Severino: Kebenaran Abadi bukan Ilusi

Pada usia 18 tahun, Severino (di tahun 1947) menulis disertasi tentang Heidegger dan Metafisika. Sejak itu, Severino menjadi filsuf hebat asal Itali. Heidegger sendiri sampai membahas pemikiran Severino yang merespon konsep dasein.

Heidegger menunjukkan bahwa manusia gelisah karena akan menghadapi kematian yang pasti. Severino meyakinkan bahwa manusia yang baik adalah abadi; manusia tidak hilang akibat mati; manusia itu abadi.

1. Nihilisme
2. Wujud Abadi
3. Being – Appear – Appearing/Ilusi
4. Diskusi

Severino (1929 – 2020) sepakat dengan Heidegger (1889 – 1976) bahwa problem dari umat manusia adalah nihilisme: kehampaan yang mendera. Teknologi dan sains mengantar kepada nihilisme; kekayaan dan foya-foya adalah nihilisme; mabuk dan korupsi adalah nihilisme. Manusia perlu menangani nihilisme dengan baik agar menjadi kebenaran abadi; sejatinya, manusia dan alam adalah limpahan kebenaran sejati yang abadi.

“The concrete appearing of truth therefore implies the concrete appearing of error, not simply an abstract representation of error.

In its essence, error is the isolation of the earth from the destiny of truth.

If the salvation of truth (i.e., the supersession of the concreteness of error) is destined to occur, then, for salvation to occur, the occurrence of the alienation of truth—the earth’s isolation and nihilism—is Necessity.”

1. Nihilisme

Kehampaan yang mendera manusia modern adalah nihilisme. Cara hidup kita, terutama sains dan teknologi, memaksa kita terjerat nihilisme. Dulu kita tidak ada, sesaat menjadi ada, akhirnya kembali tidak ada: itulah esensi nihilisme.

Kemarin tidak ada jabatan, kemudian punya jabatan, lalu hilang jabatan: nihilisme juga. Dulu tidak punya uang, lalu punya uang, akhirnya habis semua uang: sama juga nihilisme. Dulu tidak punya pasangan, lalu punya pasangan, kemudian pasangan hilang: nihilisme juga kawan.

Nihilisme adalah suatu kesalahan yang perlu diperbaiki menurut Severino.

2. Wujud Abadi

Wujud sejati adalah abadi: dari dulu, kini, dan masa depan. Solusi dari nihilisme adalah kembali kepada wujud sejati yang abadi: jalan kebenaran dan keteguhan hati.

Bagi Severino, wujud adalah wujud abadi. Jika Anda hari ini punya wujud, yaitu ada-Anda, maka Anda selalu wujud. Anda selalu ada; tidak pernah hilang. Andai wujud bisa hilang maka hilang ke mana? Apa yang bisa menghilangkan wujud? Wujud tidak bisa hilang; wujud hanya bisa tidak-tampak bagi orang tertentu; tetapi wujud selalu ada secara abadi.

Ketika Anda berbuat kebaikan, misal menolong orang miskin, maka kebaikan Anda itu abadi bersama Anda.

3. Being – Appear – Appearing/Ilusi

Being atau wujud adalah abadi. Being bisa tampak (appear) bisa juga sembunyi (disappear). Penampakan (appearing) memang niscaya merupakan percikan cahaya wujud; tapi bisa juga hanya ilusi suatu penampakan. Bagaimana mengenalinya?

Mari kita coba membuat semacam struktur untuk memahami wujud abadi versi Severino.

(a) Being adalah wujud abadi. Semua yang ada adalah Being; dan Being adalah semua yang ada.

(b) Appear vs diasppear (tampak vs tidak-tampak). Wujud itu sebagian tampak bagi kita (appear) misal tangan kanan Anda adalah tampak. Sebagian wujud yang lain tidak tampak bagi kita (disappear) misal wajah rembulan yang membelakangi bumi; misal lagi, kakek dari nenek dari nenek Anda yang mungkin beda usia dengan Anda 100 tahun adalah tidak tampak.

Wujud yang tampak maka jelas ada; wujud yang tidak-tampak bagaimana pun tetap ada; hanya saja kita tidak bisa melihatnya.

Kakek dari nenek Anda yang sudah meninggal itu tetap ada bersama amal kebaikannya. Hanya saja kita tidak bisa melihatnya.

(c) Appearing vs Illusion (penampakan vs ilusi). Bagi wujud yang tampak maka kita bisa melihat penampakannya; misal penampakan tangan Anda. Tetapi, ada risiko bahwa penampakan itu hanya ilusi karena Anda sedang tidur dan bermimpi melihat tangan Anda.

Penampakan ilusi ini perlu kita waspadai. Mencuri atau korupsi menjadi penampakan yang menguntungkan. Tuan Jahat, misal, korupsi uang 100 juta. Tentu uang 100 juta itu menampakkan kenikmatan duniawi; bisa untuk beli makanan lezat, bisa untuk cek-in hotel mewah lengkap dengan fasilitasnya yang cantik menggoda, dan lain-lain. Tetapi penampakan uang 100 juta seperti itu hanya ilusi. Karena korupsi 100 juta adalah bencana besar bagi Tuan Jahat sendiri. Korupsi adalah merusak diri sendiri yang berselimut ilusi nafsu birahi.

Kita perlu waspada membedakan antara ilusi dengan penampakan yang benar. Caranya? Dengan kembali kepada Being Sang Wujud Abadi. Kita perlu berteguh hati untuk meniti jalan kebenaran. Terimalah dengan hati terbuka bimbingan Sang Wujud Sejati.

4. Diskusi

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar