Boethius (480 – 524) adalah pemuda cemerlang yang sukses sejak muda. Nasib berbalik dengan cepat ketika di usia 43, Boethius dituduh sebagai pengkhianat negara sehingga divonis mati. Boethius punya waktu beberapa bulan, hampir setahun, di dalam penjara untuk menuliskan maha karya: Consolation of Philosophy.

Di masa kecil, Boethius dengan cepat menguasai bahasa Latin dan Yunani. Boethius berhasil menerjemahkan dari Yunani ke Latin karya Plato, Aristo, dan Neo-Platonis. Dengan demikian, Boethius berhasil menguasai nyaris seluruh aliran pemikiran utama sampai jaman itu.
1. Kebaikan
2. Sebab Akhir
3. Kebahagiaan
4. Takdir
5. Freedom
6. Diskusi
Apa yang ditulis oleh Boethius dalam sisa umurnya yang hanya beberapa bulan dalam penjara; menunggu hukuman mati? Boethius ekskusi hukuman mati di usia 44 tahun.
1. Kebaikan
“The first distinguishes between the ornamental goods of fortune, which are of very limited value—riches, status, power and sensual pleasure—and the true goods: the virtues and also sufficiency, which is what those who seek riches, status and power really desire.”
“Pertama membedakan antara kebaikan permukaan, yang nilainya sangat terbatas—kekayaan, status, kekuasaan, dan kenikmatan sensual—dan kebaikan sejati: kebajikan dan juga kecukupan, yang merupakan apa yang benar-benar diinginkan oleh mereka yang mencari kekayaan, status, dan kekuasaan.”
Kebaikan Tertinggi
“Philosophy’s second line of argument is based on a simple view of the highest good. … Philosophy shows that the perfect good and perfect happiness are not merely in God: they are God. Perfect happiness is therefore completely untouched by changes in earthly fortune, however drastic.”
“”Argumen kedua Filosofi didasarkan pada pandangan sederhana tentang kebaikan tertinggi. … Filosofi menunjukkan bahwa kebaikan sempurna dan kebahagiaan sempurna tidak hanya ada di dalam Tuhan: keduanya adalah Tuhan. Oleh karena itu, kebahagiaan sempurna sama sekali tidak terpengaruh oleh perubahan dalam nasib duniawi, betapapun drastisnya.”
2. Sebab Akhir
“Philosophy now goes on (III.11–12) to explain how God rules the universe. He does so by acting as a final cause. He is the good which all things desire, and so he functions as ‘a helm and rudder, by which the fabric of the world is kept stable and without decay.’ “
“Filosofi kini melanjutkan (III.11–12) untuk menjelaskan bagaimana Tuhan mengatur alam semesta. Dia melakukannya dengan bertindak sebagai penyebab akhir. Dia adalah kebaikan yang diinginkan semua hal, dan karenanya Dia berfungsi sebagai ‘kemudi dari kemudi, yang dengannya tatanan dunia tetap stabil dan tidak rusak.’ “
3. Kebahagiaan
“In Book IV.1–4, Philosophy shows, drawing on Plato’s Gorgias, that the evil do not really prosper and they are in fact powerless. Her central argument is that what everyone wants is happiness, and happiness is identical with the good.”
“Dalam Buku IV.1–4, Filosofi menunjukkan, dengan mengacu pada Gorgias Plato, bahwa kejahatan tidak benar-benar tumbuh dan mereka sebenarnya tidak berdaya. Argumen utamanya adalah bahwa yang diinginkan setiap orang adalah kebahagiaan, dan kebahagiaan identik dengan kebaikan.”
4. Takdir
“Divine providence is the unified view in God’s mind of the course of events which, unfolded in time, is called ‘fate’, and everything which takes place on earth is part of God’s providence.”
“Karunia ilahi adalah pandangan terpadu dalam pikiran Tuhan tentang jalannya peristiwa yang terungkap dalam waktu, yang disebut ‘takdir’, dan segala sesuatu yang terjadi di bumi adalah bagian dari karunia Tuhan.”
5. Freedom
“Philosophy’s solution is to argue (V.2) that rational acts of volition, unlike all external events, do not themselves belong to the causal chain of fate. This freedom, however, is enjoyed only by ‘the divine and supernal substances’ and by human beings engaged in the contemplation of God.”
“Solusi Filosofi adalah dengan mengemukakan (V.2) bahwa tindakan kehendak yang rasional, tidak seperti semua peristiwa eksternal, tidak termasuk dalam rantai kausal takdir. Namun, kebebasan ini hanya dinikmati oleh ‘substansi ilahi dan supernal’ dan oleh manusia yang terlibat dalam perenungan tentang Tuhan.”
6. Diskusi
Bagaimana menurut Anda?

Tinggalkan komentar