Framework Ontologi 8

Saya menyusun framework ontologi 8 untuk menjawab pertanyaan ontologi fundamental, “Apa makna-ada?”

1. Ontologi Wolu
2. Makna Komputer Kuantum
3. Makna Sains

Apa makna-manusia? Apa makna-sains? Apa makna-komputer-kuantum?

Ada kursi. Ada meja. Ada bumi. Ada Tuhan. Tetapi, apa makna-ada? Makna-ada adalah paling utama. Makna-ada tidak bisa dibatasi oleh definisi; karena makna-ada adalah [1] universal atau absolut. Makna-ada tidak bisa dijelaskan mau pun dibuktikan; karena semua bukti butuh ada sebagai dasar penjelas atau makna-ada memang [2] terbukti sendiri dan [3] paling jelas. Karena itu kita perlu mengkaji apa makna-ada.

1. Ontologi Wolu

Framework ontologi 8 ini kita singkat menjadi “wolu”; wolu bermakna delapan. Wolu mengenalkan 8 konsep ontologi yang berbeda; perlu pembedaan; kemudian berjalin harmonis dinamis. Meski wolu terdiri dari 8 konsep, Anda bisa menambah atau mengurangi jumlah konsep ini sesuai situasi dan kondisi; minimal harus ada 2 konsep yang berlawanan; reduksi menjadi hanya 1 konsep memicu resiko bias.

2. Makna Komputer Kuantum

Salah satu contoh penerapan wolu adalah untuk menjawab pertanyaan, “Apa makna-komputer-kuantum?”

[1] Dahir

Konteks budaya; alam; sains; rekayasa; dll. Komputer kuantum hadir dalam konteks histori tertentu yang bersifat konkret.

[2] Batin

Asumsi; aksioma; postulat; hasrat; ekonomi; politik; dll. Komputer kuantum hadir dalam konteks batin tertentu; konteks yang tersembunyi; hasrat ekonomi; hasrat politik; dan, tentu saja, hasrat ilmu pengetahuan.

[3] Awal

Komputer kuantum (KK) hasil evolusi sejak awal semesta; big bang; Mesir; Cina; Yunani; Arab; Timur; Barat; modern; posmo. Tidak benar bila KK adalah hasil sains dan rekayasa masa kini saja. KK adalah hasil evolusi sepanjang sejarah sejak awal mula.

[4] Akhir

KK pasti berakhir, seperti apa?

KK bisa saja berakhir tanpa realisasi seperti situasi saat ini; KK masih dalam tataran riset dan akses terbatas; berbagai macam klaim prospek komputer kuantum masih bersifat posibilitas teoritis. Tentu, banyak pihak tidak ingin berakhir seperti ini. Atau, bisa juga, pada akhirnya, KK berhasil realisasi dan meraih sukses besar sebagai inovasi teknologi. Seperti apa situasi akhir itu? Meski sukses, pada waktunya, KK akan berakhir juga.

[5] Anugerah

KK adalah anugerah bagi manusia dan semesta; optimalkan untuk kebaikan bersama.

[6] Terpilih

KK hanya bermanfaat bagi orang tertentu; siapakah yang akan terpilih?

[7] Mati

KK akan “mati” dan menyebabkan banyak pihak menjadi mati. Kematian macam apa?

[8] Hidup

KK akan hidup dalam lain bentuk; membuka hidup generasi baru yang bagaimana?

Poin 1 sampai 5 akan mengarahkan kita kepada pemahaman yang komprehensif dinamis. Sementara, poin 6, 7, dan 8 akan terus-menerus mengajukan tantangan terhadap setiap jawaban.

3. Makna Sains

Apa makna-sains? Kita butuh lebih dari sekedar definisi sains.

Awal Menjadi Akhir

Sains menyamakan paran, yaitu sebab-akhir, dengan sebab-awal. Atau, sains menempatkan sebab-awal sebagai paran. Konsekuensinya, sains lebih perhatian kepada asal mula kosmologi, asal mula penyusun unsur materi paling dasar, asal mula evolusi manusia, dan asal mula lainnya. Tentu saja, bisa seperti itu; menempatkan sebab-awal sebagai paran. Karena, Tuhan memang Maha Awal dan Maha Akhir.

Galilean First Thing, atau titik ideal matematika, adalah contoh sebab-awal yang menempati paran. Ditambah lagi, asumsi bahwa masa lalu sudah berlalu secara obyektif. Sehingga, Galilean First Thing dianggap sebagai realitas obyektif di masa lalu tanpa perubahan lagi. Saintis menganggap problem sains adalah problem epistemologi; sementara problem ontologi dianggap sudah tuntas.

Titik ideal Galilean First Thing menghadapi problem serius: epistemologi, ontologi, dan aksiologi.

Mari kita analisis makna-sains dengan kerangka wolu berikut ini.

Bumi: [1] Dahir dan [2] Batin

Titik ideal selalu berada di bumi; berada dalam konteks histori. Melucuti titik ideal, Nama Tuhan versi Galilean First Thing, dari konteks histori memunculkan problem tak bisa diatasi; seperti kita bahas di atas. Solusi yang kita perlukan adalah menempatkan titik ideal kembali di bumi: Nama Tuhan Maha Dahir dan Maha Batin.

Dahir atau nyata: titik ideal selalu berada dalam konteks histori yang bersifat konkret. Atau, titik ideal selalu berada dalam medan; medan gravitasi, elektromagnetik, atau lainnya. Konsekuensinya, titik ideal tidak bisa diam dan tidak bisa gerak dengan kecepatan konstan. Andai, kita bisa menempatkan satu titik ideal yang diam di laboratorium di bumi; apakah titik ideal itu benar-benar diam? Tidak diam. Bahkan, titik ideal itu gerak dengan percepatan tertentu. Karena bumi selalu gerak rotasi terhadap sumbu dan revolusi terhadap matahari. Titik ideal itu bergerak mengikuti gerak bumi dan laboratorium. Bila ada titik ideal yang diam maka itu adalah kondisi khusus ketika resultan total medan bernilai nol.

Batin: titik ideal selalu berada dalam konteks histori yang bersifat batin, spiritual, asumsi, aksioma, postulat, dan lain-lain. Titik ideal memiliki asumsi ada titik ideal dalam diri mereka sendiri. Andai memang ada titik ideal ini sesuai asumsi maka asumsi itu berada dalam jaringan asumsi-asumsi lain. Di antaranya asumsi: obyektif, terhitung, dan terkendali.

Asumsi obyektif mengira bahwa titik ideal itu akan tetap ideal siapa pun orang yang mengamatinya dan apa pun situasi kondisi yang memenuhinya. Asumsi terhitung mengira bahwa titik ideal itu bisa dihitung jumlah, posisi, atau momentum dengan tepat. Asumsi terkendali mengira bahwa titik ideal itu bisa dikendalikan dan rekayasa sesuai aturan tertentu. Semua asumsi di atas adalah sekedar asumsi; bisa terpenuhi; bisa juga diganti dengan asumsi lainnya.

Elektron, misalnya, bisa melanggar beragam asumsi di atas. Spin elektron sulit ditentukan, di awal, secara obyektif sebagai up atau down. Posisi elektron tidak bisa diketahui secara pasti; sesuai ketidakpastian Heisenberg. Quantum state dari elektron tidak selalu bisa dimanipulasi.

Kita perlu menyadari aspek batin, atau transendental, dari asumsi-asumsi ini. Makin jelas asumsi-asumsi batin ini tertuang dalam formula bahasa maka makin besar peluang bagi kita untuk mengkajinya.

Menariknya, kita tidak pernah tuntas mengkaji aspek dahir dan batin dari suatu sains. Konteks histori dahir, meski tampak jelas, kita tidak bisa mengkajinya secara tuntas. Selalu ada bagian dari konteks histori yang terlewat dari kajian kita. Apalagi konteks histori batin, makin banyak yang tersembunyi. Makin jauh kita mengkaji konteks histori batin makin jelas batin adalah tersembunyi.

Langit: [3] Awal dan [4] Akhir

Titik ideal, Galilean First Thing, eksis dari jaman dulu, jaman sekarang, dan jaman yang akan datang. Tetapi, apakah titik ideal ini stabil? Ambil contoh elektron sebagai titik ideal; apakah elektron adalah sudah menjadi elektron dari awal dan tetap menjadi elektron sampai masa depan?

Awalnya, bisa saja, hanya hampa tanpa elektron. Kemudian, terjadi riak yang mengakibatkan lompatan quantum dari ruang hampa. Hasil lompatan quantum itu menghasilkan elektron dan anti-elektron (kelak dikenal sebagai positron). Selanjutnya, elektron akan terus menjelajahi dunia sebagai elektron. Sampai suatu saat, elektron bersatu kembali dengan anti-elektron menjadi kembali hampa.

Awal dan akhir adalah Nama-Nama Tuhan yang penting untuk menjadi pertimbangan sains. Awal dan akhir membuka posibilitas, freedom, dan komitmen yang luas. Realitas elektron, dan realitas pada umumnya, terbentang dari awal sampai akhir.

Jika awal dari elektron adalah hampa maka apa makna-hampa? Dari mana asal mula hampa? Apa dasar dari hampa?

Pertanyaan tentang awal mula dari elektron ini akan membuka beragam posibilitas. Hampa tersusun oleh string-string, berupa benang-kusut, dalam jumlah tak hingga. Dari mana asal mula string itu? Kita akan bisa mengajukan pertanyaan ini tanpa henti. Kita tidak akan menemukan awal yang paling awal itu. Karena awal absolut adalah Nama Tuhan yang Maha Awal.

Apa akhir dari elektron dan realitas pada umumnya? Lagi, pertanyaan tentang akhir elektron akan membuka posibilitas baru. Bagaimana pun, kita tidak akan mencapai akhir yang paling akhir. Karena, akhir yang paling akhir adalah Nama Tuhan yang Maha Akhir.

Realitas adalah bentangan posibilitas dari Maha Awal sampai Maha Akhir.

Sikap saintis, personal dan komunal, menetapkan titik awal dari elektron, misal string. Tetapi, karena string adalah ketetapan saintis maka saintis perlu bertanggung jawab. Demikian juga, saintis perlu bertanggung jawab terhadap titik akhir elektron. Secara umum, saintis bertanggung jawab terhadap setiap ketetapan yang mereka pilih. Ketika saintis menetapkan suatu obyek sebagai elektron maka saintis bertanggung jawab atas ketetapan itu.

Tuhan: [5] Anugerah dan [6] Terpilih

Mengapa elektron eksis? Mengapa manusia eksis? Mengapa Anda membaca tulisan ini?

Tentu, kita bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan di atas. Dan kita sadar, setiap jawaban akan memicu pertanyaan lanjutan, “Mengapa begitu?”

Pertanyaan mengapa akan mengantar kita kepada jawaban: karena anugerah dari Maha Pemberi Anugerah. Seluruh realitas menjadi eksis karena anugerah. Maha Anugerah adalah Nama Tuhan paling mendasar bagi eksistensi seluruh realitas semesta.

Ke arah mana gerak anugerah realitas alam semesta ini? Menuju kepada Maha Penyayang untuk menjadi yang Terpilih. Histori alam raya adalah dari anugerah menuju terpilih.

Histori elektron, misalnya, bermula dari anugerah sehingga elektron itu eksis di dunia ini. Kemudian elektron mengelilingi inti atom, berperilaku sebagai partikel atau gelombang, menjadi obyek kajian sains, dan akhirnya musnah, terpilih, menjadi penduduk realitas hampa setelah bertemu positron.

Kita tahu, histori elektron di atas terlalu reduktif karena terlepas dari konteks histori bumi. Kita bisa menambahkan, dalam perjalanannya, elektron menjadi penghantar energi listrik yang menerangi ruang belajar. Cahaya dari elektron itu menjadikan seorang siswa berhasil meraih cita-cita mulia. Barangkali, di kesempatan lain, elektron menjadi bagian dari senjata mematikan. Dan, masih banyak posibilitas elektron sepanjang perjalanan historinya.

Histori manusia, barangkali, lebih mudah kita pahami. Mengapa Anda bisa eksis di dunia realitas ini?

Jawaban mudah: karena ayah dan ibu bercinta lalu melahirkan anak berupa Anda. Tetapi, banyak ayah ibu yang bercinta dan tidak melahirkan anak. Bukan karena bercinta maka manusia menjadi eksis. Manusia menjadi eksis karena anugerah. Bahkan, cinta ayah kepada ibu dan cinta ibu kepada ayah adalah anugerah itu sendiri.

Awal histori manusia adalah dari anugerah. Diri kita adalah anugerah. Kemudian, kita menjalani histori di bumi. Kita bercita-cita untuk berhasil menjadi manusia pilihan; manusia dengan etika baik; manusia dengan pengetahuan yang baik pula. Cita-cita adalah tanggung jawab setiap anak manusia, personal dan komunal.

Sains perlu selalu mempertimbangkan makna-anugerah dan makna-terpilih.

Mortal: [7] Mematikan dan [8] Menghidupkan

Pemahaman kita terhadap suatu obyek hanya “lengkap” ketika obyek itu menjadi “mati.” Setelah mati, obyek menjadi sempurna sebagai dirinya. Mati adalah anugerah yang sempurna.

Histori elektron menjadi sempurna ketika elektron “mati” misal menjadi lenyap saat bersatu dengan anti-elektron.

Histori manusia lebih dinamis dan kompleks; meskipun manusia menjadi sempurna ketika manusia bersangkutan mati. Sementara, histori umat manusia masih terus bergulir ketika seorang aggotanya mati. Di sisi lain, seorang manusia yang mati bukannya historinya berakhir; tetapi histori yang sempurna justru baru dimulai. Baik histori di dunia ini mau pun di dunia yang berbeda. Jadi, mati adalah awal dari “kehidupan” baru yang lebih sempurna.

Kembali kepada elektron, bagaimana sains seharusnya memahami elektron? Sains perlu memahami elektron sampai elektron itu “mati.” Kita perlu mempertimbangkan histori elektron tersebut sampai elektron musnah; histori elektron tersebut berakhir ketika musnah. Tetapi, histori saintis tetap berlanjut ketika elektron musnah. Akhir histori sains, misal histori elektron, adalah awal histori saintis yang baru. Demikian seterusnya, histori terus bergulir.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Tidak diketahui

2 Comments

Tinggalkan komentar