Bertahun-tahun saya heran. Saya mengajukan pertanyaan, “Mengapa beberapa filsuf hidup bahagia penuh makna? Sementara, beberapa filsuf lain hidup penuh derita sampai bunuh diri?”
Beberapa bulan lalu, filsuf etika asal Australia mati di jurang; diduga bunuh diri. Beberapa pekan sebelum kejadian, ia terlibat kasus asusila. Bagaimana hal itu bisa terjadi?
Saya menemukan jawaban bahkan jalan keluar: filsafat sebagai way of life.

Filsafat sebagai way of life adalah solusi dari pertanyaan-pertanyaan saya. Solusi ini tampak mudah saja. Tetapi, sekaligus, menjadi solusi paling sulit. Way of life menuntut kita untuk menjalankan ajaran filsafat secara nyata; bukan sekedar teori abstrak belaka.
Untung saja bulan Februari 2025 ini, kita memperoleh anugerah besar: terbit buku Filsafat sebagai Way of Life (FWL) karya Allahyarham Prof Jalaluddin Rakhmat. Sebuah buku yang penuh inspirasi dengan nilai intelektual spiritual yang sangat tinggi. Sebelum membaca FWL karya Prof Rakhmat (1949 – 2021), saya sudah membaca FWL karya Prof Hadot (1922 – 2010) dengan judul yang sama. Kedua tokoh ini menulis buku dengan judul yang sama tetapi pendekatan berbeda; saling melengkapi. Saat ini, saya ingin membaca filsafat teknologi dengan kaca mata FWL: filsafat teknologi sebagai way of life.
1. Way of Life
2. Filsafat Teknologi
3. Ghazali
4. Pemikiran Indonesia
5. Diskusi
Anda akan merasakan bahwa filsafat begitu mempesona dengan membaca FWL karya Prof Rakhmat ini. Filsafat menjadi ajaran hidup sehari-hari. Prof Rakhmat, atau Prof Jalal, memulai dengan kisah Diogenes yang ugal-ugalan sebagai tokoh filsafat kinisme. Bahkan, Kaisar Aleksander yang agung terpesona ingin menjadi Diogenes. Sebaliknya, Diogenes ingin menjadi Diogenes saja. Aleksander adalah orang terkaya di jamannya; Diogenes adalah orang termiskin di jaman yang sama. Mengapa Aleksander ingin jadi Diogenes?
1. Way of Life
Kata “way of life” bermakna “jalan hidup”; Filsafat sebagai Way of Life adalah filsafat sebagai jalan hidup. Orang tua kita dulu menyebutnya, “elmu iku laku.”
Ilmu menjadi bernilai karena jadi laku; jadi perilaku yang nyata. Filsafat menjadi bermakna bila sebagai way of life.
2. Filsafat Teknologi
Puncak dari filsafat adalah kajian metafisika; saat ini, puncak dari metafisika adalah teknologi. Jadi, puncak dari filsafat adalah teknologi. Dengan demikian, kita perlu menjadikan teknologi sebagai way of life? Bagaimana caranya?
Sayangnya, sering terjadi, teknologi menjadi penjara bagi manusia. Teknologi adalah framing yang mencengkeram manusia. AI (akal imitasi) menjadikan generasi muda malas berpikir. Para siswa berpikir pendek mengandalkan AI yang serba cepat. Banyak siswa SMA, saat ini, tidak bisa menghitung 4 x 7 hasilnya berapa.
Orang dewasa sama saja; dalam cengkeraman penjara teknologi; terutama teknologi angka berupa uang atau harta atau kuasa. Orang hidup hari demi hari dikendalikan oleh uang; dikendalikan oleh angka-angka belaka.
Kita perlu mengembalikan teknologi pada posisi yang tepat: teknologi sebagai way of life; teknologi iku laku. Bagaimana caranya? Cara pertama: bacalah buku FWL.
3. Ghazali
Prof Jalal membahas filsafat atau hikmah dari Al Ghazali dengan sangat indah.
Saya setuju bahwa Ghazali adalah pemikir besar yang luar biasa: hujatul Islam; Sang Pembela Islam. Cendekiawan membaca Ghazali akan mendapat inspirasi. Orang awam membaca Ghazali menjadikan hidup penuh arti. Siapa pun Anda bisa mendapat pelajaran berharga dari Ghazali.
Menariknya, Prof Jalal menyandingkan Ghazali dengan Martha Nussbaum (lahir 6 Mei 1947); pemikir Amerika yang memperoleh penghargaan internasional atas karya-karyanya. Mereka (Ghazali, Nussbaum, dan Prof Jalal) sering mengawali pembahasan dengan kisah inspiratif. Ghazali mengawali pembahasan dengan kisah sufi atau para sahabat Nabi. Nussbaum mengawali pembahasan dengan kisah mitologi dewa Yunani. Kisah-kisah ini menyentuh hati para pembaca. Laku paling utama adalah memberi maaf kepada semua; memberi maaf sebagai way of life bagi kita.
Sudahkah Anda memaafkan saudara-saudara? Sudahkah Anda memaafkan teman-teman? Sudahkah Anda memaafkan pasangan? Sudahkah Anda memaafkan orang tua? Sudahkah Anda memaafkan anak-anak? Sudahkah Anda memaafkan tetangga? Sudahkah Anda memaafkan semua?
4. Pemikiran Indonesia
Bagaimana perkembangan pemikiran di Indonesia saat ini? Buku FWL karya Prof Jalal adalah perkembangan mutakhir pemikiran Indonesia. Kini, tugas kita mengembangkan pemikiran Indonesia lebih jauh lagi.
5. Diskusi
Bagaimana menurut Anda?

Tinggalkan komentar