Terpesona. Aku terpesona oleh buku Harari. Buku Sapiens sangat mempesona; buku Nexus, terbit September 2024, makin mempesona. Tetapi, aku tidak setuju dengan Harari dalam banyak hal. Apa saja itu? Sulit untuk mengungkapkan dengan kata-kata. Sampai, akhirnya, aku baca ulang buku Niet (Nietzsche) yang berjudul: Beyond Good and Evil.
Aku tidak setuju dengan Harari karena Harari beda dengan Niet; dan beda dengan aku. Jadi, kami memang berbeda. Hanya saja, aku menjadi lebih mudah memahami dengan menyandingkan AHN: Aku, Harari, Niet.

Harari membahas tentang manusia, homo sapiens; Niet tentu saja membahas manusia juga. Harari membahas sejarah; Niet lebih awal mengkaji sejarah. Harari membahas AI = artificial intelleigence = alien intelligence; Niet membahas superhuman. Mana lebih unggul?
1. Sang Pemenang
2. Manusia Sejarah
3. Utamakan Akhlak Mulia
Superhuman adalah sang pemenang; human-alien intelligence adalah pemenang. Dari dulu, sampai masa kini, para pemenang menentukan arah sejarah; benarkah? Apa tujuan untuk menjadi pemenang? Apa tujuan seluruh alam semesta? Apa tujuan seluruh realitas eksistensi? Tujuannya: mengutamakan akhlak mulia.
1. Sang Pemenang
Harari yakin bahwa manusia, yaitu homo sapiens, adalah pemenang. Niet agak skeptis. Hanya manusia tertentu yang jadi pemenang; pemenang adalah mereka yang sekualitas Zaratusta; manusia spiritual yang turun gunung untuk membimbing umat manusia.
Niet lebih jujur dari Harari; banyak orang yang kalah. Kita perlu membela orang kalah; orang kalah jangan dihina; dengan cinta, kita bangunkan.
Apa makna-pemenang? Konsep superhuman dari Niet lebih bagus dari human-alien intelligence Harari.
2. Manusia Sejarah
Ketika manusia menang, sebagai homo sapiens, mereka menyingkirkan lawan-lawannya, menurut Harari. Manusia membuka hutan menjadi perumahan. Akibatnya, pohon-pohon musnah; beragam jenis binatang di hutan mati atau pergi. Manusia mengukir sejarah sebagai pemenang.
Catatan sejarah penaklukan oleh Mesir, Persia, Cina, Romawi, Sekutu, dan lain-lain menentukan arah sejarah. Penaklukan ini berdampak kehancuran banyak pihak; misal Hirosima Nagasaki menjadi hancur akibat bom atom oleh US dan sekutunya.
Niet berbeda dengan Harari. Pemenang yang mengukir sejarah adalah superhuman semisal Zaratusta. Sebagai guru spiritual yang bahagia di kuil puncak gunung, Zaratusta rela berkorban untuk mendidik peradaban umat manusia dengan cara turun gunung. Zaratusta mengalami beragam kesulitan menghadapi orang-orang pasar yang terlanjur banal. Zaratusta pantang menyerah; nikmat atau sakit, tetap dilalui untuk mengukir sejarah peradaban umat manusia.
Suatu ketika Nietzsche ke pasar; bukan Zaratusta tapi Niet. Dia melihat seekor kuda yang dicambuk oleh tuan karena kuda tidak nurut. Niet teriak agar tuan berhenti mencambuk kuda. Tapi tuan melanjutkan cambukan. Niet dengan cepat memeluk kuda itu. Sehingga, cambuk tidak mengenai kuda tapi mengenai badan Niet. Dia pingsan; bukan karena cambukan, melainkan karena ikut merasakan derita sang kuda.
Bagi Niet, pahlawan yang gugur di medan perang adalah superhuman yang mengukir sejarah. Ayah yang rela mengorbankan diri demi keselamatan anaknya adalah superhuman. Anda yang menderita represi oleh penguasa lalim adalah superhuman. Tentu saja, Soekarno sang proklamator juga superhuman; Habibie sang inovator teknologi juga superhuman. Mereka menentukan arah sejarah.
Saya lebih setuju konsep superhuman Niet dari pada human-alien intelligence Harari; lebih setuju lagi dengan insan kamil dari Ibnu Arabi.
3. Utamakan Akhlak Mulia
Ke mana arah sejarah?
Ke arah human-alien intelligence menurut Harari; ke arah superhuman menurut Niet.
Mengapa Niet menggunakan istilah baru berupa superhuman? Padahal sudah tersedia konsep manusia-moral dari Kant; insan kamil dari Ibnu Arabi Al Jili; khalifah bumi dari kanjeng Nabi.
Saya menduga karena di jaman Niet, banyak konsep-konsep penting sudah berubah menjadi dogmatisme. Niet memandang perlu mengusir sikap dogmatis dengan istilah baru: superhuman yang melampaui pandangan umum tentang baik dan jahat. Superhuman tetap mengejar dirinya untuk menjadi superhuman dengan mengutamakan akhlak mulia.
4. Diskusi
Secaya singkat, saya berbeda dengan Harari karena Harari tidak tampak serius mengutamakan superhuman dengan akhlak mulia. Harari justru terasa membela sang pemenang; sang penakluk yaitu human-alien intelligence.
Saya mengutamakan akhlak mulia; mengajak setiap orang untuk menjadi superhuman atau insan kamil dengan akhlak mulia.
Bagaimana menurut Anda?

Tinggalkan komentar