Dua tugas negara yang paling utama justru tidak tuntas. Presiden Jokowi tidak berhasil tuntas. Tetapi, SBY juga tidak tuntas. Lebih umum lagi, semua presiden, termasuk Soekarno dan Soeharto, sama-sama tidak tuntas. Bahkan, Biden mau pun Trump, sama saja, tidak tuntas.

Tugas negara paling utama ada dua: [1] menetapkan aturan dan [2] menerapkan aturan.
Dua tugas di atas adalah tugas manusiawi. Setiap orang, termasuk diri kita, wajib menjalankan dua tugas itu. Di saat yang sama, kita sama juga; kita juga tidak tuntas mengerjakan dua tugas itu. Bagaimana solusinya?
1. Menetapkan Aturan
2. Menerapkan Aturan
3. Menghormati Aturan
Wittgenstein (1889 – 1952) mengajukan pertanyaan, “Apakah manusia bisa mengikuti aturan?” Wittgenstein menjawab dengan tidak tuntas. Pemikir generasi berikutnya mencoba menjawab pertanyaan Wittgenstein; menghasilkan puluhan buku dan makalah ilmiah; sama saja, jawaban mereka tidak tuntas. Jadi, lagi, apa solusinya?
Kita akan memberi solusi bertahap di bawah ini.
1. Menetapkan Aturan
Tugas utama negara adalah menetapkan aturan. Realitasnya, negara tidak pernah tuntas menyelesaikan tugas untuk menetapkan aturan. Misal, Indonesia sudah menetapkan UUD 1945 sebagai konstitusi negara. Apakah tuntas? Tidak. Karena kita masih membuka diri dengan posibilitas amandemen UUD.
MK menetapkan suatu aturan. Apakah tuntas? Putusan MK bersifat final; tidak ada lagi banding. Tetapi, tetap saja, tidak tuntas. Mengapa MK menetapkan aturan itu? Karena ABC. Mengapa ABC? Karena XYZ. Mengapa XYZ. Tidak pernah tuntas!
Tahun 2023, sebagai contoh, MK menetapkan bahwa kepala daerah yang usia di bawah 40 tahun boleh jadi capres atau cawapres. Ketetapan oleh MK ini berbeda dengan rezim aturan sebelumnya; yaitu syarat capres dan cawapres adalah usia 40 tahun atau lebih.
Apakah MK berhak menetapkan aturan seperti itu? Berhak, menurut pandangan beberapa anggota MK dan pendukungnya. MK tidak berhak menetapkan itu; menurut kritikus dan beberapa tokoh. Apakah tuntas? Jelas tidak tuntas.
Jadi, negara tidak tuntas dalam menjalankan tugas untuk menetapkan aturan.
2. Menerapkan Aturan
Apakah aparatur negara, misal ASN, sudah menerapkan aturan undang-undang? Sudah. Apakah tuntas? Tidak tuntas.
Beberapa orang pejabat dan ASN ditangkap karena kasus korupsi; mencuri uang rakyat. Mereka tidak tuntas menerapkan aturan yang sudah menjadi tugasnya.
Andai para pejabat menerapkan aturan dengan disiplin; tanpa korupsi; tanpa mencuri; tanpa nepotisme; apakah pejabat tersebut sudah secara tuntas menerapkan aturan? Tidak tuntas.
Ambil contoh seorang pejabat yaitu walikota yang usia masih di bawah 40 tahun; dia menerapkan aturan MK dengan mendaftar sebagai cawapres; sesuai aturan MK; apakah walikota tersebut menerapkan aturan secara tuntas? Tidak tuntas. Mengapa walikota tersebut tidak fokus menjalankan tugas sebagai walikota? Mengapa justru sibuk jadi cawapres? Akan selalu ada pro kontra sebagai bukti tidak tuntas dalam menjalankan tugas.
Menetapkan aturan bersifat universal abstrak; misal, MK menetapkan aturan kepala daerah usia kurang 40 tahun bisa capres capwapres. Sementara, menerapkan aturan bersifat partikular konkret; misal walikota muda tertentu daftar cawapres. Keduanya, sama-sama, tidak tuntas. Perlu waspada bahwa kita sendiri juga tidak tuntas. Kita bisa memilih menetapkan aturan tertentu bagi hidup kita; bisa berdasar konstitusi atau ayat suci. Kemudian, kita menjalankan aturan-aturan tersebut dengan konsisten. Apakah tuntas? Tidak tuntas.
3. Menghormati Aturan
“Apakah manusia bisa mengikuti aturan?”
Jawaban yang tepat adalah manusia bisa menghormati aturan; sebagai bukti menghormati orang lain; menghormati Tuhan; dan menghormati semesta raya.
[1] Manusia bisa mengikuti aturan.
Mari kita buat contoh simulasi. Budi naik motor menemui lampu lalulintas seperti biasanya. Apakah Budi bisa mengikuti aturan?
Bisa. Ketika lampu nyala merah maka Budi berhenti di jalan itu. Ketika lampu nyala hijau maka Budi mulai jalan mengendarai motornya. Budi berhasil; Budi bisa mengikuti aturan.
Keberatan: Budi tidak bisa mengikuti aturan; Budi hanya mengikuti pikirannya sendiri. Ketika lampu merah kemudian Budi berhenti; Budi bukan mengikuti aturan; Budi hanya mengikuti pikirannya. Budi berpikir ingin berhenti maka Budi berhenti. Andai Budi ingin jalan maka Budi akan jalan.
Jadi, klaim seseorang sebagai sudah mengikuti aturan bisa dibantah; dia hanya mengikuti pikiran sendiri.
[2] Manusia tidak bisa mengikuti aturan.
Budi berhenti ketika lampu merah hanya karena mengikuti pikirannya; Budi tidak bisa mengikuti aturan.
Keberatan: Budi jelas-jelas mengikuti aturan karena berhenti ketika lampu warna merah. Jadi, manusia bisa mengikuti aturan.
Bagaimana pun, debat ini bisa terus berlanjut tanpa henti. Manusia bisa mengikuti aturan dan, di saat yang sama, tidak bisa mengikuti aturan. Yang lebih pasti adalah manusia selalu bisa menghormati aturan. Sebaliknya juga bisa terjadi; manusia bisa tidak hormat kepada aturan. Manusia wajib tanggung jawab atas pilihannya.
[3] Manusia perlu menghormati aturan.
Hanya tinggal satu pilihan kita: manusia perlu menghormati aturan; menghormati sepenuh hati; dengan pikiran terbuka dan jiwa yang terbuka.
Apakah Prabowo-Gibran, yang memperoleh suara 58%, adalah menjadi presiden dan wakil sudah sesuai aturan?
Betul. Sudah sesuai dan mengikuti aturan. Pemilu sudah dijalankan sesuai aturan; berakhir secara valid sesuai keputusan MK. Demikian pandangan para pendukung.
Tidak. Tidak sesuai aturan, menurut para penentang. Pemilu terjadi pelanggaran. Ketua MK melanggar etika; ketua KPU melanggar etika; dan masih banyak pelanggaran di tempat lain.
Kita paham bahwa perdebatan seperti itu bisa terus berlanjut tanpa henti. Tetapi, kita perlu bersikap untuk menghormati aturan. Kita menghormati aturan karena kita menghormati banyak orang yang terlibat dalam aturan itu. Kita menghormati aturan alam, misal hukum gravitasi, karena kita selalu bersama alam raya. Kita menghormati aturan agama karena Tuhan menganugerahkan aturan untuk kebaikan semua.
Jika kita wajib menghormati aturan maka: [1] Apakah para pejabat juga menghormati aturan? [2] Apakah para politikus juga menghormati aturan? [3] Apakah para orang kaya menghormati aturan?
Kita menghormati aturan dan mari mengajak lebih banyak orang untuk menghormati aturan.
Bagaimana menurut Anda?

Tinggalkan komentar