“Tidak. Indonesia tidak baik-baik saja di era Prabowo ini,” teriak Wija seorang mahasiswa.
“Santai Wi…,” balas Iwan seorang cendekiawan yang sudah beruban, “setiap situasi ada sisi baik dan sisi buruknya.”
“Memang tidak baik-baik saja, negara kita,” tambah Rini yang menguatkan Wija.
“Kita perlu memandang Indonesia dari kaca mata meritokrasi, oligarki, dan demokrasi,” Iwan tampak tetap melanjutkan diskusi.

Iwan yang hidup puluhan tahun di negara Gemaripa, sebagai cendekiawan, mampu melihat Indonesia dari jarak jauh. Wija dan Rini adalah mahasiswa di Gemaripa merasa gemas dengan situasi Indonesia. Bagaimana dengan kita, rakyat Indonesia, yang hidup setiap detik di bumi Indonesia tercinta?
1. Danantara dan MBG
2. Demokrasi
3. Meritokrasi
4. Oligarki
5. Diskusi
Jokowi pernah mengusulkan agar diterapkan sistem merit (atau meritokrasi) di jaman ia jadi Presiden. Apakah Prabowo mendukung meritokrasi? Meritokrasi tampak indah tetapi merupakan jebakan yang mengerikan bagi umat manusia.
Lebaran 2025 ini, saya bertemu teman di Jogja. “Saya memilih Prabowo 3 kali berturut-turut. Setelah kalah 2 kali oleh Jokowi, akhirnya, Prabowo menang jadi presiden,” kata teman saya.
“Gus, kamu akan jadi orang sukses di era Prabowo ini,” ia melanjutkan.
“Kok bisa?”
“Lihatlah, Prabowo mengisi kabinetnya dengan menteri-menteri berkualitas. Jabatan penting hanya diisi oleh orang-orang berprestasi tinggi,” ia menjelaskan.
“Lalu?”
“Kamu kan orang berprestasi. Kamu akan ditunjuk Prabowo mengisi jabatan tinggi.”
Saya mengangguk; mencoba untuk memahaminya. Apakah memang seperti itu? Saya tidak paham itu.
1. Danantara dan MBG
Gebrakan besar Prabowo adalah makan bergizi gratis (MBG) dan pembentukan Danantara setelah melakukan efisiensi sampai ratusan trilyun rupiah itu.
Apakah MBG dan Danantara baik-baik saja? Atau memperburuk Indonesia?
Bagi Iwan, Danantara lebih hebat dari Nurtanio yaitu perusahaan produsen pesawat terbang yang dipimpin Menristek Habibie di era Orde Baru dengan presiden Soeharto. Iwan memprediksi Danantara akan berhasil profit ratusan trilyun rupiah tiap tahun. Sementara, Nurtanio merugi jutaan rupiah bertahun-tahun. Tetapi, Soeharto butuh Nurtanio sebagaimana Prabowo butuh Danantara menurut Iwan.
“Karena Pertamina kemudian menghadapi sejumlah masalah, pada tanggal 26 April 1976, semua aset milik divisi ATTP, Lipnur, dan TNI Angkatan Udara yang berkaitan dengan industri pesawat terbang kemudian dijadikan modal untuk mendirikan PT Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN). B.J. Habibie lalu ditunjuk sebagai direktur utama IPTN. Setelah semua fasilitas fisik selesai dibangun, IPTN pun diresmikan oleh Presiden Soeharto pada bulan Agustus 1976. Pada tanggal 11 Oktober 1985, nama perusahaan ini diubah menjadi “PT Industri Pesawat Terbang Nusantara”, dan pada tanggal 24 Agustus 2000, nama perusahaan ini kembali diubah menjadi seperti sekarang (PT Dirgantara Indonesia).” (Wikipedia).
Soeharto berhasil memperkaya saudara-saudaranya dengan cara KKN – korupsi, kolusi, nepotisme. Rakyat sadar bahwa diri mereka makin miskin. Cendekiawan dan seniman memberontak kepada Soeharto; tentu saja, mahasiswa demo di berbagai tempat. Mereka semua dibungkam oleh Soeharto dengan kekuatan militer berupa dwi-fungsi ABRI.
Bagaimana pun, kritik pedas dari para cendekiawan tetap terdengar di telinga rakyat dan di telinga Soeharto; meski lirih, cukup membuat risih. Nurtanio berhasil membungkam semua kritik yang tersisa. Nurtanio adalah sukses besar bangsa Indonesia yang dipimpin presiden Soeharto. Hanya Indonesia yang mampu memproduksi pesawat terbang melalui Nurtanio. Brunei bisa saja kaya karena berlimpah minyak tetapi Brunei tidak mampu memproduksi pesawat terbang. Indonesia kaya akan minyak dan mampu memproduksi pesawat terbang. Singapura boleh bangga sebagai negara maju tetapi tidak mampu produksi pesawat. Indonesia adalah negara maju seperti Singapura dan Indonesia mampu produksi pesawat terbang lebih hebat dari Singapura.
Orde Baru berpasangan mesra dengan Nurtanio berhasil mengantar Habibie menjadi wakil Presiden 1998 dengan Presiden Soeharto; berlanjut Habibie menjadi Presiden.
Iwan membaca bahwa Prabowo membutuhkan Danantara lebih dari Soeharto membutuhkan Nurtanio. Apakah Anda setuju dengan Iwan yang melihat dari Gemaripa?
“Jadi, Indonesia sedang tidak baik-baik saja,” Wija menyela, “kita harus menuntut keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.”
Iwan merespon dengan senyum tenang dan melanjutkan membahas demokrasi.
2. Demokrasi
Prabowo terpilih menjadi presiden dengan suara 58% ketika pilpres 2024 secara demokratis. Tetapi, riset internasional menunjukkan bahwa demokrasi di Indonesia adalah cacat; kebebasan berpendapat dicengkeram sehingga cacat; politik uang secara lembut menjadikan demokrasi cacat; hoaks dan suara keras buzzer membanjiri media sehingga cacat.
Apakah demokrasi di Indonesia baik-baik saja?
3. Meritokrasi
Meritokrasi adalah buruk; sistem merit adalah jahat. Sejak awal, meritokrasi adalah sistem yang salah. Young menulis buku “The Rise of Meritocracy” pada tahun 1958 yang menunjukkan bahwa meritokrasi adalah jahat. Anehnya, orang-orang mengutip buku Young itu untuk mendukung meritokrasi; secara jahat.
Di Indonesia terjadi meritokrasi, apakah itu baik-baik saja? Atau berbahaya?
Meritokrasi adalah sistem yang memberi imbalan, finansial atau jabatan, kepada individu yang berprestasi. Meritokrasi jahat tetapi tidak untuk ditolak; meritokrasi perlu dilampaui; kita butuh yang lebih baik dari sekadar jebakan meritokrasi.
Meritokrasi menjebak masyarakat menjadi oligarki.
4. Oligarki
Oligarki jelas buruk. Versi terbaik dari oligarki adalah aristokrasi yaitu para bangsawan dan cendekiawan memimpin suatu negara untuk kebaikan seluruh umat. Sementara, oligarki adalah sekelompok orang memimpin suatu negara demi kepentingan kelompok mereka sendiri; untuk kepentingan kroni mereka sendiri; memang buruk oligarki ini. Mereka sayang kepada saudara kandung tetapi kejam ke saudara tiri. Parahnya, sebagain besar orang tentu bukan saudara kandung; bahkan bukan pula saudara tiri; mereka adalah rakyat biasa.
Apakah oligarki terjadi di Indonesia? Seberapa parah?
5. Diskusi
Bagaimana menurut Anda?
Wija ingin demo besar-besaran untuk mengubah kebijakan Prabowo agar mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Iwan mengingatkan bahwa tujuan yang baik perlu melalui proses yang baik juga.

Tinggalkan komentar