Surga Dunia: Apa Nikmatnya?

“Nikmat banget ya, hidup di surga bersama bidadari terus-menerus?”
“Apa tidak bosan terus-terusan bersama bidadari?” teman lain di wag menimpali.
“Bidadarinya banyak, berganti-ganti; jadi tidak akan bosan,” argumen dia di wag.

Saya tidak bisa komen dalam diskusi wag itu karena terpana. Tapi hari ini saya bisa komen tentang nikmatnya surga dunia. Teknologi AI akan mampu menciptakan surga di dunia ini. Apa nikmatnya hidup di surga dunia bersama AI? Segala yang anda butuhkan akan disediakan oleh AI. Anda tidak perlu kerja karena AI bekerja untuk Anda; tidak perlu berpikir karena AI berpikir untuk Anda; tidak perlu melakukan apa pun karena AI melakukannya untuk Anda. Apakah Anda naksir ke artis seksi bernama Madona? AI akan menyediakan Madona untuk Anda.

Apakah AI akan benar-benar menciptakan surga dunia? Atau, justru menciptakan neraka dunia? Atau, kadang surga dan kadang neraka? Memandang teknologi sebagai bersifat netral adalah cara pandang paling buruk menurut Heidegger.

1. Prospek AI
2. Postwork
3. Postinstrumen
4. Narasi AI
5. Diskusi

Kita akan melihat prospek AI secara optimis; meski bisa juga secara kritis. Kemudian, AI mengantar manusia ke era post-work, atau pasca-kerja, yaitu manusia tidak perlu kerja lagi karena AI sudah bekerja untuk manusia. Era post-instrumen lebih radikal lagi yaitu AI sudah bisa bekerja lebih baik dari manusia. Jadi, bukan hanya manusia tidak perlu kerja tetapi kerja AI memang lebih baik. Di bagian akhir, kita akan diskusi tentang narasi AI.

1. Prospek AI

Kurzweil (1948) memprediksi AI akan lebih cerdas dari manusia pada tahun 2029; lima tahun lagi. Kemudian, terjadi singularitas AI pada tahun 2045. Singularitas adalah metafora kejadian di mana kehebatan AI sudah tidak bisa dibayangkan oleh akal manusia jaman kita ini. Singkatnya, AI berhasil menciptakan surga dunia.

Berapa usia Anda ketika singularitas di 2045?

Tidak perlu khawatir. Karena, ketika singularitas, AI akan mampu membuat Anda muda kembali meski sudah terlanjur tua di 2045. Kemudian, Anda bisa hidup abadi; tanpa menua; tanpa mati.

Apa nikmatnya hidup di surga dunia?

2. Postwork

Fenomena pertama yang muncul adalah postwork; pascakerja; yaitu manusia tidak perlu kerja lagi. Nick Bostrom (1973) memberi ilustrasi menarik tentang fenomena postwork dalam bukunya Deep Utopia. AI yang supercerdas menggantikan semua tugas manusia. Kita, manusia, tinggal menikmati hasil kerja oleh AI ini bagai hidup di surga dunia.

Bayangkan Anda, saat ini, berdesak-desakan kerja di kota Jakarta. Anda bangun tidur sebelum subuh; lalu berangkat ke kantor pukul 04.00 wib. Tiba di kantor pukul 06.00 wib atau lebih pagi. Tetapi, Anda tidak bisa berangkat lebih lambat; misal agak siang pukul 05.00. Begitu Anda kesiangan, maka terjebak macet kota Jakarta dan tiba kantor terlambat bisa pukul 9 atau 10. Pulang kerja, seharusnya Anda bisa pulang pukul 5 sore tetapi Jakarta sangat macet. Anda perlu menunda pulang pukul 7 malam; tiba rumah sekitar pukul 9 malam. Anak-anak sudah tidur dan istri sudah capek sibuk seharian.

Di era postwork, warga Jakarta tidak perlu sibuk kerja lagi; Anda tidak perlu sibuk kerja. Biarkan AI bekerja untuk Anda. Manusia tinggal menikmati hasil kerja oleh AI bagai hidup di surga dunia.

3. Postinstrumen

Kita tidak perlu kerja lagi. Bahkan sebaiknya, memang tidak lagi kerja. Karena pekerjaan kita, sebagai manusia, berkualitas buruk. AI mampu bekerja lebih efisien dan lebih efektif. Pekerjaan oleh AI lebih berkualitas dari manusia. Era ini disebut sebagai postinstrumen.

Bila ada orang yang ingin bekerja maka dia harus dicegah. Karena kerja manusia berkualitas rendah berdampak turunnya kualitas keseluruhan sistem postinstrumen. Jadi, Anda dan saya hanya perlu menikmati hidup bagai di surga dunia.

Lalu, apa nikmatnya hidup di surga dunia seperti itu?

Saya menduga bahwa manusia akan menghadapi kebosanan luar biasa. Jangan khawatir! AI bisa menghibur Anda; menyelesaikan problem kebosanan itu. AI bisa mengajak Anda main catur yang seru; AI bisa mengajak Anda main game bersama teman-teman Anda dengan kualitas suara dan grafis paling canggih. Atau, Anda ingin bersenda-gurau bersama bidadari? AI menghadirkan avatar bidadari mengikuti liarnya imajinasi Anda. Atau, AI bisa lebih liar dari segala imajinasi yang liar.

Atau, Anda kangen dengan ibu dan bapak yang sudah meninggal dunia? AI bisa menghidupkan kembali ibu dan bapak Anda. Begitu bahagianya bercengkerama dengan ibu dan bapak tercinta. Atau, Anda ingin ibadah haji? AI siap mengantar Anda ibadah haji lengkap dengan pengalaman ruhani yang suci.

Wow… benarkah surga itu terjadi di bumi ini?

4. Narasi AI

Saya mengusulkan tiga narasi utama AI: [a] AI bagai kopi hangat; [b] AI bagai rokok nikmat; [c] AI bagai ganja menggoda pesona. Teman-teman sering menambahkan narasi AI bagai air bening dan AI lebih bahaya dari bom atom. Apa narasi paling tepat bagi AI?

5. Diskusi

Bagaimana menurut Anda?

Kita bisa diskusi dari banyak sisi. Era postinstrumen bisa kita sebut sebagai surga dunia; atau lebih singkat sebagai surga. Apakah manusia bisa hidup bermakna di surga dunia? Bagaimana cara manusia menemukan, atau menciptakan, makna? Atau, apakah perlu makna?

5.1 Masalah Dunia

Banyak masalah di dunia ini; kita menghadapi banyak kesulitan; sesaat ada solusi, kemudian, masalah muncul lagi. Di buku “Futuristik 2,” saya menyebut kesulitan sebagai anugerah yang lebih tinggi dari kemudahan.

Sulit lebih bernilai dari mudah; sakit lebih bernilai dari sehat; miskin lebih bernilai dari kaya; gagal lebih bernilai dari sukses; masalah lebih bernilai dari jawaban; pertanyaan lebih bernilai dari solusi.

Meski demikian, solusi tetap bernilai tinggi. Manusia bertugas untuk menemukan solusi dari setiap masalah; untuk kemudian, akan menemukan masalah baru yang lebih tinggi lagi. Jadi, masalah bernilai lebih tinggi dari solusi; meski solusi tetap bernilai tinggi.

Bila demikian, hidup kita saat ini, di dunia ini lebih bernilai dari hidup di surga dunia postinstrumen. Karena, di surga dunia, tidak ada masalah. Sementara, kita butuh masalah sebagai bernilai tinggi.

Bagaimana pun banyak orang meyakini bahwa solusi lebih bernilai dari masalah; kemudahan lebih bernilai dari kesulitan. Sehingga, hidup di surga dunia lebih bernilai dari hidup di dunia yang bertabur masalah ini. Karena itu, kita perlu membahas makna di surga dunia postinstrumen.

5.2 Makna Surga Dunia

Surga dunia berupa postinstrumen menawarkan pesona kenikmatan tiada tara dengan bantuan AI yang super cerdas. Tentu saja, banyak manusia, terpuaskan dengan nikmatnya makanan mewah, nikmatnya teknologi canggih, nikmatnya bergembira bersama bidadari, nikmatnya petualangan game tanpa henti, dan beragam kenikmatan lainnya.

Apakah hidup penuh kenikmatan surga dunia itu bermakna?

Kenikmatan lebih penting dari segalanya; kenikmatan lebih penting dari makna. Di surga dunia, manusia hidup bahagia dengan bertabur segala kenikmatan. Tidak ada lagi yang dibutuhkan selain kenikmatan yang selalu tersedia oleh AI di postinstrumen.

Sebagian orang tidak setuju bahwa berlimpahnya kenikmatan sebagai cukup. Manusia membutuhkan makna lebih dari nikmat itu sendiri. Bagi orang-orang seperti ini, mereka perlu mencari makna dalam ombak besar kenikmatan surga dunia. Beberapa alternatif sumber makna yang tersedia adalah: melibatkan diri dalam petualangan game; bertanding dalam hobi olahraga; barangkali petualangan judi online; dan menikmati karya seni tanpa henti.

Game Petualangan

Olahraga

Judi

Seni

5.3 Pesona Surga

Kita bisa belajar dari orang-orang bijak masa lalu. Benar bahwa surga menawarkan beragam kenikmatan sensual. Lebih dari itu, beberapa orang khusus melangkah lebih jauh dari pesona kenikmatan sensual. Mereka mengarungi pesona intelektual dan pesona spiritual.

Hidup di surga dunia, postinstrumen, menawarkan pesona intelektual dan pesona spiritual; atau beberapa orang ini sengaja mengejar, dan menciptakan, pesona intelektual spiritual.

5.4 Maha Futuristik

Tuhan Maha Esa, Maha Awal, dan Maha Akhir. Di surga dunia atau pun surga sejati, manusia tetap rindu kepada Tuhan Maha Akhir atau Maha Futuristik. Dengan demikian, makna terindah hidup di dunia dan di surga adalah pancaran cahaya Tuhan Maha Esa.

5.5 AI Menuju Surga

Benarkah AI akan mengantarkan manusia ke surga dunia? Postinstrumen?

Andai AI berhasil menciptakan surga dunia maka apakah surga untuk semua manusia atau khusus bagi orang kaya?

Sayangnya, teknologi canggih yang super mahal itu hanya khusus untuk orang kaya. Handphone paling canggih hanya untuk orang kaya; orang miskin tidak mampu beli. Mobil listrik paling canggih hanya untuk orang kaya; gelandangan tidak mampu beli. Andai, surga bernama postinstrumen itu terjadi, maka hanya akan khusus untuk orang kaya.

Janji para politikus untuk pemerataan ekonomi dan pemerataan politik tidak terjadi sampai tahun ini, sampai tahun 2024 ini. Banyak pihak lemah yang tertindas. Jika postinstrumen hanya mempertajam penindasan maka sebaiknya postinstrumen dicegah sejak awal.

Apakah surga dunia, postinstrumen, itu benar-benar bisa terjadi? Apakah AI bisa memberi solusi kepada setiap situasi? Sehingga, manusia bisa hidup bagai di surga?

Postinstrumen itu tidak bisa terjadi; setidaknya dalam waktu 50 tahun ke depan, tidak akan ada surga dunia bernama postinstrumen. Mengapa? Karena, manusia adalah masalah itu sendiri. Andai, suatu saat nanti, AI berhasil memberi semua solusi maka manusia akan memunculkan problem baru lagi; begitu seterusnya. Sehingga, surga dunia tidak akan pernah terjadi.

Di sisi lain, kita perlu waspada dengan narasi AI karena AI bisa saja mirip ganja yang menaburkan berjuta pesona khayal belaka. Bagaimana pun, ganja tetap memberi manfaat. Demikian juga, AI tetap memberi manfaat dalam konteks tertentu.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar