Nexus: Buku Baru Harari 2024

Harari sukses luar biasa dengan buku Sapiens yang terbit 2011. Tahun ini, 2024, Harari menerbitkan buku baru Nexus. Akankah meraih sukses melebihi Sapiens?

Bisa jadi buku Nexus lebih bagus dari Sapiens; Nexus adalah penyempurnaan dari Sapiens dalam rentang 11 tahun. Tetapi umat manusia, homo sapiens, sudah evolusi dalam 11 tahun terakhir ini. Sayangnya, evolusi ini justru mengarah ke minat baca buku makin rendah. Jadi, ada kemungkinan Nexus masih kalah dengan buku Sapiens dalam hal pembacaan oleh umat.

Saya pernah berpikir naif tentang sistem informasi. Harari menolak pandangan-naif tentang informasi. Pada akhirnya, saya juga menolak pandangan-naif ini. Sekitar 30 tahun yang lalu, saya mengikuti kuliah tentang sistem informasi dari Prof Suhono dan Prof Armein. Kuliah sistem informasi ini sangat mempesona. Segala kehidupan kita melibatkan informasi; kita bisa berkomunikasi melalui informasi; informasi bisa kita kendalikan secara efisien, aman, dan produktif melalui teori informasi dan teknologi informasi. Beberapa tahun kemudian, kita menyaksikan pertumbuhan informasi yang dahsyat melalui internet sampai AI.

Saya diskusi ke Prof Suhono, “Saya punya ide bahwa ketika seseorang memiliki informasi yang lengkap maka dia akan mengambil keputusan dengan lebih baik.”

Prof Suhono berpikir sejenak lalu menjawab, “Menarik, Gus. Coba kamu kaji lebih mendalam lagi.”

Saya memikirkan lebih dalam jawaban Prof Suhono itu. Beberapa hari kemudian, saya terbersit kisah Nabi Adam dengan Iblis. Nabi Adam jelas cerdas. Iblis lebih banyak ilmu, pengalaman, dan informasi. Dengan banyaknya informasi yang dimilikinya, Iblis tetap bisa terjerumus dalam kesalahan. Iblis tetap bisa tidak bijak.

Saya menolak pandangan-naif tentang informasi. Harari juga menolak pandangan-naif. Bagi saya, sangat menggoda untuk meluaskan pandangan naif ke bidang keuangan, ekonomi, kekayaan, politik, teknologi, kekuasaan, dan lain-lain. Tentu saja, kita perlu menolak masing-masing pandangan-naif itu dengan konteks yang tepat.

Harari khawatir bahwa AI (artificial intellegence) akan mampu menciptakan fiksi, menjalin narasi, dan meraih semua informasi. AI bisa mengalahkan manusia pada tahun 2035; lebih awal dari perkiraan singularitas tahun 2045 oleh Kurzweil.

“In the book’s opening section, Harari sets out to refute what he calls the “naive view of information.” This is the idea that when humans gather more information, they have a greater share of truth, which will in turn bring them greater wisdom and greater power. To the contrary, Harari argues, there is no correlation at all between information, truth and the ability to hold sway over other people. What binds human information networks together is not primarily the truth but stories. This is why religions have been so successful over the millennia, even if they seem ripe for disproving. Religions “work” not because they convey the truth but because they keep a large and often widely dispersed network of people connected, both to one another and to the story they all tell.”

“Pada bagian pembuka buku, Harari berusaha membantah apa yang disebutnya sebagai “pandangan naif terhadap informasi.” Ini adalah gagasan bahwa ketika manusia mengumpulkan lebih banyak informasi, mereka memiliki lebih banyak kebenaran, yang pada gilirannya akan memberi mereka kebijaksanaan dan kekuatan yang lebih besar. Sebaliknya, Harari berpendapat, tidak ada korelasi sama sekali antara informasi, kebenaran, dan kemampuan untuk memengaruhi orang lain. Yang mengikat jaringan informasi manusia bukanlah kebenaran, melainkan cerita. Inilah sebabnya mengapa agama telah begitu sukses selama ribuan tahun, meskipun tampaknya agama itu siap untuk dibantah. Agama “berhasil” bukan karena menyampaikan kebenaran, tetapi karena menjaga jaringan orang dalam jumlah besar dan sering kali tersebar luas agar tetap terhubung, baik satu sama lain maupun dengan cerita yang mereka ceritakan.”

Narasi sangat penting bagi umat manusia. Agama adalah narasi yang amat penting. Agama adalah narasi kebenaran. Meski, Harari sering menyebutnya sebagai fiksi. Saya berniat akan melanjutkan pembahasan ini di tulisan berikutnya.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar