Biopolitik: Hidup Mati karena Politik

Hidup mati kita ditentukan oleh politik. Bagaimana politik bisa menentukan hidup mati kita? Sewaktu-waktu, kekuatan politik bisa menetapkan bahwa Anda adalah musuh negara; kemudian, di pengadilan, semua hakim konspirasi menetapkan Anda bersalah sebagai musuh negara. Anda dihukum mati. Bukankah sangat ngeri?

Politik bisa membiarkan Anda hidup. Ketika penguasa politik tidak tertarik kepada Anda maka Anda dibiarkan hidup. Atau, ketika penguasa politik sangat senang kepada Anda maka Anda bisa saja menerima banyak fasilitas dari penguasa politik. Bukankah politik memang asyik?

1. Biopolitik Aristo
2. Biopolitik Foucault
3. Biopolitik Agamben
4. Biopolitik Digital
5. Biopolitik Kita

Sejak ribuan tahun yang lalu, kita adalah manusia wajar yang kemudian ditambahkan kepentingan politik. Tetapi, saat ini, kita semua adalah pemain politik, sadar atau tidak, yang mana politik itu mengendalikan hidup dan mati kita.

Kekuatan politik, saat ini, di atas hukum. Politik bisa menentukan hukum mana yang berlaku dan mana yang tidak. Kekuatan politik, saat ini, di atas etika. Politik bisa menentukan apakah etika berguna atau tidak. Kekuatan politik, saat ini, di atas agama; atau politik malah bisa menjadi agama bagi beberapa orang. Kekuatan politik di atas ekonomi. Politik menentukan bisnis mana yang boleh berkembang dan mana yang dilarang. Apakah ada solusi bagi rumit dan kelamnya politik? Kita akan mencoba mengkajinya dengan perspektif sebagian sejarah masa lalu.

1. Biopolitik Aristo

Aristo (384 – 322 SM) adalah pemikir pertama yang menyatakan dengan tegas pentingnya biopolitik. Aristo menganggap manusia, seluruh manusia, memiliki kebutuhan hidup secara biologis. Kebutuhan hidup biologis merupakan kebutuhan dasar misal makan, tempat tinggal, keluarga, tetangga dan lain-lain diatur dalam ilmu ekonomi; ilmu tata-rumah-tangga.

Beberapa orang di antara mereka berkembang lebih jauh dengan terlibat dalam politik. Seluruh kebutuhan dasar diatur oleh ilmu ekonomi; sedangkan, politik adalah di luar ekonomi; politik lebih luas dari ekonomi. Bahkan, urusan politik perlu dibedakan dengan urusan ekonomi. Di antara urusan politik: membentuk negara, memilih pemimpin, menjalankan pemerintahan, sistem pengadilan, perang, pertahanan, dan lain-lain. Dengan demikian kita perlu mengembangkan ilmu politik yang berbeda dengan ilmu ekonomi.

Manusia bisa menjadi sempurna hanya bila secara aktif terlibat dalam politik. Manusia tidak pernah sempurna bila hanya berurusan dengan kepentingan ekonomi atau kepentingan hidup dasar. Meski demikian, menurut Aristo, seorang manusia bisa memilih untuk tidak terlibat dalam urusan politik; dengan resiko, tidak bisa menjadi manusia sempurna.

Sedikit catatan, Aristo menggunakan istilah bio atau bios adalah untuk manusia politik; sedangkan untuk manusia dasar, manusia ekonomi, adalah zoo. Manusia tidak jauh berbeda dengan binatang dari sisi zoo; dari sisi kebutuhan ekonomi. Manusia sangat berbeda dengan binatang ketika berperan sebagai biopolitik. Manusia menjadi manusia sempurna melalui politik; atau, manusia menjadi makhluk paling jahat karena politik juga.

2. Biopolitik Foucault

Foucault (1926 – 1984) melihat perubahan biopolitik di abad 20. Sebelum jaman industri, politik bekerja melalui kekuatan besar bigpower: mengancam pembunuhan atau membiarkan orang hidup. Dalam era ini, kekuatan militer menjadi paling utama bagi masyarakat luas.

Setelah jaman industri, kekuatan politik memanfaatkan biopower atau biopolitik itu sendiri; politik mengijinkan manusia memilih perilaku tertentu sehingga sukses; atau, manusia memilih perilaku lain sehingga hidupnya sengsara. Biopolitik tidak megancam hidup atau mati seseorang. Biopolitik hanya menjanjikan kesuksesan atau kesengsaraan. Hasilnya, biopolitik lebih efektif mengendalikan umat manusia.

Biopower bekerja dari dalam diri manusia sehingga lebih efektif. Sedangkan bigpower bekerja dari luar. Ilustrasi paling jelas adalah program KB untuk membatasi jumlah anak. Ketika masyarakat memandang “banyak anak banyak rejeki” maka program KB sulit terjadi meski dengan bigpower; dengan ancaman dari luar. Akhir abad 20, orang-orang mulai sadar bahwa anak adalah beban ekonomi yang berat; biaya hidup mahal dan biaya pendidikan sangat mahal. Hampir semua orang dengan sukarela membatasi jumlah anak; biopower bekerja dari dalam diri orang; KB berhasil dengan mudah melalui biopolitik.

Menjadi buruh atau pegawai adalah cara terbaik untuk mendapatkan upah menurut pandangan umum. Orang berlomba-lomba menjadi buruh; biopower seperti ini, bekerja dari dalam diri seseorang, sangat efektif. Bahkan, generasi muda berlomba-lomba berebut sekolah favorit agar, kelak, mendapat upah yang tinggi. Manusia menjadi sangat mudah dikendalikan oleh kekuatan politik melalui biopower; itulah realitas biopolitik.

Biopolitik adalah realitas; orang-orang berlomba mengejar kebutuhan ekonomi yang makin sulit; mereka bersaing saling menjatuhkan bahkan demi upah yang tak seberapa; upah makin murah. Di sisi lain, penguasa politik menikmati kekayaan berlimpah; mereka bisa korupsi kapan saja; mereka bisa mengatur hukum atau undang-undang sesuai kebutuhan. Penguasa politik adalah penindas; tetapi korban tidak sadar bila sedang ditindas. Ketika biopolitik menjadi realitas maka apakah biopolitik adalah kebenaran?

Foucault meng-klaim hanya dirinya yang melakukan kajian untuk mengungkap kebenaran. Pemikir masa lalu, dari Plato sampai masa itu, melakukan kajian dengan tujuan untuk menyempurnakan diri manusia. Bukankah kebenaran dan kesempurnaan adalah satu kesatuan? Mencermati pemikiran Foucault ini, kita perlu berpikir terbuka, bahkan berpikir kritis, terhadap semua realitas politik. Penguasa politik mungkin saja penjahat; tetapi bisa jadi, diri kita sendiri adalah penjahatnya.

3. Biopolitik Agamben

Agamben (lahir 1942) melanjutkan kajian biopolitik dari Foucault kembali ke Aristo dengan menyusuri Carl Schmitt dan Walter Benjamin. Power sejati ditunjukkan oleh kemampuan membuat pengecualian atau eksepsi. Politik mampu menyatakan situasi sedang krisis sehingga terjadi eksepsi; hukum tidak berlaku lagi; tetapi berlaku hukum darurat.

Kemampuan menetapkan eksepsi, pengecualian, memang terjadi ketika krisis. Lebih dari itu, penguasa politik mampu menetapkan eksepsi setiap saat tanpa batas waktu; tidak harus ada krisis dulu; atau, setiap situasi adalah situasi darurat. Dari mana kita menentukan bahwa sesuatu adalah darurat? Penguasa politik yang menentukan itu.

Biopolitik versi Agamben ini tampak berbeda dari versi Foucault mau pun Aristo; tetapi, sejatinya, Agamben justru membawa kekuatan biopolitik sampai titik ekstremnya.

Barangkali, dengan ilustrasi akan memudahkan untuk memahami eksepsi. Aturan veto dalam PBB adalah contoh jelas. Lima negara adikuasa membuat eksepsi berupa veto. Berdasar “hukum” tidak ada negara yang memiliki veto kecuali lima negara. Berdasar apa “hukum” itu ditetapkan? Berdasar kekuatan politik dari lima negara itu sendiri.

Contoh sistem zonasi untuk sekolah di Indonesia juga merupakan praktek eksepsi yang tegas. Anak-anak yang berada pada zona tertentu, misal radius 5 km dari sekolah, berhak mendaftar ke sekolah favorit; mereka yang berada di luar zona tidak berhak; mereka adalah eksepsi. Berdasar apa “hukum” zonasi ditetapkan? Berdasar kekuatan politik oleh penguasa; maksudnya, penguasa bisa memberlakukan zonasi atau membatalkannya.

Eksepsi adalah hidup mati bagi Anda. Maksudnya, Anda bisa hidup atau mati akibat eksepsi. Anda bisa sukses atau sengsara akibat eksepsi.

Israel memiliki eksepsi bisa menyerang Gaza; begitu juga Gaza memiliki eksepsi bisa diserang tanpa perlindungan. Tentara Israel bisa hidup begitu saja; warga Gaza Palestina bisa mati tiba-tiba tanpa perlindungan. Rusia dan Ukraina juga sama-sama eksepsi juga.

Kehidupan kita sehari-hari adalah eksepsi itu sendiri. Anda bisa hidup karena saat ini penguasa politik tidak menyerang Anda; bila suatu saat penguasa politik menyerang maka apa yang Anda bisa lakukan? Di Indonesia, kita mengenal almarhum Munir sang pejuang kemanusiaan yang mati di pesawat terbang. Anda bisa saja diculik oleh orang tak dikenal lalu hilang. Anda bisa saja dituduh sebagai musuh negara lalu pengadilan memutuskan bahwa Anda harus dihukum mati. Politik saat ini memang ngeri.

Tentu saja, politik bisa hanya membuat Anda sukses atau sengsara. Politik bisa mengucurkan dana berlimpah kepada Anda; atau lebih lembut, politik bisa menetapkan undang-undang yang menjadikan bisnis Anda sukses tak terbayang. Sebaliknya, politik bisa melarang bisnis Anda sehingga bangkrut. Politik adalah biopolitik eksepsi setiap saat. Lalu, apa solusinya?

4. Biopolitik Digital

Era digital, biopolitik makin mengerikan. Dampak eksepsi adalah disrupsi; atau, bila tidak disrupsi maka belum masuk kategori eksepsi; belum masuk ranah biopolitik.

Sukses bisnis digital adalah eksepsi yang berdampak disrupsi. Misal Apple, Google, Amazon dan lain-lain adalah eksepsi. Mereka memegang beragam hak paten, merek dagang, izin khusus dan lain-lain. Tentu saja, hak paten adalah eksepsi. Hak paten hanya mengijinkan pihak tertentu mengeruk keuntungan sementara pihak lain kena disrupsi.

Sikap Cina misal melarang youtube masuk ke Cina adalah eksepsi sehingga youtube nyungsep kena disrupsi di Cina dan beberapa negara lain. Larangan penjualan chip AI ke berbagai negara juga jelas eksepsi untuk meruntuhkan power negara tertentu.

Karena hampir seluruh dunia terhubung oleh teknologi digital maka dampak eksepsi dan disrupsi meluas ke seluruh penjuru tanpa butuh banyak waktu.

5. Biopolitik Kita

Lalu apa yang harus kita lakukan terhadap biopolitik?

Apakah kita harus menjadi penguasa politik sehingga bisa menetapkan eksepsi dan mengeruk keuntungan besar? Ataukah, kita perlu menjaga jarak dari politik dengan konsekuensi jadi korban eksepsi dan korban disrupsi? Bisakah diri kita menjadi penguasa politik yang yang jujur adil?

Anda perlu menjawab pertanyaan-pertanyaan itu.

Hanya saja jawaban “saya selalu taat hukum” adalah jawaban yang tidak layak. Karena setiap “hukum” atau aturan adalah eksepsi dan disrupsi itu sendiri. Equality before the law; all are equal before law. Apa makna before-law?

Before-law, kita adalah manusia. Di depan hukum, kita semua sama sebagai manusia. Sebelum ada hukum, kita semua sama sebagai manusia. Manusia macam apa Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar