.

Tetapi, dalam kasus ini, masyarakat sadar bahwa hasil voting bisa bias terhadap kepentingan tertentu. Asumsikan, pendukung P tahu bahwa bila voting maka akan menang P. Demikian juga, pendukung Q tahu bahwa mereka mungkin akan kalah dalam voting. Lebih dari itu, pendukung P khawatir bahwa, barangkali, dirinya mendukung P karena ada bias kepentingan. Bisa jadi, sejatinya, Q lebih baik untuk kebaikan bersama.

AI mendapat tugas berat menjadi hakim terakhir untuk memilih P dan Q. Semua data yang diperlukan sudah disediakan dan dianalisis lanjut oleh AI. Jika AI memutuskan P sebagai pemenang maka hal tesebut sesuai dugaan awal dan memperkuat dugaan awal. Tetapi, jika AI memutuskan Q sebagai pemenang maka hal tersebut diterima dan dimanfaatkan sebagai umpan balik bagi masyarakat untuk refleksi beberapa bias kepentingan yang tidak disadari. Karena P mau pun Q sudah dipertanggungjawabkan secara moral, maka, apa pun keputusan AI bisa diterima dengan lapang dada.

Tampaknya, sampai pembahasan kita di sini, tidak ada masalah berat bagi demokrasi. Dengan bantuan AI, semua masalah demokrasi bisa diatasi. Benarkah begitu? Tidak benar. Masalah demokrasi, dan politik, tetap rumit sampai kapan pun. Pembahasan kita di atas tampak mudah karena diasumsikan setiap orang berniat baik. Pada dasarnya, setiap orang memang memiliki karakter baik. Dengan demikian, setiap orang bisa menjadi pakar demokrasi dibantu dengan AI. Hanya saja, pada situasi tertentu, kadang, orang berbuat salah baik sengaja atau tidak. Bahkan, kadang, orang memang berniat jahat dengan menunggangi demokrasi mau pun politik. Jadi, pembahasan kita masih cukup panjang untuk dilanjutkan ke tema politik.

4. Politik

Politik adalah cara merebut kekuasaan. Cara tersebut bisa melalui cara demokratis, kudeta, kekerasan, tipuan, atau lainnya. Kita bisa menambahkan bahwa politik adalah cara memanfaatkan kekuasaan untuk kebaikan bersama. Meski, kita bisa menambahkan terus aspek positif dari politik, tetap saja, kesan negatif dari politik terlanjur melekat dengan kuat. Bagian ini akan membahas politik terutama dari aspek positif dan disandingkan dengan demokrasi.

4.1 Komunikasi Interpersonal

Secara politis, keahlian komunikasi interpresonal adalah paling utama. Yaitu kemampuan kita berkomunikasi ke orang lain secara personal. Dengan kemampuan komunikasi, kita bisa meminta orang lain untuk mendukung sikap politik kita.

Berikut ini beberapa tips komunikasi interpersonal yang bisa Anda manfaatkan untuk sukses politik. Asumsikan Anda dan teman Anda memiliki niat baik untuk memberi kebaikan politik. Sementara, jika salah satu Anda atau teman Anda memiliki niat jahat, maka, perlu tips komunikasi yang lain. Secara umum, tips berikut ini bermanfaat besar untuk Anda.

(a) Kuasai bahasa. Sudah jelas kemampuan berbahasa adalah penting. Lebih-lebih dalam dunia politik, peran bahasa menjadi sangat penting. Kita perlu memahami bahasa lokal, bahasa Indonesia dan bahasa daerah tertentu, ditambah bahasa internasional. Saat ini, bahasa Inggris dipandang sebagai bahasa internasional. Karena Indonesia mayoritas penduduk beragama Islam, maka, bahasa Arab menjadi nilai tambah khusus. Untuk wilayah Asia, bahasa Mandarin dan Jepang patut dipertimbangkan.

Kita diuntungkan, saat ini, tersedia penerjemah online yang mudah sederhana. Bagaimana pun, menguasai bahasa secara langsung akan meraih lebih banyak untung. Barangkali, politikus tertentu justru mengembangkan bahasa isyarat.

(b) Denotasi dan konotasi. Memahami bahasa secara formal sesuai makna denotasi adalah cukup mudah. Bila ada salah paham, maka, kita bisa klarifikasi untuk koreksi. Tetapi, makna bahasa justru sering dipahami sebagai konotasi. Bukan hanya yang tersurat, lebih penting yang tersirat.

“Apa yang Anda inginkan?”

Pertanyaan di atas bila ditanyakan secara datar, denotasi, adalah pertanyaan wajar. Bila diiringi nada tegas, maka, berubah menjadi semacam ancaman. Bila dengan nada lembut, maka, menjadi sebuah tawaran manis. Jadi, kita perlu memperhatikan makna konotasi dengan teliti. Baik ketika kita berbicara, maupun, ketika mendengarkan.

(c) Konteks. Sejatinya, semua bahasa hanya bisa dipahami sesuai konteks. Sesuai aturan main atau language game. Contoh di atas “Apa yang Anda inginkan?” akan menjadi jelas bila ada konteks. Dalam percakapan langsung, tatap muka, konteks lebih mudah dipahami. Sementara, dalam percakapan tertulis, misal chatting, konteks bisa menjadi kabur sewaktu-waktu.

Kita perlu memastikan bahwa kita memahami konteks yang tepat, baik, ketika berbicara atau mendengarkan. Lebih serius lagi, bila potongan suatu pernyataan ditempatkan pada konteks berbeda, bisa memberi makna berkebalikan. Kasus pencemaran nama baik, dan penistaan agama, sering terjadi dalam situasi seperti ini. Kita perlu hati-hati.

(d) Latar. Melangkah lebih jauh, latar atau background menentukan makna dari suatu bahasa. Latar yang tepat akan menyampaikan pesan Anda dengan cepat. Latar yang tidak tepat, tampaknya, sulit sekali untuk dikompensasi.

Kesepakatan politik sering terjadi di lapangan tenis yang santai. Kemudian, dibuat formalitas di kantor. Lapangan tenis menjadi latar yang tepat untuk menyampaikan usulan kerja sama yang menjanjikan keuntungan besar. Kadang kesepakatan dibuat dengan latar hiburan malam, yang, memperjelas makna kesepakatan bersangkutan.

Jika Anda seorang laki-laki yang ingin melamar pujaan hati, maka, bisa Anda coba dengan latar yang tepat. Ajak pujaan hati ke tanah suci. Lalu, sampaikan lamaran suci itu di tanah suci. Lamaran Anda menjadi mudah dipahami dengan latar tanah suci.

(e) Interpretasi. Pada akhirnya, semua bahasa ditentukan oleh interpretasi. Semua pembahasan kita, di atas, adalah bertujuan untuk mengantarkan interpretasi agar sesuai. Tetapi, kita tahu, selalu bisa terjadi paradoks interpretasi. Orang selalu bisa untuk salah paham. Termasuk, diri kita selalu bisa salah paham terhadap orang lain. Interpretasi adalah bebas.

Solusi yang bisa kita lakukan adalah dengan mencermati feedback. Lakukan klarifikasi, bila memungkinkan, untuk menjamin interpretasi sudah sesuai. Klarifikasi ini bisa dua arah, yaitu, ketika berbicara atau mendengarkan. Ketika bicara, Anda bisa menanyakan, “Apakah Anda sudah memahami maksud saya?” Ketika Anda mendengarkan, Anda bisa bertanya, “Apakah maksudnya begini?”

(f) Pahami mereka. Masalah prioritas ini penting. Secara umum, berusahalah untuk memahami mereka lebih dulu. Hal ini akan memudahkan Anda dalam komunikasi. Sekaligus tugas ini, berusaha memahami mereka, adalah tugas paling berat.

Untuk bisa memahami mereka, kita perlu mendengarkan mereka dengan baik, mendengarkan dengan konsentrasi, simpati, dan empati. Proses mendengarkan ini menuntut kesabaran kita. Karena, kadang, kita merasa sudah punya solusi tanpa harus mendengarkan mereka. Yang diperlukan hanya mereka harus mendengarkan Anda. Bila hal ini terjadi, maka, telah terjadi gagal komunikasi.

Jadi, kita memang harus sabar untuk memahami mereka. Kita memahami tujuan mereka, kekhawatiran mereka, dan harapan mereka. Dengan pemahaman yang baik, sudah diklarifikasi, kita melanjutkan komunikasi untuk membuat mereka agar paham maksud kita.

(g) Pahamkan mereka. Memastikan mereka memahami kita adalah tugas yang lebih ringan bila tahap awal sudah dikerjakan dengan baik, yaitu, berusaha memahami mereka. Ketika mereka tahu bahwa Anda sudah memahami mereka, maka, mereka akan terbuka terhadap ide-ide Anda. Akhirnya, mereka memahami Anda. Pada situasi saling memahami ini, kita bisa melangkah untuk membuat keputusan demi kebaikan bersama.

Urutan di atas sulit untuk dibalik. Menuntut orang lain, mereka, untuk memahami Anda dulu adalah sulit. Karena, mereka bisa mengajukan tuntutan yang sama. Mereka menuntut Anda untuk memahami mereka lebih dulu. Bisa terjadi jalan buntu dalam komunikasi seperti itu. Tentu, situasi bisa saja, mereka mempersilakan Anda untuk menyampaikan ide lebih awal agar mereka bisa memahami Anda. Kemudian, Anda mempersilakan mereka menyampaikan ide-idenya agar Anda memahami mereka. Situasi terakhir ini baik-baik saja.

(h) Konsensus. Langkah terakhir adalah membuat komitmen bersama, misal, berupa konsensus. Kesepakatan ini perlu menjamin kebaikan bersama. Mereka memperoleh kebaikan dan kita juga memperoleh kebaikan.

(i) Minta pengorbanan. Dalam situasi tertentu, kebaikan bersama atau keuntungan bersama tidak bisa diraih. Satu pihak tertentu, Anda atau mereka, kadang harus berkorban demi kebaikan yang lain. Pengorbanan ini, dalam batas-batas tertentu, dengan saling pengertian, adalah baik-baik saja. Pada satu kesempatan, Anda berkorban untuk mereka. Pada kesempatan lain, mereka berkorban untuk Anda. Kerja sama saling menolong bisa diterima oleh banyak pihak.

(j) Dissensus. Terbuka peluang untuk tidak ada kesepakatan. Atau, sepakat untuk tidak sepakat. Pada situasi saling independent, mungkin saja, terjadi dissensus. Gubernur Jabar, misal, tidak sepakat dengan gubernur Jatim. Terjadi dissensus. Mereka saling respek ke pihak lain. Karena Jabar dan Jatim saling independent, maka, mereka bisa dissensus.

(k) Giliran. Kadang tidak mungkin terjadi dissensus dan, di saat yang sama, tidak ada konsensus. Siapa yang harus jadi dirut perusahaan ini? Harus ada satu orang sebagai dirut. Barangkali, solusi giliran bisa menjadi pilihan. Bisa saja, 2 tahun pertama Pak Adi jadi dirut dan 2 tahun berikutnya giliran Pak Budi yang menjadi dirut. Dengan sikap saling memahami, beberapa solusi alternatif bisa kita kembangkan.

Dengan 11 tips, di atas, Anda selalu bisa mempengaruhi orang lain. Beberapa orang akan mudah Anda pengaruhi untuk mengikuti arahan Anda. Beberapa orang, yang lain, akan lebih susah dipengaruhi. Tetapi, jika kedua pihak, Anda dan mereka, sama-sama tulus, maka, selalu ada jalan keluar dengan tips di atas. Bila salah satu pihak ada yang curang, misal sengaja berniat menipu, maka akan terjadi kejanggalan di beberapa proses. Menjadi tulus memang tidak selalu mudah. Di sisi lain, menjadi curang, sama saja, tidak mudah. Hanya saja, beragam rintangan yang Anda hadapi ketika memperjuangkan cita-cita yang tulus, justru, menambah makna semua perjalanan.

4.2 Komunikasi Massa Digital

Era digital membuka kesempatan komunikasi massa yang cepat dan efisien. Sehingga, pihak-pihak yang menguasai media digital berpotensi besar memenangkan kompetisi politik.

(a) Komunikasi viral. Saya pernah membuat konten video durasi 2 menit yang viral. Hanya dalam waktu semalam, video sudah ditonton hampir 1 juta views. Sistem digital mampu menjadikan konten viral dengan super cepat. Teknologi masa lalu akan membutuhkan waktu berminggu-minggu untuk bisa 1 juta tayangan. Lebih dari itu, kita membutuhkan biaya mahal untuk melakukannya. Sementara, saya tidak perlu modal uang sepeser pun untuk membuat viral. Bahkan, saya mendapat dolar karena video viral ada muatan iklan.

Komunikasi viral adalah kesempatan untuk menyampaikan pesan Anda dengan cepat. Sayangnya, konten viral, umumnya, adalah konten ringan, guyon, receh, atau bahkan negatif. Contoh konten video viral saya, di atas, memang positif yaitu tentang sains dan probabilitas. Tetapi, saya sendiri sulit untuk mengulangi konten viral tersebut. Meski sulit untuk viral, kita tetap bisa melakukannya.

Kita perlu melakukan riset yang efektif untuk menciptakan komunikasi viral dengan konten positif. Hanya melarang pihak lain membuat konten negatif adalah kurang tepat. Kita perlu menyediakan alternatif berupa konten positif yang membuka wawasan masyarakat, menginspirasi berbuat kebaikan, dan mendorong untuk meraih cita-cita luhur.

(b) Framing terhadap framing. Teknologi adalah framing. Media digital adalah framing. Pencitraan. Media digital membingkai suatu informasi agar muncul citra tertentu sesuai harapan. Memang demikianlah adanya.

Masalah bukan ada pada framing itu sendiri. Masalah justru pada tujuan framing dan realitas framing. Tujuan framing adalah menciptakan informasi agar bernilai kebaikan dengan proses yang bernilai kebaikan juga. Sehingga, kebaikan menjadi realitas yang ada. Kebaikan menjadi berlimpah dalam ukuran yang tepat.

Jadi, tugas kita adalah membuat framing, atau pencitraan, demi kebaikan dengan proses yang berupa kebaikan itu sendiri. Untuk itu, kita perlu mengembangkan strategi, taktik, sumber daya, dan teknologi yang tepat.

(c) Kompensasi informasi terbuka. Problem muncul akibat dari ulah manusia sendiri bukan dari teknologi. Manusia cenderung lebih suka konten negatif dari konten positif. Konsekuensinya, konten viral akan lebih mudah bagi konten negatif dari konten positif.

Saya terpikirkan agar masyarakat membuat aturan kompensasi keterbukaan informasi bagi konten viral. Setiap kreator wajib membuat konten tandingan yang merupakan konten kontra terhadap konten viral karyanya. Konten menjadi viral karena konten tersebut mengeksploitasi satu perspektif tertentu yang sempit. Umumnya, memang begitu. Sebaliknya, konten dengan perspektif luas sulit menjadi viral. Setelah viral, misal dalam 1 sampai 3 hari kemudian, kreator bertanggung jawab membuat konten tandingan dengan perspektif yang kontra.

Sejatinya, kode etik jurnalistik sudah mengatur agar liputan berimbang dari perspektif pro dan kontra. Tetapi, konten kreator bukanlah seorang jurnalis. Bahkan, mungkin saja, kreator itu tidak sengaja konten menjadi viral. Karena itu, kreator bisa membuat kompensasi. Dengan demikian, masyarakat bisa menikmati konten viral, untuk kemudian, melengkapi dengan perspektif yang lebih luas dari kreator yang sama. Saya kira ide konten kompensasi ini bisa dikembangkan dengan kajian lebih lanjut.

4.3 Struktur Kekuasaan

Pada akhirnya, semua kekuatan politik bermuara kepada struktur kekuasaan formal dan non-formal. Struktur kekuasaan dan relasi kuasa menjadi sangat menentukan apakah keadilan akan tegak atau terseok-seok.

Melihat begitu pentingnya struktur kekuasaan, maka, apakah setiap orang harus terjun ke dunia politik? Apakah semua orang yang baik harus berpolitik praktis? Atau, harus ada beberapa orang yang terbebas, menjaga jarak, dari politik?

(a) Politik perlu orang baik. Beberapa tahun lalu, saya membaca di media nasional, ajakan dari seorang tokoh politik agar orang-orang baik terjun masuk ke politik Indonesia. Politik kita, saat ini, banyak diwarnai korupsi sana-sini. Orang-orang baik perlu masuk politik agar kebaikan mewarnai politik. Sebaliknya, jika orang-orang baik tidak mau masuk politik, maka, politik akan tetap diisi beberapa orang jahat.

Apakah benar, orang-orang baik bisa mewarnai politik? Awalnya, saya setuju. Akhirnya, saya ragu-ragu. Tampaknya, masuk akal bahwa orang baik akan memberi warna kebaikan ke dunia politik. Beberapa tahun kemudian, terbukti, tidak ada perbaikan signifikan di dunia politik. Dugaan beredar, justru, orang-orang baik yang masuk politik ikut terjerat korupsi.

(b) Politik merusak orang baik. Sering terjadi. Orang-orang yang awalnya baik, justru, mengalami kesulitan di dunia politik. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Politik menyediakan sarana, bagi manusia, untuk mengungkapkan kebebasan itu. Maksudnya, politik bisa membuat aturan sesuatu, yang awalnya samar-samar menjadi jelas, dengan bebas. Misalnya, gunung emas yang ada di dasar laut tidak jelas milik siapa pada awalnya. Selanjutnya, politik bisa menetapkan bahwa gunung emas itu miliki negara, atau milik rakyat, atau miliki perusahaan tertentu. Semua bebas, terutama, berkenaan hal-hal yang samar-samar. Bahkan, sesuatu yang sudah jelas pun bisa diubah oleh politik. Di negara tertentu, masa jabatan presiden dibatasi dua periode. Dengan kekuatan politik, pembatasan masa jabatan presiden bisa dihapuskan. Sehingga, presiden bisa menjabat seumur hidupnya.

Karena menjadi rahasia umum bahwa banyak kejahatan di dunia politik, maka, orang-orang baik yang masuk politik beresiko terseret menjadi jahat. Lebih sulit lagi, perubahan dari orang baik menjadi orang jahat itu terjadi secara lembut. Sehingga, orang bersangkutan tidak sadar bahwa dirinya sudah menjadi jahat. Sementara, orang-orang disekitarnya, terus-menerus menyampaikan puja-puji setinggi langit selama dia duduk di kursi jabatan. Dia makin terlena dalam kejahatan dirinya. Semoga segera sadar dan tobat.

Saran terbaik: jangan berpolitik! Lalu, bagaimana nasib dunia politik?

(c) Jangan berpolitik. Sederhana. Jangan masuk politik praktis. Jika Anda bisa tidak berpolitik, maka, sebaiknya tetap tidak berpolitik. Jika Anda terlanjur masuk dunia politik, maka, Anda bertanggung jawab menjadikan dunia politik agar lebih baik. Tugas yang sangat berat. Tetapi, pahalanya juga sangat besar, baik di dunia mau pun akhirat.

Jika orang baik tidak masuk politik, bukankah politik menjadi dipenuhi oleh orang jahat? Bukankah itu berbahaya bagi kehidupan bersama?

(d) Politik ketua kelas. Ilustrasi terbaik untuk dunia politik adalah pemilihan ketua kelas. Ketua kelas, di SMA-SMP-SD, tidak mendapat gaji. Ketua kelas juga tidak mendapat fasilitas jabatan apa pun. Mereka bersedia menjadi ketua kelas dengan ikhlas. Beberapa, ikhlas karena terpaksa.

Jabatan politik, dan urusan politik secara umum, seharusnya adalah mirip ketua kelas. Semua orang menolak dipilih jadi ketua kelas. Semua orang menolak dipilih sebagai pejabat politik. Tetapi, harus ada ketua kelas. Terpaksa, di antara orang-orang baik, harus ada yang ikhlas menjadi pejabat politik. Orang baik tersebut adalah manusia yang sudah selesai dengan dirinya. Manusia selesai, manusia sempurna, adalah M(S).

(e) Manusia yang sudah selesai. M(S) adalah manusia yang selesai dengan kepentingannya sendiri. Dia tidak ingin kaya, tidak ingin kuasa, tidak ingin pujian, dan tidak ingin beragam fasilitas kenikmatan. M(S) hanya ingin menebarkan kebaikan melalui dunia politik.

Jika Anda seorang M(S), maka, barangkali ada baiknya Anda terjun ke politik. Jika Anda bukan M(S), sebaiknya, menjaga jarak dengan politik praktis. Bahkan, ketika Anda adalah M(S), akan lebih baik Anda menghindar dari dunia politik praktis. Masih ada M(S) lain. Ijinkan mereka terjun ke politik praktis.

Mari berandai-andai: jika seluruh politikus adalah orang suci, maka, apakah tidak ada lagi kejahatan politik? Jika seluruh politikus adalah M(S), manusia sempurna yang selesai dengan dirinya, maka apakah tidak ada lagi kejahatan politik? Tidak ada lagi masalah politik?

Benar, kejahatan politik bisa musnah. Tetapi, masalah politik masih tetap ada. Dosa politik masih ada. Dan, kesalahan politik masih ada di sana-sini.

Kesalahan politik tetap ada karena politikus yang bersih tetap bisa berbuat salah, sengaja atau tidak. Akibatnya, dosa politik tetap bisa menumpuk dan mengakibatkan masalah politik yang sulit. Tetapi, tidak ada kejahatan politik. Ketika, kesalahan politik mulai tampak jelas, maka, para politikus bersih itu sadar dan kemudian melakukan koreksi. Realitasnya, yang sering terjadi, ada beberapa politikus yang tidak bersih. Mereka mencari keuntungan pribadi melalui dunia politik. Secara totalitas, sebagai akibatnya, masalah politik akan tetap rumit sampai kapan pun.

Secara ringkas, urusan politik dan struktur kekuasaan sangat penting dalam realitas alam raya. Tetapi, sebaiknya, Anda jangan terlibat dengan politik praktis. Jika terpaksa terlibat dengan politik praktis, maka, pastikan diri Anda tetap sebagai M(S), yaitu, manusia yang selesai dengan dirinya.

Dilema Politik

Umat manusia akan selalu menghadapi dilema politik. Misal, Anda adalah manusia selesai M(S) yang sudah selesai dengan diri Anda sendiri dan ikhlas berkorban untuk rakyat. Di sisi lain, L adalah orang licik yang dicalonkan sebagai calon bupati. Jika L terpilih jadi bupati, maka, kelicikan L akan merugikan seluruh kabupaten. Apakah M(S) harus bersedia bersaing dalam pemilihan bupati melawan L yang licik?

Tidak bersedia. M(S) harus tidak bersedia dicalonkan sebagai calon bupati. Bukan berarti M(S) tega bahwa kabupaten akan dipimpin L yang licik. Tetapi, karena kita tidak punya argumen kuat untuk menuduh bahwa L licik. Jika L memang licik atau kriminal, seharusnya, L diadili untuk dipenjara. Atau, setidaknya panitia pemilihan calon bupati menolak L sebagai calon bupati jika memang dia licik. Jadi, sejauh itu, sejauh L bisa jadi calon bupati, kita tidak bisa membuktikan bahwa L adalah licik.

Asumsikan L memang terbukti licik di masa lalu. Apakah kita bisa memastikan bahwa L akan tetap licik bila kelak terpilih sebagai bupati? Tidak bisa. Tidak ada orang yang bisa memastikan masa depan L dengan cara adil. L tetap punya peluang untuk menjadi bupati yang baik dan berhasil mengantarkan seluruh kabupaten mencapai adil makmur di masa depan.

Jadi, politik akan selalu menghadapi dilema. Demokrasi selalu menghadapi dilema. Politik selalu mengetuk pintu hati umat manusia.

Dilema hanya bisa dihapus ketika semua orang bebal, cuek, dan tidak peduli terhadap keadilan. Khususnya, ketika para politikus dan pejabat sudah bebal, maka, tidak ada lagi dilema politik. Mereka bisa menggunakan proses demokrasi untuk menghasilkan suara terbanyak agar bisa melakukan apa saja yang mereka inginkan. Suara demokrasi bisa dimanipulasi dengan satu dan lain cara. Tidak ada dilema. Bukan karena memang tidak ada. Tetapi, karena mereka sudah bebal, mereka merasa tidak ada dilema. Apakah demokrasi seperti itu yang sedang melanda dunia?

Kembali ke tema struktur kekuasaan, saat ini, struktur kekuasaan demokratis dipandang sebagai struktur terbaik. Ditambah, bila pejabat-pejabat kekuasaan demokratis adalah orang-orang yang baik, maka, menjadi lebih baik lagi. Bagaimana pun, seperti kita bahas di atas, struktur kekuasaan bisa mengubah orang baik menjadi jahat. Sehingga, kita perlu untuk terus waspada kepada setiap struktur kekuasaan.

Jadi, bagaimana struktur kekuasaan terbaik? Tidak ada jawaban pasti untuk ini. Struktur perlu bersifat dinamis sesuai situasi. Salah satu struktur yang menarik untuk menjadi kajian adalah anarkis atau anarko atau minoritas atau minorisme. Mari kita gunakan istilah baru yaitu minori.

Minori adalah struktur kekuasaan yang bernilai minor, atau bernilai kecil. Setiap pejabat menyadari dirinya sebagai minor. Sehingga, pejabat tidak memiliki cukup kekuatan untuk korupsi. Lagi pula, pada awalnya, pejabat adalah manusia yang sudah selesai dengan dirinya. Ukuran negara minori juga kecil. Konsekuensinya, tidak tersedia sumber daya signifikan untuk dikorupsi. Luas negara minori berkisar antara satu kelurahan sampai satu kabupaten. Meski kecil, negara minori menjalin kerja sama dengan negara-negara sekitar sehingga terjalin kekuatan lebih besar. Bagaimana pun, kerja sama ini bersifat longgar: bilateral atau multilateral.

Struktur kekuasaan pada minori adalah ramping, kecil, horison, transparan, fleksibel, agile, dan efisien. Hanya dibutuhkan sedikit biaya untuk menjaga struktur kekuasaan. Karena fokus utama negara minori bukan mempertahankan struktur kekuasaan tetapi untuk memberikan kebaikan bersama.

5. Semesta Masa Depan

Menghadapi kompleksitas demokrasi serta politik, kita perlu bersikap cerdik dan bijak. Kita perlu berpikir dengan orientasi masa depan demi kebaikan bersama.

Dalam demokrasi, dan politik, kita perlu mempertimbangkan kajian unik berdasar situasi. Di saat yang sama, kita perlu menjunjung nilai-nilai universal kemanusiaan dan ketuhanan misal adil, bebas, baik, kesetaraan, kesejahteraan, edukasi, dan lain-lain. Lebih dari itu, semua pihak tidak akan bisa melakukan klaim demokrasi secara absolut. Klaim demokrasi hanya bisa sampai hampir-absolut. Sehingga, demokrasi perlu untuk terus berkembang memperbaiki diri tanpa henti.

Demokrasi yang adil menjadi harapan kita untuk membangun masa depan semesta yang cemerlang.

Catatan

Pintu 5 “Pakar Demokrasi” menjadikan pembahasan kita lengkap. Dari kajian personal, sosial, bahkan politik serta seluruh alam raya. Jadi, kita bisa mencukupkan pembahasan sampai Pintu 5 saja. Tetapi, masih ada yang tertinggal. Pada akhirnya, kita semua akan mati. Apa yang terjadi setelah kematian?

Kita akan membahasnya di Pintu 7 “Warisan Sejarah Cinta”. Sebelum itu, kita akan membahas tema penting dan amat padat di Pintu 6 “Urip Iku Urup.”