Tobat Jadi Manusia

“Sadarlah… tobatlah…!”
“Tidak bisa. Justru kamu yang harus tobat!”

Pertengkaran dua anak manusia itu makin seru saja. Mereka menyuruh temannya untuk bertobat. Tetapi, temannya tidak mau tobat; malah berbalik menyuruh dia untuk tobat.

“Tobatlah… jangan bernafsu mengejar kekuasaan melulu!”
“Tobatlah, jangan mengejar nafsu; jangan mengejar harta; jangan membangun dinasti; jangan marah-marah tak terkendali.”

Tobat itu baik; tobat itu positif; tobat itu sikap yang menjadikan kita sebagai manusia sejati. Dalam buku “30 Renungan Takwa,” saya menulis salah satu judul bab adalah “Tobat itu Positif.” Makna tobat atau taubat adalah kembali ke jalan Allah; kembali ke jalan yang benar; kembali ke jalan yang makin dekat kepada Allah. Jadi, mari kita tobat.

[1] Tobat maka jadi manusia. Dalam kisah kitab suci, Nabi Adam bertobat karena sadar sudah mendekat pohon terlarang. Allah menerima tobat Nabi Adam dan Bunda Hawa. Allah senang merima tobat hamba-hamba Nya. Nabi Adam adalah teladan umat manusia. Nabi Adam bertobat bahkan tanpa ditegur oleh siapa-siapa.

[2] Iblis tidak tobat. Mereka yang tidak tobat menjadi teman iblis. Tuhan menegur iblis. Tetapi, iblis tidak mau tobat; iblis malah membela diri; iblis mengaku bersikap benar; iblis mencari-cari alasan pembenaran.

Iblis tercipta dari api sedangkan Adam tercipta dari tanah. Iblis menjadi sombong merasa bahwa api lebih hebat dari tanah. Itu adalah argumen pembenaran yang tidak sah.

[3] Tobat adalah pemimpin. Adam sadar merasa dosa lalu tobat. Tuhan merima tobat dan menugaskan Adam menjadi pemimpin di bumi.

Syarat dasar untuk menjadi pemimpin adalah [a] sadar merasa dosa dan [b] tobat atas segala perilakunya. Mari kita refleksi ke diri kita, “Apakah kita pantas menjadi pemimpin?”

Tetapi, kita memang bertugas menjadi pemimpin di dunia ini. Pilihan kita adalah: mari lebih sadar; mari lebih banyak tobat; mari memperbaiki diri; mari memperbaiki situasi. Jadi, seharusnya, kita senang bila ada yang mengajak untuk tobat.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar