Apakah ijasah itu palsu? Atau ijazah asli? Atau asli palsu?
Rosu, seorang pemuda yang semangat, melakukan penelitan ilmiah. Hasil penelitian mengarah ke simpulan: ijasah itu palsu. Apakah benar simpulan ijasah palsu itu? Meski didukung oleh data dan kajian ilmiah serta teknologi paling canggih?

Sayangnya, banyak penghalang bagi Rosu untuk mengambil simpulan yang pasti bahwa ijasah itu palsu. Kita akan membahas 5 penghalang berpikir ke simpulan pasti itu.
1. Partikular ke Universal
2. Masa Lalu ke Masa Depan
3. Realitas ke Ideal
4. Nyata ke Seharusnya
5. Kontekstual ke Transendental
6. Ringkasan
7. Diskusi
Meski banyak sekali penghalang berpikir, kita hanya fokus kepada 5 penghalang saja. Halangan ini memaksa kita, atau dengan sukarela, bersikap deflasi: rendah hati menerapkan ilmu padi; makin merunduk makin berisi. Rendah hati karena berisi. Makin berisi karena rendah hati. Deflasi makin berisi.
1. Partikular ke Universal
Penghalang pertama sangat tekenal: tidak valid dari data partikular kemudian menarik kesimpulan universal.
Setiap hari, selama ini, matahari selalu bersinar. (partikular)
Kesimpulan: matahari selalu bersinar selamanya. (universal tetapi tidak sah).
Karena bisa saja besok matahari hancur sehingga tidak bersinar. Atau, bisa saja 5 milyar tahun lagi, matahari tidak bersinar.
Kasus Ijasah.
Kajian ilmiah menunjukkan ijasah itu bersifat xyz seperti ini. (partikular).
Kesimpulan: setiap xyz adalah ijasah palsu. (universal tapi tidak valid).
Jadi kesimpulan Rosu yang mengatakan ijasah itu palsu adalah kesimpulan tidak valid.
Jadi ijasah itu asli? Tidak bisa juga membuktikan sebagai asli. Untuk membuktikan asli perlu kajian lanjutan.
2. Masa Lalu ke Masa Depan
Penghalang kedua untuk berpikir ke simpulan adalah: tidak valid dari data masa lalu mengambil kesimpulan masa depan.
Setiap hari, selama hidupnya 6 bulan, ayam mendapat makan pagi dari peternak. (masa lalu).
Besok pagi, ayam akan mendapat makan pagi. (masa depan tapi tidak sah). Karena besok pagi, ternyata, peternak itu menyembelih ayamnya.
Kasus Ijasah. Selama ini, ijasah yang xyz adalah palsu semua. (masa lalu). Ijasah Dodo adalah xyz maka, besok, ijasah Dodo adalah palsu. (masa depan tetapi tidak valid).
3. Realitas ke Ideal
Penghalang ketiga untuk menarik ke simpulan adalah relasi antara realitas nyata dengan pikiran ideal: tidak valid menganggap realitas sebagai sama persis dengan ideal.
Ideal: jika bilangan asli maka 2 + 1 = 3 (valid).
Realitas: 2 kg beras ditambah 1 kg beras belum pasti hasilnya 3 kg beras.
4. Nyata ke Seharusnya
Penghalang keempat adalah tidak valid menarik ke simpulan “seharusnya” dari kenyataan apa adanya.
Tanah Indonesia adalah subur (kenyataan) maka seharusnya adil makmur.
Sedikit ilustrasi barangkali lebih memudahkan. Nesia lahir di sebuah negeri yang subur: sawah menguning, sungai berliku jernih, dan hutan lebat yang menyimpan buah-buah dan kayu. Dari kecil, Nesia belajar bahwa tanah ini bisa memberi kehidupan yang cukup untuk semua, bahkan melimpah. Tapi sesuatu terasa aneh: meski tanahnya kaya, banyak orang di sekitarnya hidup miskin, lapar, dan kelelahan.
Nesia melihat para pejabat dan pengusaha kaya menguasai sawah dan sungai. Mereka mengatakan, “Yang bekerja keras akan mendapat lebih,” atau, “Ini meritokrasi: siapa yang pintar dan rajin, dialah yang berhak.” Tapi Nesia tahu, banyak orang rajin bekerja, tapi mereka tetap miskin karena sistemnya curang—ada monopoli, favoritisme, dan warisan kekuasaan. Anak-anak petani yang cerdas tetap tak punya akses ke sekolah karena biaya mahal. Petani yang sakit atau tua tak mendapat perlindungan.
Setiap hari Nesia melihat sesuatu yang tak masuk akal: tanah negeri yang subur, tetapi rakyatnya tidak adil makmur. Ia bertanya pada dirinya sendiri, “Bagaimana bisa bumi memberi cukup untuk semua, tapi manusia tetap menderita?”
Suatu hari, Nesia menanam pohon buah di tanah kecil warisan keluarganya. Ia membagikan hasilnya ke tetangga tanpa mengukur siapa lebih pantas atau siapa lebih berhak. Tetangga yang tadinya iri mulai tersenyum dan ikut menanam. Lama-lama, kebun itu tumbuh menjadi komunitas: semua ikut merawat, semua mendapat hasil. Nesia menyadari sesuatu: kesejahteraan tidak harus ditentukan oleh siapa lebih berhak, tapi oleh bagaimana manusia berkolaborasi untuk saling menopang.
Meski negeri masih tidak adil secara luas, Nesia mulai merasakan bahwa di sekitarnya, keadilan dan kemakmuran bisa diciptakan bukan dengan kompetisi yang ketat, tapi dengan perhatian pada sesama dan kerjasama. Suburnya tanah menjadi simbol harapan: bumi cukup memberi untuk semua, jika manusia bersedia berbagi, bukan bersaing mati-matian.
Tanah yang subur seharusnya menjadikan rakyat adil makmur. Nesia kecil berjuang untuk adil makmur. Indonesia adalah negara besar; yang berjuang menjadi adil makmur bersama merah putih berkibar.
5. Kontekstual ke Transendental
Penghalang kelima adalah tidak valid menarik kesimpulan dari suatu konteks menjadi transenden.
Para siswa keracunan (konteks) setelah makan siang tetapi itu karena siswa itu perutnya tidak terbiasa makan bergizi (transenden). Tidak valid.
Kesimpulan transenden tidak sah berupa “perut siswa tidak terbiasa”. Kita wajib mengkaji konteks berupa setelah makan siang kemudian siswa keracunan. Barangkali menu makan siang memang mengandung racun; atau minuman mengandung racung; atau piring serta peralatan tidak bersih.
6. Ringkasan
Untuk ringkasan, kita akan menggunakan istilah barriers dari Gillian Russell.
(i) You can’t get an ought from an is. (Hume).
(ii) The particular/universal barrier: no universal claims from particular ones. (Bertrand Russell).
(iii) The past/future barrier: no claims about the future from claims about the past. (Hume 2).
(iv) The is/must barrier: no claims about how things must be from claims about how things are. (Kant).
(v) The indexical barrier: no indexical claims from claims which are not indexical. (Russell).
Dalam bahasa Indonesia, 5 penghalang berpikir menarik ke simpulan adalah berikut.
(i) “Anda tidak dapat menyimpulkan suatu ‘seharusnya’ dari suatu ‘adanya’.” (Hume).
(ii) Penghalang partikular–universal: tidak ada klaim universal yang dapat disimpulkan dari klaim partikular. (Bertrand Russell).
(iii) Penghalang masa lalu–masa depan: tidak ada klaim tentang masa depan yang dapat disimpulkan dari klaim tentang masa lalu. (Hume, versi kedua).
(iv) Penghalang is–must: tidak ada klaim mengenai bagaimana sesuatu harus ada yang dapat diturunkan dari klaim mengenai bagaimana sesuatu ada. (Kant).
(v) Penghalang indeksikal: tidak ada klaim indeksikal yang dapat diturunkan dari klaim yang tidak bersifat indeksikal. (Russell).
7. Diskusi
Apa solusi dari semua penghalang? Solusi adalah deflasi: menerapkan ilmu padi; makin berisi makin merunduk; karena merunduk maka makin berisi; rendah hati karena berisi; rendah hati sejati adalah memang rendah hati.
Bagaimana menurut Anda?
