Setiap pernyataan butuh bukti. Rumah ini milik Anda? Anda bisa menunjukkan bukti berupa sertifikat. Anda sudah membayar tagihan? Anda bisa membuktikan dengan kuitansi. Anda menemukan formula baru? Anda bisa membuktikan dengan hasil riset. Tetapi, bukti-bukti tidak lagi penting; mengapa?

1. Bukti Kerja
2. Bukti Transaksi
3. Bukti Sains
4. Bukti Seni dan Nilai
5. Bukti Realitas
Kita bisa menambahkah; hakim butuh bukti untuk vonis; sains butuh bukti untuk menetapkan teori; matematika butuh bukti untuk menetapkan teorema.
Bukti menjadi tidak penting lagi karena banyak pihak bisa menciptakan bukti; dan banyak pihak bisa menghilangkan bukti; serta banyak pihak bisa manipulasi bukti.
1. Bukti Kerja
Kemarin, saya berkunjung ke tempat anak yang kerja di Jakarta. Dalam seminggu, dia wajib kerja hanya 1 hari saja; gaji tetap tinggi; produktivitas juga tinggi. Resminya, 2 hari libur penuh; dan 4 hari kerja adalah bebas; boleh masuk kantor dan boleh tidak masuk kantor.
Jumlah hari kerja makin dikit tetapi hasil kerja lebih banyak.
Jadi, apa bukti kerja? Apakah harus kerja 5 hari tetapi tidak produktif? Apakah cukup kerja 1 hari dengan hasil produktivitas lebih besar?
2. Bukti Transaksi
Di jalan tol, saya sempat terhambat gara-gara ada orang lama banget menunggu bukti transaksi pembayaran. Sejatinya, proses pembayaran jalan tol sudah cukup singkat; tempel kartu etoll maka sekitar 5 detik beres. Tetapi, orang tersebut perlu bukti transaksi sehingga perlu menunggu lama; dan saya ada di belakangnya, sehingga, terbawa nunggu lama juga. Mobil tersebut plat merah; milik pemerintah.
Bukti transaksi toll benar membuktikan bahwa dia memang membayar toll; memang melintas di jalan toll. Apakah bukti transaksi juga membuktikan bahwa orang itu sudah bekerja? Bisa jadi dia melintas tol untuk mengunjungi pacarnya; bukan untuk bekerja. Bukti transaksi toll hanya alibi; hanya bukti untuk menyembunyikan kunjungan ke pacar tetapi mengaku sudah kerja.
Jelas, dalam kasus ini, bukti menjadi tidak penting lagi?
3. Bukti Sains
Sains membutuhkan bukti empiris. Apel jatuh dari pohon ke tanah menjadi bukti teori gravitasi oleh Newton.
Terbukti apel jatuh lurus vertikal dari atas pohon menuju ke bawah sampai tanah. Tetapi, pengamatan lebih dalam, apel jatuh bukan bukti bagi gravitasi Newton. Karena apel jatuh melengkung; bukan lurus; bukan seperti dugaan Newton. Kita tahu bahwa bumi berputar melengkung mengitari matahari. Gerak apel jatuh yang kita sangka lurus ternyata melengkung sebagaimana bumi mengitari matahari.
Jadi, apakah bukti bernilai penting bagi sains?
4. Bukti Seni dan Nilai
Lagu Chrisye “Ketika Tangan dan Kaki Berkata” begitu indah menyentuh hati. Apa bukti lagu itu indah? Hatiku tersentuh oleh lagu itu. Tetapi, orang lain banyak yang tidak tersentuh hatinya oleh lagu itu.
Apa bukti sesuatu sebagai baik atau buruk? Apa bukti sesuatu bernilai tinggi?
Bukti, tampak, tidak terlalu punya arti.
5. Bukti Realitas
Bukti bernilai penting jika bukti itu adalah realitas; bukti adalah kenyataan apa adanya; bukti adalah hakikat kebenaran. Tetapi, apa itu realitas? Atau, apa bukti bahwa sesuatu adalah realitas? Andai, kita menemukan bukti dari realitas maka apakah kita membutuhkan lagi bukti dari bukti realitas, sehingga, berlanjut butuh bukti tanpa henti?
Setiap klaim kebenaran butuh bukti; tetapi, bukti itu sendiri butuh bukti lain misal bukti-2; selanjutnya, bukti-2 butuh bukti lagi, misal, bukti-3; dan seterusnya tanpa henti. Bagaimana solusinya?
Kita akan menjawab dengan tiga pendekatan: paradigma; narasi; dan batin.
Paradigma dan Konteks
Setiap bukti berada dalam konteks paradigma tertentu. Bukti transaksi tol menjadi penting dalam konteks “kita ingin menguji apakah gerbang tol Semanggi berhasil mencetak kertas transaksi tol dengan kualitas yang diharapkan?” Bahkan, dalam konteks paradigma ini, kita perlu lebih banyak bukti transaksi dan analisis statistik.
Tetapi, dalam konteks kerja, bukti transaksi tol justru bisa menjadi alibi; menjadi bukti palsu; menjadi alibi: mengaku kerja padahal mengunjungi pacar. Sementara, wajib kerja hanya 1 hari dalam 1 pekan tidak bisa menjadi alibi terhadap produktivitas tinggi; artinya, karyawan justru wajib menghasilkan tinggi karena hanya kerja 1 hari dalam sepekan.
Sibuk kerja tidak membuktikan apa-apa. Justru rakyat butuh menjadi lebih adil makmur meski pemimpin tampak kerja biasa saja; tidak harus menampakkan diri sebagai terlalu sibuk kerja. Resiko bencana bisa terjadi akibat pemimpin sibuk kerja sampai lupa terhadap nasib rakyat jelata.
Lalu konteks dan paradigma mana yang paling tepat? Paradigma futuristik adalah salah satu pilihan terbaik. Futuristik adalah mengutamakan masa depan dari masa lalu. Futuristik fokus kepada masa depan dengan merangkul masa lalu dan masa kini.
Narasi
Bukti menjadi ada arti ketika berada dalam satu narasi. Bukti yang sama tetapi narasi berbeda maka akan menghasilkan makna yang berbeda. Narasi apa yang sedang Anda kembangkan?
Batin
Bukti materi hanya sebagai tanda dari situasi batin. Ketika situasi batin saling percaya, trust tinggi, tidak perlu bukti; semua situasi adalah baik-baik saja; lebih dari bukti materi. Sebaliknya, ketika situasi batin sedang hancur, tidak ada trust, maka perlu mengumpulkan bukti; yaitu bukti-bukti untuk meruntuhkan trust; bukan bukti untuk menguatkan trust.
Yang terjadi adalah kuatkan batin antar masyarakat; buat masyarakat saling percaya; buat diri kita memang pantas dipercaya; maka segala situasi adalah bukti selarasnya hidup ini. Sebaliknya sulit terjadi; bukti-bukti materi tidak membentuk selarasnya batin masyarakat; karena bukti-bukti materi bisa hanya hasil manipulasi. Bangun situasi batin; kemudian, biarkan bukti-bukti materi selaras dengan berkembangnya situasi batin ini.
Situasi batin seperti apa yang perlu dibangun? Situasi batin futuristik. Situasi batin yang mengutamakan masa depan lebih dari masa lalu. Situasi batin yang fokus masa depan dengan merangkul masa lalu dan masa kini.
Bagaimana menurut Anda?

makasih infonya paman apiq
SukaDisukai oleh 1 orang
Trims juga Omjay,,, pagi ini baru saya bereskan tulisannya.
Semalam baru ide saja.
SukaSuka