Apakah sejarah itu penting? Benar.
Apakah sejarah itu obyektif? Tidak.
Apakah Indonesia dijajah Belanda 350 tahun? Tidak.
“Salah tujuan tidak bisa diperbaiki dengan menambah kecepatan. Lalu?”
Menteri Budaya akan mengoreksi sejarah Indonesia. Pak Menteri yakin bahwa Indonesia tidak dijajah selama 350 tahun; barangkali hanya dijajah 150 tahun. Kemudian, anggota dewan yang terhormat mengingatkan agar koreksi sejarah itu bersifat obyektif sehingga tidak menimbulkan polemik.
1. Apa Makna Obyektif
2. Cara Membaca Sejarah
3. Posibilitas Sejarah
4. Diskusi
5. Ringkasan

Kita akan membahas apa makna-obyektif bagi sejarah; dan apakah obyektif itu penting? Kemudian, kita akan membahas posibilitas sejarah secara lebih luas.
1. Apa Makna Obyektif
Sejarah yang obyektif itu pasti mengandung kontradiksi. Jadi, sederhananya, kita akan gagal untuk menyusun sejarah yang obyektif. Atau, tidak pernah ada sejarah yang obyektif.
Apa gunanya jika sejarah tidak obyektif? Justru sangat berguna. Karena sejarah itu tidak obyektif maka Menbud wajib tanggung jawab atas revisi sejarah yang dilakukannya. Andai tidak ada revisi pun, Menbud tetap bertanggung jawab atas sejarah Indonesia. Demikian juga, setiap individu, termasuk kita, wajib tanggung jawab atas interpretasi sejarah yang kita pilih.
2. Cara Membaca Sejarah
Cara membaca sejarah terbaik adalah dengan menguatkan perspektif masa depan: sejarah futuristik. Saya telah menulis buku Trilogi Futuristik; silakan membacanya. Akan sangat menarik membaca sejarah Indonesia dengan kacamata trilogi Futuristik
3. Posibilitas Sejarah
Apa makna posibilitas? Mari kita ringkas makna posibilitas berdasar analisis eksistensial terhadap wujud konkret dari dasein.
Makna posibilitas adalah (a) selalu terkait dengan manfaat. Sesuatu yang tidak bermanfaat maka tidak memiliki posibilitas atau posibilitasnya tidak bermakna. Manfaat itu sendiri, bagi dasein, selalu terkait dengan cakrawala dunia dan proyek masa depan, masa lalu, serta masa kini.
Makna posibilitas adalah (b) gerak dari posibilitas satu ke posibilitas berikutnya tanpa henti.
Makna posibilitas adalah (c) sejarah masa depan yang melimpahkan dirinya ke masa lalu untuk menyusuri sejarah masa kini.
Makna posibilitas kematian adalah (d) posibilitas special yang tidak bisa diakses; berubah menjadi posibilitas yang bisa diakses melalui kematian.
Makna posibilitas adalah (e) anugerah tersembunyi yang melimpahkan keandalan.
Apakah posibilitas bersifat subyektif atau obyektif?
Analisis eksistensial menyodorkan tiga struktur posibilitas. Lapisan (a) presentasi atau vorhandenheit terdiri dari (a1) posibilitas obyektif dan (a2) posibilitas subyektif. Wujud dibatasi atau dipisahkan dari dunia konkret mau pun bentangan waktu. Sehingga menghasilkan wujud obyektif dan wujud subyektif; pada analisis akhir, menghasilkan jenis probabilitas obyektif dan probabilitas subyektif.
Lapisan (b) readiness atau zuhandenheit atau manfaat di mana wujud selalu bersama cakrawala dunia; bersama bentangan waktu masa depan, masa lalu, dan masa kini. Pada lapisan readiness ini tidak ada posibilitas obyektif mau pun subyektif. Dengan kata lain, lapisan readiness tidak bisa direduksi menjadi obyektif-subyektif.
Lapisan (c) keandalan atau Verlässlichkeit yang melimpahkan anugerah tersembunyi posibilitas.
4. Diskusi
Bagaimana menurut Anda?
5. Ringkasan
Sejarah tidak pernah obyektif; tidak pernah pula subyektif. Sejarah itu lebih tinggi dari kategori obyektif-subyektif. Sejarah adalah dinamika realitas nyata yang terbentang sepanjang waktu: masa depan, masa lalu, dan masa kini.
Reduksi sejarah menjadi obyektif atau subyektif akan memicu kontradiksi tanpa henti; memicu polemik yang sulit dihadapi. Lebih bijak bila kita bersikap terbuka untuk dialog interpretasi terhadap sejarah.

Tinggalkan komentar