Tentu saja beda. Mengajar S3 terasa berbeda dengan mengajar S1 di ITB. Berbeda pula dengan mengajar program S2. Tetapi, pembedanya justru ketika saya mengajar S1 di SBM ITB pada awal tahun 2000an.

Akhir tahun 1990-an, saya mengajar program S1 di STT Telkom Bandung. Selesai sidang TA (skripsi) di elektro ITB, masih dalam ruang sidang, dosen penguji menawari pekerjaan ke saya, “Gus, mau mengajar di STT Telkom?” “Saya terima tawaran dosen penguji. Saya mengajar di STT Telkom baik-baik saja.
Peristiwa mengejutkan, justru tahun 2008, saya mengajar S1 di SBM ITB. “Anak-anak masih kecil, kok sudah kuliah S1?” saya berpikir dalam hati. Saya coba ngobrol dengan para mahasiswa, usia mereka wajar-wajar saja sebagai mahasiswa tingkat akhir program sarjana.
Tahun 2009, mahasiswa saya berganti. Saya makin terkejut. “Kok makin muda-muda saja, mereka sudah menjadi mahasiswa tingkat akhir sarjana?”
Tahun 2010 dan seterusnya, saya mulai paham. Bukan mahasiswa yang makin muda. Tetapi, tiap tahun, saya yang makin bertambah tua.
Pemahaman ini makin kuat karena asdos (asisten dosen) saya juga makin muda tiap tahunnya.
Tahun 2021, saya bergabung untuk mengajar program S3 di STEI ITB. “Apakah mahasiswa saya akan terlihat makin muda?” Pengamatan tahun 2021 menunjukkan bahwa mahasiswa S3 ITB, menurut saya, berusia wajar sebagai mahasiswa S3.
Tahun 2022, mahasiswa S3, menurut saya tampak wajar usianya. Tahun 2023 ini, mahasiswa S3, usianya juga tampak wajar.
Bagaimana dengan mahasiswa S1? Apakah makin tampak muda? Saya kira, mahasiswa S1 akan tampak makin muda. Karena anak saya yang keempat saja, tahun 2023 ini, menjadi mahasiswa ITB. Dia benar-benar masih muda.
Bagaimana bisa begitu ya?
