Kesalahan Fatal Paling Bahagia

Dudu hidup penuh bahagia. Dudu hidup sepenuhnya sesuai ajaran agama; sehingga pasti benar dan nanti masuk surga. Dudu hidup sesuai sains sehingga semua proses kehidupan berjalan ilmiah. Bonusnya, Dudu hidup dengan teknologi terkini. Dudu paling bahagia. Itulah kesalahan fatal Dudu yang membuatnya paling bahagia.

Dudu bisa merasa paling bahagia secara subyektif. Tetapi Dudu membikin derita warga sekitar dan alam sekitar. Bagaimana bisa?

Tentu, Dudu bukan nama sebenarnya. Dudu bukan orang itu. Selama Dudu tidak melanggar pidana maka baik-baik saja. Lho, memang bisa, menjalankan ajaran agama tetapi melanggar pidana? Bisa saja. Dudu bisa mencuri uang tetangga karena uang tetangga boleh dicuri; digunakan oleh Dudu untuk memperjuangkan ajaran agamanya. Dudu merasa benar, bahkan memperoleh pahala, dengan mencuri uang tetangga. Untungnya, Dudu tidak melakukan pelanggaran pidana semacam itu. Dudu hanya melakukan kesalahan fatal saja.

1. Kebenaran Abadi
2. Descartes sampai Newton
3. Buka Mata

Semoga Dudu membaca tulisan ini dan membuka mata; utamanya membuka mata hati. Sehingga Dudu meraih bahagia sejati.

1. Kebenaran Abadi

Kesalahan fatal Dudu adalah Dudu menganggap kebenaran abadi adalah konstan tanpa penyempurnaan.

Ketika Dudu memahami, menafsirkan, ayat suci maka Dudu merasa paling benar. Dudu merasa berada di jalan agama suci. Orang lain yang berbeda dengan Dudu, dianggap salah.

Dudu tidak paham bahwa kebenaran agama adalah membuka pintu penuh berkah. Dudu harusnya mendengarkan orang sekitar untuk hidup bersama penuh bahagia dalam ajaran agama.

2. Descartes sampai Newton

Dudu adalah anak cerdas. Sekolah dasar, menengah, sampai perguruan tinggi, dia selalu berprestasi. Dudu paham benar dengan teori Newton yang berkembang setelah Descartes (1596 – 1650). Teori Newton bisa menjelaskan secara ilmiah apel jatuh sampai gerhana matahari; bisa menjelaskan cara membuat jalan tol, jembatan, sampai pesawat terbang. Singkatnya, teori Newton bisa menjelaskan semua peristiwa dengan matematika yang bersifat pasti. Hebat kan?

Laplace, setelah mempelajari Newton, berkata, “Jika kita tahu informasi yang dibutuhkan maka kita bisa menentukan seluruh nasib alam raya.”

Bagaimana Newton bisa sehebat itu? Dudu mempelajari Newton dengan baik. Ketika teman-teman sekolah tidak paham Newton, Dudu adalah jagoan teori Newton. Bahkan, Dudu bisa lebih cerdas dari Newton dalam mempelajari teori Newton. Dudu menerapkan metode ilmiah gaya Newton sampai memahami ajaran agama dengan kebenaran ilmiah yang bersifat pasti.

Bagaimana Dudu bisa yakin dengan teori Newton?

[a] Posisi. Apel jatuh dari pohon. Mula-mula, posisi apel 9 meter di atas tanah. Lalu, posisi apel jatuh menjadi 8 meter, 7 meter, dan akhirnya menempel di tanah.

Mengetahui posisi, misal posisi apel, adalah sangat penting bagi Newton. Tetapi kita sulit mengetahui posisi apel karena apel berpindah-pindah dari atas ke bawah. Newton berpikir, “Ada apa di balik perpindahan posisi?” Ada kecepatan gerak.

[b] Kecepatan. Barangkali mengukur kecepatan gerak apel jatuh lebih mudah? Newton bisa menghitung kecepatan sebagai turunan atau derivasi dari perpindahan posisi. Kecepatan terbukti lebih mudah karena linear terhadap waktu. Apakah ada yang lebih mudah dari kecepatan? Newton menghitung percepatan.

[c] Percepatan. Turunan dari kecepatan adalah percepatan dan boom… benar percepatan adalah sangat mudah. Percepatan apel jatuh adalah selalu mendekati 10 (m/s^2). Dari pengukuran dan perhitungan berulang-ulang, nilai percepatan adalah selalu tetap alias konstan secara pasti. Jadi, Newton berhasil menemukan kebenaran ilmu pasti yaitu sains fisika.

Dudu berbahagia memperoleh ilmu pasti, eksak, tepat dan sempurna.

Langkah selanjutnya adalah membalik proses perhitungan. Dari informasi angka percepatan yang pasti konstan, Dudu bisa menghitung kecepatan dengan pasti dan posisi apel dengan pasti eksak tepat. Luar biasa! Semua bisa diketahui oleh sains eksak.

Contoh perhitungan eksak apel jatuh ini bisa diperluas secara umum untuk menghitung gerak rembulan dan matahari. Bahkan, Dudu berpikir gerak dari bumi ini ke surga pun bisa dihitung dengan pasti. Semua serba pasti.

Lebih luas lagi: cara memahami agama juga sama. Temukan yang pasti lalu perluas seluas-luasnya. Dudu sudah menemukan secuil kebenaran agama secara ilmiah lalu meluaskan kebenaran agama seluas-luasnya. Dudu berhasil meraih kebenaran agama paling pasti. Benar-benar kesalahan fatal paling membahagiakan oleh seorang Dudu.

Dudu perlu membuka mata dan hati. Teori Newton itu salah atau tidak lengkap. Contoh apel jatuh di atas adalah salah. Perluasan metode sains juga salah. Untung saja, Dudu berkenan membuka mata.

Di mana kesalahan fatal itu?

3. Buka Mata

Kesalahan fatal terhadi saat menghitung balik yaitu integral. Dari percepatan yang eksak pasti, integral menghasilkan kecepatan. Tidak semudah teori integral karena kecepatan membutuhkan kecepatan akhir dan kecepatan awal. Kecepatan akhir diasumsikan adalah kecepatan yang akan kita cari. Sehingga, tidak masalah dengan kecepatan akhir karena memang kita cari. Kecepatan awal adalah diam atau 0.

Dari mana kecepatan awal adalah diam atau 0?

Kecepatan awal tidak pernah diam; kecepatan awal tidak pernah 0. Apel awalnya tidak diam. Apel sejak awal ikut gerak bumi rotasi; ikut bumi mengitari matahari; ikut tatasurya berkeliling galaksi. Jadi, Newton dan Dudu tidak pernah punya ilmu pasti. Mereka hanya asumsi kecepatan awal dan lain-lain sebagai 0; padahal Dudu tidak tahu.

Untung saja Dudu taubat dan kembali ke jalan yang lurus. Dudu berpikir terbuka bersama masyarakat; hidup rukum dalam ajaran agama yang lurus, adil, dan makmur.

Catatan

Einstein sudah mengkritik teori Newton sebelum Dudu belajar teori Newton. Menurut Einstein, teori Newton menjadi ruwet dengan kerangka acuan yang berbeda; karena memang tidak ada benda diam; semua benda bergerak dengan kecepatan relatif; tidak ada kecepatan 0 itu.

Einstein memilih kecepatan cahaya sebagai konstan c selalu tetap dalam ruang hampa. Kemudian, Einstein mengembangkan teori relativitas. Memang Einstein tidak membutuhkan kecepatan 0; selesai satu masalah. Masalah lain muncul. Einstein tidak berhasil menyelesaikan persamaannya sendiri sampai akhir hayat di 1955. Pemikir sampai sekarang pun, belum punya solusi pasti.

Jadi, apa itu ilmu pasti?

Tidak ada ilmu alam yang bersifat pasti secara absolut. Ilmu pasti itu tidak terlalu pasti. Sains bersifat pasti hanya dalam batas-batas asumsi tertentu.

Galileo

Setengah atau 1 abad sebelum Newton, Galileo sudah berhasil menghitung percepatan gravitasi sebagai konstan mendekati 10. Tetapi, mengapa Galileo tidak berlanjut mengembangkan ilmu pasti seperti Newton?

Saya menduga karena belum ada peran dualisme dari Descartes kepada Galileo. Bagi Galileo, persamaan matematika yang ideal itu selalu bersatu dengan realitas konkret sesuai situasi kondisi. Sehingga, realitas tidak bisa dibuat ideal secara matematis belaka.

Beberapa tahun sebelum Galileo meninggal, Descartes menulis meditasi cogito yang memisahkan jiwa dengan materi. Menurut Descartes, kita bisa mengkaji matematika secara ideal terbebas dari materi. Newton lahir ketika dualisme Descartes ini meluas. Sehingga, Newton memiliki ruang bebas untuk mengembangkan matematika ideal berupa kalkulus. Seperti kita tahu, matematika kalkulus yang ideal itu menjadi jantung bagi perkembangan sains modern.

Newton tidak perlu takut oleh ancaman gereja ketika mengatakan matahari mengelilingi bumi. Galileo mendapat ancaman mengerikan. Dualisme Descartes berhasil memisahkan materi dengan gereja. Barangkali, kita perlu mengkaji beberapa pemikiran Galileo kembali.

Jadi apa solusi terbaik?

Terapkan logika futuristik. Berpikir untuk masa depan yang lebih baik; merangkul hikmah masa lalu dan meniti amanah masa kini.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar