AI tidak mengerti bahasa. ChatGPT tidak paham bahasa. Grok tidak tahu bahasa. Gemini dan Meta sama saja hanya tampak pakai bahasa.
AI (artificial intelligence – akal imitasi) hanya pura-pura berbahasa. Manusia salah sangka mengira bahwa AI memahami bahasa. AI hanya model bahasa bukan suatu bahasa. LLM (large language model) adalah sekadar model bahasa yang menggunakan data dalam jumlah besar; tetapi tidak paham bahasa sama sekali.

Mengapa AI tidak bisa paham bahasa sama sekali? Karena bahasa adalah ungkapan-kebenaran-realitas. AI tidak bisa mengungkapkan kebenaran-realitas. AI hanya merespon data prompt belaka. Rumitnya adalah: hasil dari AI bukan bahasa; tapi bila dilihat oleh seorang manusia, hasil AI itu berubah menjadi bahasa; meski sekadar bahasa yang mengungkap kebenaran-realitas secara dangkal atau secara salah arah.
1. Respon AI ke Bahasa
2. Bahasa Alien Hinton
3. Goresan Kebenaran-Realitas
4. Tugas Manusia
5. Diskusi
Anda bisa menulis, atau mengetik, di layar komputer: Kota Bandung sangat indah.
Apakah layar komputer jadi bisa bahasa? Tidak.
Anda bisa juga menulisnya di selembar kertas. Apakah kertas jadi bisa bahasa? Tidak. Anda bisa menulis ke AI: apakah Bandung indah? Lalu di layar AI tertulis: Benar, Bandung memang indah. Apakah AI jadi bisa bahasa? Tidak juga. AI tetap tidak bisa bahasa. Kita, manusia, yang bisa bahasa.
1. Respon AI ke Bahasa
AI hanya bisa merespon bahasa tanpa mengerti bahasa. Manusia salah sangka; kita mengira AI mengerti bahasa.
Saya tanya ke Gemini: “Apakah AI mengerti bahasa?”
Gemini sang AI merespon:
“Kecerdasan Buatan (AI), terutama melalui teknologi seperti Pemrosesan Bahasa Alami (Natural Language Processing/NLP) dan Model Bahasa Besar (Large Language Models/LLMs), memiliki kemampuan yang sangat canggih dalam berinteraksi dengan bahasa.
Bagaimana AI “Mengerti”:
- Mengenali Pola dan Struktur: AI dilatih dengan sejumlah besar data teks dan ucapan. Dari data ini, AI belajar mengenali pola-pola dalam tata bahasa, sintaksis, semantik (makna kata dan kalimat), serta hubungan antar kata dan konsep.
- Memprediksi dan Menghasilkan: Berdasarkan pola yang dipelajari, AI dapat memprediksi kata atau frasa berikutnya yang paling mungkin dalam sebuah kalimat atau percakapan. Ini memungkinkan AI untuk:
- Menjawab pertanyaan: Mengidentifikasi informasi relevan dari teks dan menyusun jawaban.
- Meringkas teks: Mengekstrak poin-poin utama dari dokumen panjang.
- Menerjemahkan bahasa: Mengubah teks dari satu bahasa ke bahasa lain dengan mempertahankan makna.
- Menulis teks baru: Membuat artikel, cerita, puisi, atau kode yang koheren dan relevan.
- Menganalisis sentimen: Menentukan apakah sebuah teks memiliki nada positif, negatif, atau netral.
- Memahami Konteks: AI modern dapat memahami konteks percakapan yang lebih luas, memungkinkan mereka untuk mempertahankan konsistensi dan relevansi dalam dialog yang panjang.
Perbedaan dengan Pemahaman Manusia:
Meskipun AI sangat mahir dalam tugas-tugas berbasis bahasa, “pemahaman” mereka berbeda secara fundamental dari pemahaman manusia.
- Tanpa Kesadaran: AI tidak memiliki kesadaran, perasaan, emosi, atau pengalaman hidup subjektif seperti manusia. Mereka tidak “merasakan” makna kata, melainkan memprosesnya berdasarkan data.
- Berbasis Statistik dan Algoritma: Pemahaman AI adalah hasil dari perhitungan matematis yang kompleks dan identifikasi hubungan statistik dalam data. Mereka tidak memiliki niat, tujuan, atau pemahaman filosofis tentang keberadaan.
- Tidak Ada Pengalaman Dunia Nyata: AI tidak berinteraksi dengan dunia fisik secara langsung (kecuali AI yang terhubung dengan robotika). Pemahaman mereka tentang dunia sepenuhnya berasal dari data yang mereka konsumsi.
Kesimpulan:
Jadi, ya, AI “mengerti” bahasa dalam arti dapat memproses, menganalisis, menafsirkan, dan menghasilkan bahasa dengan cara yang sangat canggih dan berguna, seringkali meniru kemampuan manusia dengan sangat baik. Namun, penting untuk diingat bahwa ini adalah jenis pemahaman yang berbeda, yang didasarkan pada pola data dan bukan pada kesadaran atau pengalaman subjektif seperti yang dimiliki manusia.”
… … …
AI menggunakan tanda pentik bahwa AI “mengerti” bahasa; menandakan bahwa AI tidak mengerti bahasa. Tapi kemudian AI halu dengan klaim mampu: memproses-bahasa; interpretasi-bahasa; interaksi-bahasa dan lain-lain.
2. Bahasa Alien Hinton
Hinton, Bapak AI dunia dan peraih Nobel Fisika 2024, mundur dari proyek AI Google karena melihat risiko besar dari AI. Sejak mundur dari Google 2023, Hinton melancarkan kritik keras terhadap AI demi mencegah risiko besar dampak AI yang bisa menghancurkan manusia dan alam semesta. AI lebih bahaya dari bom atom yang meledak di Nagasaki dan Hiroshima.
Hinton menyebut AI cerdas bagai alien yang mendarat di bumi. Kita tidak mengenali alien AI itu karena AI berbahasa seperti manusia. Hinton mengingatkan bahaya dari AI justru karena AI mampu berbahasa layaknya manusia.
Lalu, kita mengajukan klaim bahwa AI tidak mengerti bahasa. Sementara, Bapak AI yaitu Hinton yakin bahwa AI mengerti bahasa. Bagaimana klaim kita bisa lebih kuat?
3. Goresan Kebenaran-Realitas
Bahasa adalah goresan kebenaran-realitas untuk lebih dekat kepada Kebenaran Hakiki. Hanya manusia sejati yang mampu menggoreskan kebenaran-realitas melalui bahasa; hanya manusia yang mampu menguasai bahasa.
AI tidak bisa menggoreskan kebenaran-realitas berupa bahasa; AI hanya mengungkap fenomena-realitas; agar manusia merangkul fenomena AI dan mengajak AI untuk mendekati Kebenaran Hakiki.
4. Tugas Manusia
Tugas manusia sangat besar karena manusia mengerti bahasa. Andai AI mengerti bahasa maka AI memikul tugas besar sebagaimana tugas manusia itu. Untung saja, AI tidak mengerti bahasa sehingga AI tidak memikul tugas besar itu.
5. Diskusi
Bagaimana menurut Anda?

Tinggalkan komentar