Pelajaran Koding untuk Siswa Berbahaya

Siswa SD yang belajar koding adalah sangat berbahaya. Siswa SD itu bisa melakukan penipuan uang, transaksi, investasi, bisnis, mau pun menjebol situs-situs terlarang. Siswa SMP dan SMA sama juga berbahaya bila belajar koding. Mereka bukan hanya bisa main game tetapi bisa menjadi bandar judol; judi online.

Sementara, menteri pendidikan tampak ingin memberikan pelajaran koding kepada siswa SD, SMP, SMA sebagai pilihan; pilihan yang sangat ngeri. “Pembelajaran coding dan kecerdasan artifisial ini akan kami jadikan sebagai mata pelajaran pilihan untuk jenjang SD, SMP, dan SMA. Untuk SD akan dimulai pada kelas 5 dan kita rencanakan dimulai pada tahun pelajaran 2025-2026,” tutur Abdul Mu’ti di kantor Kemenko PMK, Jakarta Pusat, Selasa (29/4/2025) dalam detikNews, dikutip Minggu (4/5/2025).” (Detik.com)

“Jika Anda punya tombol otomatis dengan sekali tekan tombol maka dunia akan hancur; maka apakah Anda akan menawarkan tombol otomatis itu kepada seluruh anak-anak di dunia sebagai pilihan?” Bostrom pernah bertanya seperti itu kepada Elon Musk yang bingung terhadap AI.

1. Qabil vs Habil
2. Siswa Perlu Paham bukan Kuasa
3. Diskusi

Secara sederhana saya mengusulkan agar pelajaran koding, dan AI, ditiadakan bagis siswa SD, SMP, dan SMA/SMK. Koding adalah semacam tabu, atau aurat, bagi siswa. Siswa tabu, dilarang, melihat aurat lawan jenis kecuali mereka sudah sah menikah. Untuk menikah, remaja perlu cukup usia dan bekal ilmu serta tanggung jawab.

1. Qabil vs Habil

Anda pilih Qabil atau Habil?

Pertanyaan sederhana tetapi tidak mudah menjawabnya dengan tulus. Kitab suci mengajarkan bahwa kita harus memilih Habil. Hanya saja, Habil dibunuh oleh Qabil. Orang yang mau menang sendiri, mereka, memilih Qabil sang pembunuh laknat itu.

Pelajaran koding membekali siswa mampu menjadi Qabil sang pembunuh laknat itu. Siswa, meski tampak polos, adalah anak manusia yang super kreatif. Siswa bisa melakukan apa saja yang tidak pernah dibayangkan orang dewasa dengan koding. Mengapa? Karena mereka adalah anak-anak yang polos.

Menang mana siswa bisa koding dengan siswa tidak bisa koding bila bersaing? Menang mana Qabil dengan Habil? Apa gunanya menang bila merugikan banyak orang?

2. Siswa Perlu Paham bukan Kuasa

Marx pernah berkata, “Para pemikir sepanjang masa hanya fokus memahami dunia. Padahal yang lebih penting adalah mengubah dunia.”

Ungkapan Marx itu menjadi inspirasi revolusi di dunia berdampak jutaan orang menjadi korban terbunuh di Cina, Rusia, Amerika, dan lain-lain. Indonesia juga mengalami sejarah kelam revolusi ribuan sampai jutaan orang terbunuh sejak 1965.

Dengan koding dan AI, apakah siswa bisa dicegah dari melakukan revolusi digital? Siapa bisa mencegah siswa yang super kreatif itu? Tapi, bagaimana jika siswa luar negeri menguasai koding? Mala petaka besar di depan mata.

Para pemikir dunia sepanjang masa sudah benar: kita perlu memahami dunia dulu; baru kemudian, ikut partisipasi mengubah dunia sedikit menjadi lebih baik. Jadi, ajari para siswa untuk lebih memahami dunia.

3. Diskusi

Bagaimana menurut Anda?

Koding dan AI sebaiknya diajarkan kepada mahasiswa atau yang lebih dewasa. Bila siswa SMA/SMK ingin belajar koding atau AI maka perlu pengawasan super ketat demi kebaikan bersama. Sementara, siswa SMP, SD, atau yang lebih muda sebaiknya dijaga dari koding mau pun AI. Tentu boleh saja berbicara kepada mereka tentang koding dan AI sebagai tabu. Boleh juga diskusi dengan para siswa. Tetapi untuk belajar secara detil tentang tabu koding dan AI, ijinkan putra-putri untuk tumbuh dewasa dulu.

Memang sebuah tantangan kan?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

1 Comment

Tinggalkan komentar