Manusia penasaran ingin mencari Tuhan. AI menawarkan kemampuan luar biasa: serba tahu, super cepat, dan ada di mana saja kapan saja. Apakah AI adalah tuhan yang dicari-cari oleh manusia?
Kemampuan AI (akal imitasi / artificial intelligence) memang luar biasa. Sehingga Tavik Uyar menduga, “… unparalleled capabilities might lead people to attribute godlike infallibility to it…” (“… kemampuan (AI) yang tak tertandingi mungkin menyebabkan orang-orang menganggapnya sebagai kesempurnaan yang seperti Tuhan…”)

Wija, nama panggilan dari Wijaksana, adalah anak muda yang semangat wirausaha. Melihat kemampuan AI, misal chatGPT dan Deepseek, pikiran wirausaha dari Wija langsung bersinar. Wija mendalami AI dan menemukan tambang emas dalam AI. Wija mahir memanfaatkan AI, kemudian menawarkan jasa penulisan skripsi ke beberapa mahasiswa tingkat akhir di Bandung.
Maya, mahasiswa tingkat akhir di Bandung, mulanya ragu dengan tawaran Wija. “Tidak ada salahnya mencoba,” pikir Maya, “toh, gratis semua.” Wija mendapat file skripsi Maya yang sudah berbulan-bulan tidak selesai itu. Wija meminta AI untuk menyelesaikan skripsi Maya. Dalam 1 sampai 2 jam, skripsi Maya sudah jadi. Wija ragu dengan kecepatan AI itu. Wija menunda; tidak memberi tahu Maya tentang hasil skripsi oleh AI.
Setelah satu minggu berlalu, Wija mengirimkan skripsi kepada Maya. Maya kagum membaca skripsinya sendiri bisa sehebat itu setelah diolah oleh AI. Beberapa hari kemudian, Maya sidang skripsi lulus dengan hasil nilai terbaik. Maya berterima kasih kepada Wija dan ingin memberi hadiah sebagai ungkapan terima kasih. Wija menolak hadiah itu dan menegaskan bahwa khusus untuk Maya semua gratis. Kabar itu lambat laun menyebar ke teman-teman mahasiswa. Kali ini, Wija mulai pasang tarif untuk jasa penulisan skripsi meski murah. Dugaan awal Wija memang benar: AI adalah tambang emas untuk wirausaha. Kini, Wija rekrut beberapa karyawan untuk menjalankan wirausaha berbasis AI itu. Tidak terbatas pada skripsi, Wija meluaskan ke segala lini: tesis, disertasi, artikel, makalah, konten digital, dan lain-lain.
Seorang ustadz bertanya ke Wija, “Apakah bisa membuatkan bahan ceramah?”
“Apa tema ceramah yang diinginkan?”
“Memanfaatkan media sosial untuk ibadah,” jawab ustadz.
“Baik, saya coba.”
Sepuluh menit kemudian, Wija menyodorkan bahan ceramah sesuai permintaan. “Wow… mengagumkan!” seru sang ustadz.
AI membantu ustadz untuk membimbing umat melalui ceramah yang indah. Apakah AI akan menggantikan posisi Ustadz?

Tinggalkan komentar