Awal abad 20, sains fisika membelah diri menjadi dua: fisika klasik dan fisika modern. Fisika quantum, atau quantum mechanics, adalah bagian dari fisika modern. Sementara, fisika klasik nyaris sudah mencapai puncak kesempurnaan dengan teori Newton. Di sisi lain, fisika modern justru terus-menerus berkembang pesat sampai saat ini.
Konsep kecerdasan manusia, awal abad 20, tampak juga sudah mencapai kesempurnaan dengan tersedianya instrumen pengukuran IQ yang standar. Akhir abad 20, rumusan kecerdasan emosi (EQ) berhasil mendobrak dominasi IQ. Sehingga, mengantar kita sampai kepada kajian kecerdasan quantum (QQ). Bagaimana pun, QQ membuka karakter baru dari kecerdasan manusia, yaitu, karakter kecerdasan yang terbuka. Karena itu, kita menghadapi tantangan dan peluang baru bersama QQ.
Tahun 2020, seluruh mata di penjuru dunia terbelalak oleh pandemi covid. Jutaan jiwa telah meninggal dunia dan jutaan orang lainnya menderita sakit parah. Umat manusia menjadi sadar betapa lemahnya kehidupan kita. Umat manusia penting untuk saling membantu di seluruh penjuru. Di sisi lain, akibat pandemi, kita juga menjadi sadar bahwa teknologi digital benar-benar dibutuhkan oleh umat manusia. Ketika proses tatap muka tidak bisa dilaksanakan, maka, media digital menjadi solusi. Tahun 2023, pandemi usai, umat manusia sadar lagi bahwa sepenuhnya digital juga tidak bisa dijalankan. Banyak teknologi digital, dan bisnis digital, yang berguguran pasca pandemi.
Tiga fenomena di atas – sains quantum, kecerdasan quantum, dan teknologi digital – mengajak kita untuk menjadi lebih dewasa. Kita perlu membahas kecerdasan quantum sampai tataran umat manusia menjadi dewasa, yaitu, kematangan dari beragam dimensi kecerdasan.
7.1 Dinamika Sains Quantum
Fenomena sains, termasuk quantum, menjadi sangat menarik karena bersifat terbuka terhadap pembaruan. Maksudnya, setiap saat, sains terbuka dengan inovasi-inovasi baru. Tidak ada teori sains yang mengklaim sebagai kebenaran mutlak yang abadi. Karakter terbuka dari sains ini mendorong sains untuk terus bergerak dinamis.
Kita akan membahas beberapa perkembangan sains quantum terpenting kali ini. Quantum entanglement (QE) tetap menjadi teka-teki sampai saat ini, barangkali, menjadi teka-teki abadi. Eksperimen celah ganda, saat ini, berkembang lebih canggih. Dan, perdebatan quantum dengan teori relativitas makin tegas, tetapi, belum ada solusi tuntas.
Quantum Entanglement
QE membingungkan semua ilmuwan lantaran seakan-akan elektron bisa berkomunikasi dengan kecepatan melebihi cahaya. Bahkan, kecepatan komunikasi tersebut adalah spontan, tidak perlu jeda waktu, tak terhingga cepatnya. Kita sudah membahas sebelumnya, salah satu interpretasi dari QE adalah superdeterminisme. Seluruh kehidupan alam raya, termasuk perilaku elektron quantum, sudah ada yang menentukan, yaitu, superdeterminisme. Bagi umat beragama, insterpretasi superdeterminisme ini menguatkan keyakinan akan peran penting Tuhan Yang Maha Kuasa.
Saya melihat fenomena QE memang menarik. Obyek materi kajian sains, misal elektron, bisa berperilaku seperti obyek abstrak teori matematika. Semacam ada ekstensi realitas seperti “forcing” dari Cohen.
“Quantum entanglement is the phenomenon that occurs when a group of particles are generated, interact, or share spatial proximity in a way such that the quantum state of each particle of the group cannot be described independently of the state of the others, including when the particles are separated by a large distance.” (Wikipedia).
Mari kita coba cemati problem dari QE.
(1) Dua partikel yang terikat QE, sebut saja elektron M dan elektron V, bisa dipandang sebagai satu kesatuan. Misal jika elektron M adalah spin A, maka, elektron V pasti spin B.
(2) Meski terpisah jarak yang jauh, ikatan QE tetap berlaku. Misal elektron M dibawa ke Mars dan elektron V dibawa ke Venus.
(3) Ketika dipisahkan di Bumi, sebelum dibawa ke Mars dan Venus, kita tidak bisa memastikan spin dari elektron M dan V. Spin elektron M adalah superposisi dari A dan B (spin atas dan spin bawah). Atau, 50% A dan 50% B. Demikian juga elektron V.
(4) Saat M sampai di Mars, dan V sampai di Venus, dilakukan pengamatan serentak. Hasil pengamatan dicatat. Jika M adalah spin A maka V adalah spin B. Sebaliknya juga sah. Jika M adalah spin B maka V adalah spin A. Seakan-akan terjadi komunikasi dengan jeda waktu sesaat, atau serentak, atau kecepatan tak hingga.
(5) Seakan-akan terjadi komunikasi dengan kecepatan lebih besar dari kecepatan cahaya. Jika benar maka melanggar postulat relativitas.
Jadi problem utama dari QE adalah “seakan-akan ada kecepatan lebih cepat dari cahaya.”
Memang, apa masalahnya jika ada yang melebihi kecepatan cahaya?
Masalahnya adalah tidak pernah ada kecepatan yang melebihi cahaya secara fisika empiris. Postulat relativitas, yang menyatakan bahwa kecepatan maksimal adalah cahaya di ruang hampa yaitu c, teruji benar secara empiris dan konsisten secara logis. Karena ada batas kecepatan maksimal ini, maka, seluruh proses sains fisika memerlukan waktu. Tidak ada proses spontan, tidak ada proses dengan waktu nol, tidak ada proses dengan kecepatan melebihi cahaya. Tidak ada proses mengerikan dari jarak jauh.
Sampai saat ini, hampir semua ilmuwan meyakini bahwa QE tidak melebihi kecepatan cahaya. Sehingga, kita perlu membuat interpretasi yang masuk akal terhadap fenomena QE. Perlu kita tekankan kembali, di sini, bahwa para ilmuwan sepakat dengan fenomena QE. Hanya saja, mereka berbeda dalam interpretasi terhadap QE. Berikutnya, kita membahas beberapa interpretasi.
Interpretasi Copenhagen adalah paling banyak diterima oleh ilmuwan. Mereka menginterpretasikan bahwa quantum memang misteri, hanya bisa didekati secara probabilistik statistik. Sehingga, QE adalah fenomena dengan probabilitas meyakinkan. Kita perlu menerima QE apa adanya. Dan, pengetahuan kita memang sebatas probabilistik.
Interpretasi hidden variable (HV) menyatakan bahwa masih ada sesuatu yang tersembunyi dari teori quantum. Jika HV ditemukan, maka, quantum bersifat pasti dan tidak lagi probabilistik. Dengan demikian, fenomena QE juga terselesaikan dengan pasti. Tetapi, sampai saat ini, tidak ada yang berhasil menemukan HV yang dimaksud.
Interpretasi superdeterminisme menyatakan bahwa ada kekuatan super yang sudah menentukan segala sesuatu. Sebelum sampai ke sana, Bell berhasil membuktikan bahwa HV lokal tidak eksis secara matematis. Sehingga, sederhananya, interpretasi HV bisa ditolak. Alternatifnya adala superdeterminisme. Manusia mengira bisa bebas memilih penelitian elektron dan beragam instrumentasi. Tetapi, menurut superdeterminisme, sudah ada yang mengatur itu semua. Demikian juga tentang QE, yaitu, sudah ada yang mengatur itu semua. Hanya saja, manusia masih bingung untuk memahaminya.
Kita masih bisa melanjutkan dengan beragam interpretasi semisal kolaps spontan, multiverse, gelombang pilot, relasional, dan lain-lain. Tetapi, sampai di sini, cukup bagi kita untuk memahami bahwa sains fisika menempatkan interpretasi sebagai konsep yang penting. Sains tidak hanya mengkaji fakta demi fakta. Sains juga mengkaji makna dari fakta melalui beragam interpretasi.
Berikut beberapa pelajaran yang bisa kita renungkan dari fenomena QE.
(1) Fakta bisa sama yaitu QE. Tetapi, interpretasi bisa beragam. Dalam kehidupan nyata, kita sering menghadapi fakta yang sama tetapi memberi makna yang berbeda. Orang yang penuh syukur akan memaknai semua kejadian sebagai anugerah. Sehingga, dengan syukur, kita makin hidup bahagia. Orang kreatif memaknai segala kejadian sebagai sumber ide. Orang sabar memaknai fakta yang sama sebagai penguat komitmen.
(2) Keragaman yang dinamis. Interpretasi terhadap QE selalu beragam dan terus berkembang makna-makna baru. Dalam kehidupan, kita selalu menghadapi keragaman interpretasi. Karena itu, kita perlu bersikap terbuka dan siap bergerak dinamis untuk lebih maju.
(3) Mendekati absolut terbuka. Fenomena QE membuka ruang absolut: seakan-akan ada kecepatan tak hingga yang mendekati absolut, lebih cepat dari seluruh kecepatan yang ada, termasuk lebih cepat dari cahaya. Menariknya, tidak ada seorang ilmuwan pun yang mengklaim interpretasi QE mereka sebagai interpretasi absolut. Paling hebat, mereka hanya bisa klaim sebagai hampir-absolut. Dampak susulannya, mereka, dan kita, perlu bersikap terbuka terhadap interpretasi QE lain yang mungkin berbeda tetapi juga hampir-absolut.
Mari kita coba renungkan pelajaran terakhir, di atas, dengan menyandingkan konsep “forcing” dari Cohen dalam teori matematika.
Dari teori quantum kita bisa membuat model M. Seluruh fenomena quantum bisa kita jelaskan, secara konsisten, dengan model M. Kemudian, dari M, kita bisa menyusun beragam formula relasi R. Tentu, semua relasi R berlaku konsisten dalam M. Lebih lanjut, dari R, kita bisa merumuskan implikasi I. Tetapi, implikasi I ini tidak dikenali oleh M. Dengan kata lain, M tidak bisa memastikan apakah I konsisten atau tidak terhadap M. Langkah terakhir, kita bisa membuat ekstensi M(I) yang konsisten terhadap M, dan pada gilirannya, konsisten terhadap teori quantum.
M: Model dari teori quantum
R: Quantum entanglement QE
I: interpretasi dari QE
M(I): Model ekstensi teori quantum
Yang menarik, M(I) adalah model ekstensi yang bisa terus berkembang sampai hampir-absolut. Lebih dari itu, kita bisa mengembangkan R lebih beragam. Sehingga, interpretasi juga makin beragam. Dengan kata lain, kita bisa menyusun M(J), M(K), M(L), dan lain-lain dalam jumlah yang banyak dan masing-masing hampir-absolut.
Menurut saya, ini adalah pelajaran terbaik dari quantum: berpikir absolut terbuka. Yaitu, kita bersikap terbuka dengan merangkul beragam pemikiran yang berbeda-beda. Mereka sama-sama hampir-absolut. Sehingga, sikap saling hormat adalah paling tepat.
Mengintip Jalur Quantum
Dualisme partikel dan gelombang sudah sangat terkenal sejak awal perkembangan teori quantum. Elektron, misalnya, bisa berperilaku sebagai partikel dan, pada kesempatan lain, berperilaku sebagai gelombang. Padahal, secara fisika, partikel dan gelombang adalah dua entitas yang berbeda. Jadi, apakah elektron itu berupa partikel atau gelombang? Tidak mungkin elektron itu berupa partikel dan, sekaligus, gelombang.
Eksperimen celah ganda menunjukkan hasil pengamatan yang lebih menarik lagi.
Sekelompok elektron ditembakkan ke celah ganda – celah A dan celah B. Setelah melewati celah ganda, dilakukan pengamatan terhadap elektron-elektron tersebut. Hasil pengamatan dicatat.
(1) Elektron berperilaku sebagai gelombang jika ditembakkan begitu saja seperti di atas.
(2) Elektron berperilaku sebagai partikel jika kita “mengamati” celah A atau celah B yang dilalui oleh elektron tertentu.
Dengan kata lain, elektron adalah gelombang jika tidak ada orang yang melihatnya. Tetapi, elektron menjadi partikel jika ada orang yang melihatnya.
Ilmuwan melakukan eksperimen yang lebih teliti. Elektron tidak ditembakkan secara berkelompok. Tetapi, elektron ditembakkan ke celah ganda satu demi satu. Dengan cara ini, elektron yang ditembakkan lebih awal tidak bisa melihat jalur celah yang dilalui oleh elektron setelahnya. Bagaimana hasilnya?
Hasilnya tetap konsisten. Jika tidak ada orang yang “mengamati” celah mana yang dilalui oleh elektron satu demi satu itu, maka, elektron adalah gelombang. Tetapi, jika ada yang mengamati, maka, elektron adalah partikel.
Pelajaran apa yang kita peroleh?
(1) Melihat dengan mata. Alam raya, termasuk elektron, akan berperilaku berbeda ketika dilihat oleh orang atau tidak. Demikian juga, kehidupan sehari-hari. Melihat matahari pagi bersinar menjadikan semangat ikut bersinar. Melihat bulan purnama terang-benderang menjadikan pikiran ikut cemerlang. Ketika matahari dan bulan tidak ada yang melihatnya, mereka berperilaku biasa-biasa saja. Bila ada yang melihatnya, matahari dan bulan menjadi luar biasa.
(2) Mata hati. Lebih dari mata biasa. Manusia melihat realita menggunakan mata hati juga. Anda melihat anak kecil membaca puisi. Mata hati Anda tersentuh. Begitu juga, mata hati anak kecil itu. Mata hati saling berkomunikasi melalui alunan puisi.
(3) Mata cinta. Mata hati bisa saja membawa bencana bila hatinya sedang terluka. Pastikan, Anda menatap realita dengan mata hati penuh cinta. Mata cinta menjadikan realita penuh pesona, menjadikan diri penuh makna, menjadikan realita sebagai anugerah yang nyata.
Gravitasi Quantum
Quantum terpisah jauh dari gravitasi. Fisika klasik mengira bahwa hukum sains yang berlaku pada elektron sama dengan hukum sains yang berlaku pada matahari. Ternyata berbeda. Elektron perlu penjelasan teori quantum. Sementara, matahari perlu penjelasan teori gravitasi atau relativitas. Anehnya, dua teori tersebut, quantum dan gravitasi, tidak bisa disatukan.
Teori quantum:
(1) Realitas adalah diskrit atau terpotong-potong. Misal ada 1 elektron, 2 elektron, 3 elektron, dan seterusnya. Realitas mirip dengan bilangan asli yang dimulai dari angka 1 kemudian bertambah. Tidak ada pecahan. Tidak ada irasional.
(2) Pengetahuan adalah probabilistik statistik. Pengetahuan kita hanya berupa estimasi dengan derajat keyakinan di bawah 100%.
(3) Kajian quantum fokus kepada realitas mikro semisal elektron, atom, quark, dan lain-lain.
Teori gravitasi atau teori relativitas:
(1) Realitas adalah kontinyu bersambung seperti selang. Misal ada selang 1 meter, 2 meter, 3 meter, dan lain-lain. Dalam selang 3 meter, kita bisa mengukur panjang 2,5 meter atau 2,54 meter, atau 2,543 meter. Realitas mirip dengan bilangan real. Ada bilangan pecahan bahkan bilangan irasional.
(2) Pengetahuan bersifat pasti. Misal, kecepatan gerak materi pasti, 100%, tidak akan melebihi kecepatan cahaya.
(3) Kajian relativitas fokus terhadap fenomena makro misal gerak matahari, tatasurya, galaksi, dan lain-lain.
Para ilmuwan mencoba menyatukan quantum dan relativitas. Sampai saat ini, belum ada yang berhasil dengan baik. Hasil penyatuan ini mendorong lahirnya teori-teori baru, di antaranya, teori String dan Quantum Loop Gravity.
Apa pelajaran yang kita peroleh dari quantum dan gravitasi?
(1) Kita membutuhkan dua sudut pandang. Manusia selalu membutuhkan lebih dari satu perspektif. Kita membutuhkan mata semut quantum dan mata elang gravitasi.
(2) Dua sudut pandang yang berbeda sulit disatukan. Tetapi, kita bisa berusaha menjadikan mereka selaras dan serasi. Bukan saling menolak, namun, saling melengkapi. Makin banyak sudut pandang, maka, kita makin perlu situasi yang serasi.
(3) Andai dua sudut pandang berhasil menjadi satu kesatuan yang serasi, berikutnya, akan muncul sudut pandang baru yang berbeda lagi. Kita perlu bersikap terbuka untuk saling melengkapi beragam inovasi ini.
7.2 Kecerdasan Quantum Terbuka
Suksesnya kecerdasan emosi (EQ) dalam kehidupan manusia, menyadarkan kita untuk mengkaji ulang IQ. Kita sadar bahwa IQ tidak tunggal, tidak hanya, berupa satu angka. IQ itu beragam atau multicerdas. Kecerdasan Quantum (QQ) meyakini IQ matematika, IQ bahasa, IQ seni, IQ olah raga, dan lebih banyak IQ lainnya lagi.
Di antara ragam kecerdasan, mereka, tidak saling bertentangan. Mereka saling melengkapi untuk menciptakan alunan kecerdasan yang serasi. Kita bisa memilih untuk fokus kepada dua atau tiga jenis IQ menjadi unggulan pribadi. Sementara, IQ jenis lain biarlah berkembang secara alami agar memadai. Barangkali, ada orang tertentu yang berbakat di seluruh jenis IQ. Secara umum, masing-masing orang memiliki keunggulan yang unik di bidang tertentu saja.
Kecerdasan Emosi (EQ)
EQ berbeda dengan IQ. Kita wajib mengembangkan EQ yang tinggi. Setinggi apa pun IQ seseorang, dia tetap memerlukan EQ. Apa pun jenis keragaman IQ seseorang, dia tetap memerlukan EQ.
(1) Simpati. Peduli. Peka. Kepekaan emosi. Kepekaan hati. Kita mengembangkan EQ, kecerdasan emosi, dengan cara mengembangkan kepekaan emosi, simpati. Kita peka dan peduli bunga mekar di pagi hari. Kita peka dan peduli hembusan lembut angin senja hari. Kita peka dan peduli dengan suara hati yang tersirat dari bait-bait puisi.
Kita peduli dengan emosi bahagia, yang ada dalam diri, ketika meraih prestasi. Karena itu, kita mengembangkan motivasi untuk meraih cita-cita tertinggi. Rencana hari demi hari kita susun agar makin dekat meraih prestasi. Kadang muncul rasa bosan adalah biasa. Rasa bosan adalah batu lompatan untuk terbang lebih tinggi. Motivasi yang kuat mampu mengalahkan segala rintangan yang ada. Akhirnya, Anda meraih prestasi.
Simpati, atau peduli, adalah realitas itu sendiri. Tanpa simpati, tanpa peduli, kita tidak mengenal dunia luar. Andai dunia luar adalah nyata, tetapi bila seseorang tidak peduli, maka dunia tetap tidak ada arti. Hanya simpati yang menjadikan semua penuh arti. Getaran emosi bisa musnah begitu saja bila seseorang tidak peduli. Sementara, orang yang cerdas emosi mampu mengenali getaran lembut emosi. Meski lembut, emosi itu penuh arti. Mereka adalah realitas sejati.
Manusia bukanlah robot. Mereka, manusia dan robot, bisa sama-sama cerdas. Tetapi, robot tidak punya simpati. Robot tidak bisa peduli. Ketika robot makin cerdas dilengkapi AI, misal chatGPT, mereka makin canggih. Banyak orang khawatir bahwa robot AI akan menggantikan pekerjaan manusia. Pengangguran makin banyak di mana-mana. Bagaimana pun, hanya pekerjaan tanpa simpati yang bisa ditangani robot AI. Sementara, manusia yang cerdas emosi tetap unggul karena peduli dengan simpati.
(2) Empati. Simpati berkembang lebih maju lagi menjadi empati. Kadang, kita bisa memandang sama antara empati dan simpati. Pada kesempatan lain, kita bisa membedakan antara empati dan simpati. Bagaimana pun, keduanya sama-sama penting untuk perkembangan kecerdasan emosi setiap manusia.
Simpati adalah kita memahami perasaan atau emosi pihak lain. Empati adalah kita bersimpati dan berlanjut ikut merasakan emosi pihak lain. Jadi, dalam empati tercakup simpati.
Keunggulan empati adalah kita menjadi tergerak untuk melakukan sesuatu yang baik karena kita ikut merasakan emosi orang lain. Beberapa waktu lau terjadi bencana gempa bumi di Cianjur Jawa Barat. Orang-orang bisa simpati terhadap korban bencana. Beberapa orang di antaranya ada yang empati. Meski tidak terkena bencana, orang yang empati, ikut merasakan penderitaan para korban bencana. Kemudian, mereka menggalang bantuan dana, obat-obatan, makanan dan lain-lain.
Kelemahan empati adalah bisa menjadikan seseorang terlalu sensitif. Melihat korban bencana, dia merasakan penderitaannya. Kemudian, dia justru terpukul emosinya menjadi lemah sampai bisa jatuh sakit. Tentu saja, kita bisa berusaha menemukan solusi dengan cara meningkatkan kecerdasan emosi.
Seperti sudah kita bahas di bagian sebelumnya, kecerdasan emosi menindaklanjuti empati dengan mengembangkan beragam solusi. Sehingga, makin kuat empati kita, maka, makin cerdas emosi dengan kreatifnya mengembangkan solusi.
Kita perlu mengkaji lebih mendalam. Empati adalah realitas sejati sebagaimana peduli dan peka. Maksudnya, tanpa empati memang tidak ada emosi. Empati adalah yang mendorong terciptanya emosi. Kemudian, emosi yang cerdas ini mendorong suatu aksi yang aktual di alam nyata. Empati yang kuat menjadikan pejabat amanah dan tidak pernah korupsi. Empati yang kuat menjadikan pengusaha memberi kontribusi dengan menghasilkan produk-produk berkualitas tinggi. Empati yang kuat menjadikan dokter-dokter memberikan layanan terbaik untuk kesehatan masyarakat luas. Empati adalah realitas sejati.
Tanpa empati memang masih ada realitas, tetapi, realitas yang sepi. Tanpa empati, bumi serasa mati. Tanpa empati, sinar matahari bagai hampa tanpa arti. Tanpa empati, gelombang laut tak bisa bernyanyi. Empati yang menjadikan realitas menjadi penuh arti. Empati adalah kecerdasan emosi.
(3) Emosi Serasi. Pada tingkat paling tinggi, kecerdasan emosi menghasilkan emosi yang serasi, diri yang serasi. Sesuai tema besar dari kecerdasan quantum (QQ) adalah cara praktis melejitkan IQ, EQ, dan SQ yang harmonis. Harmonis adalah serasi.
Manusia selalu memiliki QQ dalam kadar tertentu. Kadang IQ mereka yang tidak berkembang dengan baik. Kita perlu mengenali masalahnya, kemudian, merancang solusi yang diperlukan. Demikian juga kadang ada masalah di EQ atau SQ. Bagaimana pun, manusia akan selalu menemukan masalah. Di saat yang sama, manusia selalu berpotensi menemukan solusi. Masing-masing dari IQ, EQ, dan SQ memiliki keragaman yang sangat banyak. Baik dari sisi masalah mau pun solusinya.
IQ mengandalkan kekuatan konsep intelektualitas. Manusia bisa mengembangkan IQ sampai tak terbatas atau hampir-absolut. Secerdas apa pun seorang manusia, AI (artificial intelligence) akan mampu menirukannya. Bahkan, dalam kondisi tertentu, AI bisa lebih unggul dari IQ manusia. Kita tidak harus bersaing dengan AI dalam banyak hal. Justru, kita perlu memanfaatkan AI dengan baik.
EQ mengandalkan kekuatan empati yang mampu memberi arti dalam setiap situasi. Manusia memiliki potensi EQ yang sangat besar atau hampir-absolut. AI, sampai kapan pun, tidak akan pernah mampu empati. Karena empati – meliputi rasa peduli, peka, gelisah, dan lain-lain – adalah unik milik manusia yang cerdas emosi. Jadi, dari perspektif EQ, manusia akan selalu lebih unggul dari AI. Tetapi, karena manusia memiliki EQ tinggi, justru, manusia harus menjaga AI. Manusia harus mengarahkan AI agar serasi dengan seluruh realitas hakiki.
Kecerdasan Spiritual (SQ)
SQ mengandalkan kekuatan ruhani. Umumnya, kekuatan ruhani ini kita pelajari dari dua perspektif: imanen dan transenden. Perspektif imanen memastikan bahwa segala realitas yang ada di dekat kita, realitas imanen, adalah bernilai ruhani. Kerja Anda bernilai ruhani. Sekolah Anda bernilai ruhani. Sedekah Anda bernilai ruhani. Tentu, doa Anda bernilai ruhani. Bahkan, tidur Anda juga bernilai ruhani.
Karena segala yang imanen, yang dekat dengan kita, bernilai ruhani maka kita selalu memiliki tanggung jawab moral dan tanggung jawab spiritual. Kita bertanggung jawab untuk memberi yang terbaik kepada semua realitas yang dekat dengan kita. Terhadap realitas yang jauh, sama juga, kita bertanggung untuk memberikan yang terbaik. Realitas yang jauh bisa menjadi dekat dengan satu dan lain cara. Jadi, realitas yang jauh itu masih bisa kita pandang bernilai ruhani secara imanen. Dengan demikian, orang yang cerdas spiritual selalu memberikan prestasi-prestasi terbaik yang bernilai ruhani.
Perspektif transenden memastikan bahwa selalu ada nilai ruhani yang melampaui segala sesuatu. Ada realitas absolut. Kekuatan transenden ini berperan secara nyata dalam realitas sehari-hari. Orang-orang sering menyebut dengan hadirnya keajaiban atau mukjizat. Seorang bayi yang kecelakaan di laut bisa terapung-apung berhari-hari dan akhirnya selamat tiba di pantai. Kita sering menjumpai beragam keajaiban, atau mukjizat, dalam kehidupan nyata sebagai tanda nilai ruhani yang transenden.
Dari sisi dalam diri, kita bisa mengembangkan kesadaran ruhani yang transenden. Ketika Anda sedekah kepada fakir miskin dengan memberi uang atau makanan kepada mereka, maka, jumlah uang itu terbatas dengan nominal tertentu. Tetapi, keikhlasan hati Anda dalam sedekah adalah transenden. Ikhlas itu lebih tinggi dari segala seuatu. Ikhlas itu melampaui segalanya. Ketika Anda berdoa dengan khusuk, maka, ucapan doa Anda adalah kata-kata yang terbatas. Sementara, khusuk Anda adalah tidak terbatas. Khusuk Anda bernilai ruhani transenden yang melampaui segala batasan. Dengan mengembangkan nilai ruhani yang transenden, dan imanen, manusia mendekati Sang Maha Absolut dengan menjadikan dirinya hampir-asbsolut. Manusia bisa meraih hampir-absolut bukan karena manusia memiliki kemampuan itu. Lebih, karena ada pertolongan dari Sang Maha Absolut.
Kecerdasan Quantum (QQ)
Mari kita ringkaskan lagi diskusi kita sejauh ini. Kecerdasan quantum (QQ) menjadikan IQ, EQ, dan SQ sebagai harmonis. EQ sendiri telah membuka pintu harmonisasi antara IQ dan SQ. Sementara itu, SQ menjaga serasinya nilai ruhani yang transenden dan imanen. Dengan demikian, QQ adalah kecerdasan manusia yang terbuka terhadap segala kecerdasan untuk mencapai harmonis atau serasi.
Dalam dirinya sendiri, manusia adalah kebaikan yang berlimpah. Kebaikan berlimpah, yang nyata, dalam bentuk IQ, EQ, SQ, dan pada gilirannya menjadi QQ. Kebaikan berlimpah dalam diri manusia ini selalu meledak-ledak, menerobos batas, dan memancara ke segala arah. Sayangnya, beberapa orang gagal mengendalikan ledakan kebaikan berlimpah. Akibatnya, kebaikan berlimpah menjadi keburukan berupa penyakit, pencurian, penipuan, atau kejahatan. Jadi, kejahatan adalah hilangnya kendali dari kebaikan berlimpah dalam diri seseorang. Atau, kejahatan adalah hilangnya serasi dari kebaikan berlimpah seseorang. Bagaimana pun, setiap orang, setiap saat, memiliki peluang untuk kembali serasi dalam kebaikan berlimpah.
Kecerdasan quantum (QQ) mengajak kita untuk kembali serasi bersama seluruh kebaikan berlimpah. Anda yang berhasil menjadi manusia serasi adalah manusia sempurna M(S).
M(S) adalah manusia sempurna, adalah dumadi yang menyelaraskan diri, adalah dumadi serasi, adalah serasi.
M(S) = manusia sempurna = selaras diri = serasi
Kita fokus kepada serasi. Konsep manusia sempurna, dengan QQ yang berkualitas tinggi, bisa kita ringkas menjadi hanya serasi. Apa makna serasi?
(1) Serasi terhadap situasi. Manusia menjaga diri agar serasi dengan situasi alam sekitar. Sebaliknya bisa terjadi. Manusia bisa mengubah alam sekitar agar serasi dengan manusia. Perubahan terhadap diri, dan alam sekitar, bisa saja ekstrem. Bisa berakibat hilangnya serasi. Manusia akan berusaha membawa, kembali, ke situasi serasi. Dalam situasi serasi seperti ini, M(S) adalah unik. M(S) di Asia berbeda dengan M(S) di Eropa, misalnya. Karena mereka menghadapi situasi yang berbeda. Alam sekitar, di sini, bisa berupa natural dan kultural. Termasuk, alam teknologi. M(S) memberi solusi dalam masing-masing situasi dengan menghadirkan prestasi.
(2) Serasi terhadap diri. Menariknya, diri manusia selalu menyimpan misteri. Sehingga, manusia sempurna perlu menjadi serasi dengan diri sendiri yang banyak misteri. Diri manusia memang tersusun oleh unsur-unsur manusiawi: badan, akal, situasi, dan lain-lain. Tetapi selalu ada “forcing” atau “freedom” yang melampaui unsur-unsur manusiawi yang sudah ada itu. Dengan demikian, manusia bisa selaras dengan dirinya sendiri dengan mencoba selaras terhadap “forcing” atau “freedom” dirinya sendiri. Diri manusia bagai lautan tak bertepi yang menyenandungkan nada-nada suara hati.
(3) Serasi kepada Tuhan Maha Absolut. Manusia sempurna berjalan menuju absolut dengan menjadi hampir-absolut. Manusia meraih serasi dengan menjadi hampir-absolut, meski, tidak pernah absolut. Manusia perlu bimbingan melalui wahyu, kitab suci, riwayat, guru, sahabat, dan lain-lain. Dari dalam dirinya sendiri, manusia perlu berpikir terbuka, bersikap terbuka, membuka diri, dan membuka hati, agar mencapai serasi absolut. Tepatnya, serasi hampir-absolut. Manusia bisa berhasil meraih sempurna, hampir-absolut, bukan karena dirinya mampu. Tetapi, karena pertolongan dari sumber absolut. Tuhan tak pernah berhenti, selalu, melimpahkan kebaikan kepada setiap diri dan alam raya ini.
Selamat menapaki jalan menjadi manusia sempurna… manusia serasi!
7.3 Teknologi Quantum Digital
Teknologi digital membuka kemajuan besar bagi umat manusia. Ditambah dengan teknologi quantum, misal komputer quantum, maka lompatan kemajuan teknologi makin dahsyat tak terbayangkan. Apakah itu kabar baik? Atau kabar buruk?
Inovasi Disrupsi
Teknologi berkembang melalui inovasi dengan menemukan teknologi-teknologi baru. Perkembangan sains mendorong kemajuan teknologi. Di sisi lain, kebutuhan manusia, misal kebutuhan ekonomi, sama kuatnya mendorong berkembangnya inovasi teknologi. Tetapi, di era digital, istilah inovasi teknologi menjadi kurang kuat. Kita sering menggunakan istilah disrupsi teknologi. Sebuah inovasi yang berdampak “merusak” sistem teknologi lama untuk diganti dengan teknologi baru.
Teknologi mobil, kendaraan bermotor, adalah inovasi teknologi yang menggantikan teknologi lama, yaitu, kendaraan yang ditarik tenaga kuda. Sebelumnya, orang-orang bepergian dengan naik kuda. Setelah ada mobil, mereka bepergian dengan naik mobil. Perlu waktu ratusan tahun, masyarakat untuk berubah dari kendaraan tenaga kuda menjadi kendaraan mobil. Meski mobil sudah dominan di mana-mana, saat ini, berkendaraan dengan kuda tetap ada. Dengan kata lain, teknologi mobil tidak merusak kendaaran tenaga kuda. Mereka bisa eksis berdampingan.
Disrupsi teknologi memberi dampak yang lebih besar dari inovasi teknologi biasa. Kapan Anda terakhir memakai telepon rumah? Bulan lalu? Tahun lalu? Barangkali, Anda sudah bertahun-tahun tidak memakai telepon rumah. Anda, dan banyak orang lain, memakai telepon genggam (HP). Teknologi HP adalah contoh disrupsi yang merusak eksistensi telepon rumah. Beberapa kantor, barangkali, masih mencantumkan nomor telepon kantor yang tetap. Tetapi, secara pribadi, telepon rumah nyaris sudah punah.
Atau, barangkali Anda ingat bisnis wartel (warung telekomunikasi) di tahun 1990an? Waktu itu, bisnis wartel adalah bisnis yang cerah. Banyak orang sukses dengan bisnis wartel. Teknologi HP menyapu bersih bisnis wartel. Saat ini, sudah tidak ada lagi bisnis wartel di muka bumi ini. HP adalah disrupsi lebih dari sekedar inovasi.
Era digital saat ini, terbuka peluang berkembang disrupsi teknologi di berbagai sisi.
Kita perlu mempertimbangkan beragam dampak disrupsi teknologi secara bijak.
(1) Disrupsi membuka peluang baru khususnya bagi pihak yang menguasai teknologi disrupsi. Industri HP, dan industri internet, memberi keuntungan besar kepada pemiliknya.
(2) Disrupsi merugikan pihak yang hancur. Meski hancur, tidak ada pelanggaran legal bagi teknologi disrupsi. Bagaimana pun, secara sosial, kita perlu menyiapkan solusi untuk problem ini.
(3) Disrupsi teknologi ada resiko konsumsi teknologi lebih tinggi. Sehingga, kita perlu waspada terhadap resiko perusakan lingkungan, kerusakan iklim, bencana alam, dan, barangkali lebih bahaya, bencana sosial.
Teknologi Manusiawi
Awalnya, teknologi berguna untuk membantu manusia. Akhirnya, teknologi beresiko menindas manusia. Lebih rumit lagi, teknologi menindas manusia dengan cara teknologi bekerja sama dengan manusia lainnya. Sehingga, pihak tertindas sulit melakukan perlawanan. Karena penindas terdiri dari teknologi dan manusia-manusia lain.
Teknologi internet membantu penyebaran informasi ke seluruh penjuru bumi. Kita menjadi mudah, setiap saat, bisa akses informasi dan pengetahuan melalui internet. Kita juga bisa berdagang dengan efisien melalui internet. Ekonomi makin berkembang berkat internet. Umat manusia makin berkembang dengan teknologi baru internet. Awalnya, teknologi benar-benar membantu manusia.
Pada tahap akhir, penindasan teknologi mulai terjadi. Perusahaan raksasa menguasai internet di seluruh dunia. Mereka mengeruk keuntungan dari penjuru dunia setiap hari, setiap jam, setiap detik, dan setiap saat. Di sisi lain, banyak orang hilang pekerjaan karena dilindas internet. Atau, banyak orang kencanduan konten internet. Mereka belanja, dan konsumsi, internet. Kuota dan pulsa habis begitu saja. Harga-harga membubung tinggi tanpa sadar diri. Sawah dan tanah dilikuidasi ditukar dengan produk korporasi tanpa arti. Orang miskin makin miskin. Orang kaya makin kaya. Penindasan makin menjadi-jadi.
Kecerdasan quantum (QQ) mengajak kita untuk berpikir terbuka terhadap teknologi. Dampak positif dan negatif dari teknologi perlu kita kaji. Kemudian, kita mengarahkan untuk kemajuan manusiawi. Setiap perkembangan teknologi adalah, harus dipastikan, sebagai perkembangan kemanusiaan.
Teknologi Kecerdasan
Artificial intelligence (AI) merupakan teknologi kecerdasan tingkat tinggi. ChatGPT, contoh AI, mampu berdiskusi dengan manusia berkualitas tinggi. AI bisa menulis paper ilmiah. Bahkan, AI bisa menulis skripsi. Tentu saja, AI bisa menjawab soal-soal ujian sekolah, AI bisa menggantikan pekerjaan sekretaris, AI bisa menggantikan tugas dokumentasi, AI bisa menggantikan pekerjaan jurnalistik, dan lain-lain. Singkatnya, AI merebut beragam jenis pekerjaan manusia. Akibatnya, pengangguran ada di mana-mana.
Bagaimana pun, AI berbeda dengan disrupsi teknologi sebelum-sebelumnya. AI benar-benar cerdas dalam pengertian konseptual sejati. AI bisa berpikir, mengolah data, kemudian mengambil kesimpulan terbaik. Jadi, AI memiliki kecerdasan yang mirip IQ manusia. Bahkan, bisa melampaui IQ manusia. Ditambah lagi, prospek pengembangan komputer quantum menjamin proses berpikir AI lebih cepat dengan kapasitas tak terbatas.
Kita perlu mengembangkan perspektif kecerdasan quantum (QQ) yang terbuka menuju hampir-absolut. Di bab “Accelarated Learning”, kita sudah membahas berbagai macam cara memanfaatkan teknologi untuk pembelajaran yang efektif. Di saat yang sama, kita membatasi resiko-resiko negatif dari teknologi. Di bab “After Quantum” ini, kita memastikan bahwa AI tidak akan bisa menjadi teknologi yang memiliki “empati”. Dengan demikian, kita memperoleh beragam inspirasi untuk menyikapi teknologi.
(1) Terima teknologi. Kita perlu menerima teknologi. Bahkan, kita perlu mengembangkan teknologi untuk kebaikan bersama. Tentu saja, teknologi yang resiko tinggi perlu disingkirkan atau dijinakkan. Teknologi senjata pembunuh massal perlu disingkirkan. Teknologi senjata nuklir perlu disingkirkan. Sejauh ini, senjata nuklir sulit disingkirkan. Alternatifnya adalah dengan menjinakkan senjata nuklir. Kita perlu mengembangkan teknologi baru, sedemikian hingga, senjata nuklir menjadi jinak dan tidak berbahaya.
Sementara, teknologi yang bermanfaat bagi manusia bisa terus dikembangkan. Khususnya teknologi pendidikan, kita perlu mengembangkan agar pendidikan berkembang secara bijak ke seluruh penjuru dunia.
(2) Perkembangan manusiawi. Kita perlu memastikan bahwa perkembangan teknologi berdampak positif pada sisi manusiawi. Dengan teknologi, kita meningkatkan simpati, empati, dan serasi di seluruh bumi, galaksi, dan alam raya ini.
(3) Serasi. Serasi adalah puncak perkembangan kecerdasan quantum yang dinamis menuju absolut dengan menjadi hampir-absolut. Kita perlu memanfaatkan teknologi untuk mencapai serasi sampai tingkat tertinggi. Tantangan terbuka untuk kita, sebagai, umat manusia.