Apa Keunikan Manusia?

Dibanding semua hewan, semua tumbuhan, semua alam raya, termasuk AI (artificial intelligence), apa keunikan dari manusia?

Keunikan manusia adalah mampu berpikir. Begitulah jawaban umum yang sering kita dengar. Apakah benar jawabannya seperti itu?

Jawaban yang benar: keunikan manusia adalah mampu berbuat baik padahal bisa berbuat dosa.

1. Akal vs AI
2. Sistem Pakar
3. Cakar Harimau
4. Amal Baik vs Dosa
5. Gelisah Futuristik

Sistem cerdas AI (artificial intelligence) terbukti lebih cerdas dari manusia. AI mampu menjawab ratusan soal sulit kurang dari 1 detik. Kalkulator saja bisa berhitung lebih cepat dari manusia. Jadi, kecerdasan rasional atau akal bukanlah keunikan manusia kan?

Badan manusia juga tidak lebih unik dari binatang, misalnya. Cakar harimau lebih kuat dari kuku manusia. Mata rajawali lebih tajam dari mata manusia. Gigitan ular kobra lebih mematikan dari gigitan gigi manusia.

Keunikan manusia, dan keunggulan manusia adalah mampu memilih berbuat baik padahal dia bisa memilih dosa.

Kucing, misalnya, tidak bisa berbuat dosa. Kucing mau melompat, mau tidur, mau kawin, mau makan, atau mau mencakar, tetap saja kucing tersebut tidak berdosa. Tetapi, manusia yang korupsi atau mencuri, jelas-jelas, berbuat dosa. Manusia yang menolong orang miskin adalah berbuat baik. Hanya manusia yang bisa berbuat unik seperti itu. Bukankah Anda unik seperti itu?

1. Akal vs AI

Kecerdasan AI yang lebih cerdas dari manusia tidak mampu menjadikan AI bisa berbuat dosa. Apa pun yang dilakukan AI tetap bukan dosa.

Akal manusia kalah bersaing dengan kecerdasan AI untuk menyelesaikan beragam problem kompleks: AI lebih cepat menulis puisi dan cerpen; AI lebih cepat menjawab pertanyaan opini ekonomi; AI lebih cepat dalam menulis coding dll.

Sistem cerdas AI (artificial intelligence) terbukti lebih cerdas dari manusia. AI mampu menjawab ratusan soal sulit kurang dari 1 detik. Kalkulator saja bisa berhitung lebih cepat dari manusia. Jadi, kecerdasan rasional atau akal bukanlah keunikan manusia kan?

Tetapi akal manusia yang mampu memilih amal padahal bisa memilih dosa, itulah uniknya manusia.

2. Sistem Pakar

Sistem pakar merupakan AI yang memiliki kepakaran khusus misal dokter spesilais, pakar hukum, pakar politik, pakar sains, dan lain-lain. Dokter spesialis bisa menangani satu pasien di waktu tertentu. Sistem pakar mampu menduplikasi kepakaran dokter spesialis sehingga setara dokter spesialis; lebih dari itu, sistem pakar bisa diduplikasi sampai puluhan atau ratusan jumlahnya. Jadi, sistem pakar lebih besar, lebih unggul, dan lebih cepat dari dokter spesialis. Dengan kata lain, kepakaran bukan keunikan manusia.

Apakah sistem pakar bisa berbuat dosa? Tidak. Apakah sistem pakar bisa amal baik? Tidak bisa. Hanya manusia yang bisa memilih amal baik padahal bisa berbuat dosa.

3. Cakar Harimau

Badan manusia juga tidak lebih unik dari binatang, misalnya. Cakar harimau lebih kuat dari kuku manusia. Mata rajawali lebih tajam dari mata manusia. Gigitan ular kobra lebih mematikan dari gigitan gigi manusia.

Jaman dulu, orang pakai kereta kuda untuk transportasi. Saat ini, kita memanfaatkan kereta cepat untuk transportasi dengan kecepatan tinggi. Kereta dan kuda lebih unggul dari badan manusia dalam transportasi.

Apakah kuda, harimau, atau ular bisa berbuat dosa? Bisa berbuat amal baik? Mereka tidak bisa. Hanya manusia yang bisa berbuat amal baik padahal bisa berdosa.

4. Amal Baik vs Dosa

Seburuk apa pun perbuatan binatang, misal kucing, tetaplah bukan dosa. Kucing mencuri ayam goreng atau ikan goreng di dapur tetap tidak berdosa. Kucing hanya bisa berbuat baik-1 atau baik-2 atau baik lainnya; tetapi bukan dosa; juga bukan amal kebaikan.

Amal baik dan dosa hanya tanggung jawab manusia; itulah uniknya manusia.

Anak manusia juga tidak bisa dosa mau pun amal; anak manusia yang masih di bawah umur. Apa pun yang dilakukan oleh seorang bocah adalah baik-1, baik-2, atau baik lainnya. Ketika bocah mulai tumbuh dewasa; dia sadar akan dosa; dia menghindari dosa; kemudian, dia memilih amal. Bocah itu menjadi manusia dewasa, menjadi manusia sejati, menjadi manusia unik.

Amal berpasangan, berlawanan, dengan dosa. Binatang tidak bisa amal karena tidak bisa dosa. Demikian juga robot mau pun AI tidak bisa amal karena tidak bisa dosa. Atau sebaliknya, karena tidak bisa amal maka mereka tidak bisa dosa.

Titik tengah, wilayah tengah, antara dosa dan amal adalah netral seperti titik nol. Seseorang bisa menganggap bahwa titik netral ini tidak ada; konsekuensinya, manusia selalu salah satu antara [1] amal atau [2] dosa. Tentu saja, dosa yang dekat dengan netral adalah dosa kecil; begitu juga ada amal kecil. Pandangan seperti ini bisa menjadikan seseorang terlalu tegang menjalani hidup; terlalu terbebani dalam gelombang dosa dan amal.

Pandangan alternatif adalah berupa wilayah netral: beberapa kegiatan bersifat netral; tidak amal, tidak pula dosa. Atau wilayah netral ini diisi oleh dosa-dosa kecil dan amal-amal kecil. Integrasi dari gelombang dosa dan amal ini menghasilkan total nol atau netral. Pandangan wilayah netral seperti ini tampak lebih lentur dan meringankan.

5. Gelisah Futuristik

Pilihan amal atau dosa mengakibatkan manusia gelisah; gelisah tentang masa depan; gelisah futuristik. Gelisah beda dengan cemas. Gelisah berhubungan dengan peduli sehingga memicu tanggung jawab. Setiap orang dewasa bertanggung jawab untuk memilih amal meski dia bisa memilih dosa. Keunikan manusia adalah bisa memilih amal demi amal dengan komitmen sepenuhnya.

Gelisah futuristik adalah baik-baik saja sebagai tanda kita memang manusia.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar