Tugas menentukan arah kiblat adalah sangat mudah dan, sekaligus, paling sulit. Mudah saja; Anda tinggal datang ke masjid lalu lihat petunjuk arah kiblat; selesai, Anda menemukan arah kiblat. Atau, Anda bisa buka aplikasi di hp kemudian temukan arah kiblat. Apakah arah kiblat seperti itu bisa dipercaya?

Arah kiblat adalah arah yang menunjuk ke Kabah di kota Mekah. Cara paling mudah dan meyakinkan menentukan arah kiblat adalah dengan datang ke Masjid Haram; kemudian, tataplah Kabah; dan Anda berhasil menghadap arah kiblat itu. Lebih menarik lagi, ketika pintu Kabah dibuka, Anda boleh masuk ke dalam Kabah, maka ke mana pun arah Anda sholat maka Anda sudah tepat ke arah kiblat.
Bagaimana dengan orang di luar kota Mekah? Anda yang berada di luar Mekah, misal Anda di Indonesia, ke arah mana pun menunjuk maka Anda akan menunjuk ke arah langit; ke arah atas; menjauh dari bumi. Karena bumi melengkung; seperti bola. Kabah berada pada lengkungan bumi yang berbeda dari Indonesia. Kita akan membahas beberapa solusi alternatif di bawah ini.
1. Waktu Sholat
2. Kalender Hijriah
3. Arah Kiblat
Penentuan waktu sholat adalah mudah karena menggunakan jam matahari. Mudah dalam arti kita akan menemukan metode dan hasil yang makin akurat dan presisi. Membuat kalender hijriah adalah tugas sulit. Karena memanfaatkan posisi bulan terhadap matahari dari perspektif manusia bumi. Konsekuensinya, kalender hijriah perlu mengkaji dinamika bulan, matahari, dan bumi. Sedangkan penentuan arah kiblat adalah paling mudah dan paling sulit seperti kita sebut di atas.
1. Waktu Sholat
Kita ambil contoh waktu sholat duhur adalah mulai matahari di atas kepala (tergelincir) sampai bayangan suatu benda adalah sama panjang dengan panjang benda tersebut.
Atau, waktu sholat duhur adalah mulai pukul 12.00 sampai 15.00 (kita buat idealisasi untuk memudahkan).
Pukul 12.00 adalah ketika matahari di atas kepala kita; matahari tepat vertikal terhadap bumi tempat kita berpijak. Kita perlu menunggu sebentar agar matahari tergelincir; setelah tergelincir maka masuk waktu sholat duhur.
Pukul 15.00 adalah ketika bayangan tongkat 1 meter adalah tepat sama dengan 1 meter; waktu sholat duhur berahkhir. Kemudiaan, sesaat setelah itu, masuk waktu ashar.
Variasi Ideal
Variasi terjadi karena bumi ada yang di sebelah utara atau selatan katulistiwa. Variasi juga terjadi bahwa posisi matahari berbeda hari ini dengan hari kemarin mau pun esok hari. (Untuk kemudahan kita bisa menganggap geosentris; bumi diam sebagai pusat dan matahari yang gerak berputar).
Dengan demikian, lokasi yang jauh dari katulistiwa perlu melakukan kajian-kajian penyesuaian. Sementara, perbedaan posisi matahari hari demi hari terbukti berulang periodik tiap tahunnya. Posisi matahari 15 Juli berbeda dengan 15 Juni tetapi posisi matahari 15 Juli 2022 akan tetap sama dengan posisi matahari 15 Juli 2023 atau tahun kapan pun.
Bagaimana pun, kita tahu bahwa 1 tahun matahari adalah tidak tepat 365 hari tetapi pecahan sekitar 365,25 hari. Sehingga, di tahun-tahun tertentu perlu koreksi berupa tahun kabisat dengan tambahan tanggal 29 Februari.
Hasil akhirnya adalah waktu sholat duhur kurang lebih 12.00 dan berakhir kurang lebih 15.00. Nilai kurang lebih ini berbeda-beda tiap hari tetapi periodik, berulang kembali, dalam tiap tahun.
Kesimpulannya tugas menentukan waktu sholat adalah mudah, dalam arti, para ilmuwan bisa mengkajinya dan merevisi setiap saat untuk mendapatkan hasil yang lebih akurat dan presisi.
Tantangan Interpretasi
Masalah muncul ketika berbeda interpretasi. Waktu sholat subuh ada yang mulai 20 derajat di bawah ufuk; ada juga yang mulai 18 derajat di bawah ufuk; atau ada interpretasi lain lagi.
Konsekuensinya, perbedaan interpretasi menghasilkan perbedaan waktu sholat subuh. Perbedaan ini bisa diselesaikan dengan musyawarah untuk mencapai mufakat. Atau, bila tidak ada mufakat maka bisa toleransi dengan saling hormat.
2. Kalender Hijriah
Sudah jelas dan disepakati bahwa 1 tahun hijriah terdiri dari 12 bulan. Masing-masing 1 bulan terdiri dari 30 hari atau 29 hari. Tantangan sulit muncul untuk menentukan apakah besok 30 Ramadan atau 1 Syawal bila hari ini adalah 29 Ramadan.
Dinamika
Kita perlu memperhatikan dinamika bulan-matahari-bumi. Menjadi sulit dan menantang karena dinamika ini tidak periodik; atau sejauh ini, belum ditemukan sebagai periodik.
Umumnya, bulat sabit atau hilal diyakini sebagai tanda awal bulan baru. Para ilmuwan mengetahui bahwa bulan baru perlu diawali oleh rembulan baru yaitu konjungsi atau ijtimak. Dari 1 konjungsi ke konjungsi berikutnya adalah 1 siklus sinodis rembulan sekitar 29,5xyz hari.
Ketika terjadi konjungsi, kita berada di tanggal 29 Ramadan. Besok adalah 30 Ramadan atau 1 Syawal?
Periode konjungsi = 29,5xyz hari bisa dihitung berdasar waktu revolusi bumi B = 365,abc hari dan waktu revolusi rembulan R = 27,3pqr hari.
Periode konjungsi atau sinodis:
S = B*R/(B – R) = 29,5xyz hari
Kita tahu bahwa B dan R adalah data empiris. Kita perlu mengukur revolusi bumi dan rembulan secara empiris. Konsekuensinya, B dan R, adalah estimasi atau aproksimasi. Setiap pengukuran empiris menyertakan margin error dan level keyakinan. Perhitungan matematis periode konjungsi juga bersifat estimasi. Jadi, kalender hijriah memang sulit.
Visibilitas Rukyat Hilal
Arab Saudi memilih metode rukyat hilal; yaitu melihat penampakan bulan sabit. Asumsi dasar adalah besok 30 Ramadan; kecuali ada orang yang bisa melihat hilal senja itu berdampak 30 Ramadan gagal; 30 Ramadan terfalsifikasi. Bila 30 Ramadan gagal maka Saudi menetapkan bahwa besok adalah 1 Syawal.
Gagal melihat hilal bisa disebabkan oleh banyak hal: hujan, mendung, hilal terlalu dekat dengan matahari, atau lainnya. Sementara, sukses melihat hilal, sejatinya, tidak membuktikan bahwa besok adalah bulan baru; tetapi berhasil membatalkan besok 30 Ramadan.
MABIMS melangkah lebih berani dengan menetapkan kriteria 3 derajat (elongasi 6,4). Jika dari hisab diperoleh tinggi hilal 4 derajat (lebih tinggi dari 3 derajat) maka besok adalah 1 Syawal. Tidak terpengaruh apakah senja itu hilal bisa dilihat atau tertutup awan. Umumnya, tinggi 4 derajat memang hilal akan berhasil diamati.
Hisab Wujudul Hilal sampai KHGT
Tahun 2024 ini terjadi peristiwa menarik; MU beralih dari kriteria wujudul hilal (WH) ke KHGT (kalender hijriah global tunggal).
WH adalah metode hisab yang menyatakan bila hilal hakiki sudah di atas ufuk maka besok adalah 1 Syawal. Kriteria di atas ufuk ini terbebas dari halangan mendung, awan, atau hujan. Kriteria WH ini sudah ditetapkan, dihitung, secara matematis bahkan jauh hari sebelum Ramadan.
KHGT berlaku global dengan menetapkan konjungsi; kemudian hari berikutnya adalah 1 Syawal dimulai dari IDL (international date line) misal Selandia Baru.
Pada 29 Ramadan itu terjadi konjungsi, misal, sebelum fajar di Selandia Baru maka besok adalah 1 Syawal dimulai pukul 00.01 waktu Selandia Baru. Secara global, wilayah lain mengikuti 1 Syawal setelah Selandia Baru.
Andai konjungsi terjadi setelah fajar, misal pukul 06.00, di Selandia Baru maka besok adalah 30 Ramadan; 1 Syawal dimulai lusa.
Ragam Interpretasi
Saat ini kita mengenal tiga interpretasi utama:
[1] MABIMS: Indonesia dan negara tetangga mengadopsi kriteria MABIMS yaitu tinggi hilal 3 derajat.
[2] KHGT: MU menetapkan bulan baru dimulai dari IDL bila terjadi konjungsi sebelum fajar.
[3] RH: Saudi menjalankan RH (rukyat hilal) untuk memastikan apakah besok 30 Ramadan.
Di antara beragam interpretasi itu, atau ditambah interpretasi lain, bisa disatukan? Tentu bisa saja bila semua sepakat. Sejauh ini, tidak ada tanda-tanda akan sepakat. Tetapi, semua pihak perlu sepakat untuk saling hormat penuh toleransi. Jadi, membuat kalender hijriah memang tugas yang sulit.
3. Arah Kiblat
Cara mudah menentukan arah kiblat, dan sah, adalah dengan datang ke Masjid Haram; lalu, tataplah Kabah; Anda sudah mengarah kiblat dengan tepat.
Kita tahu, lebih banyak orang yang tinggal di luar Mekah, yang jauh dari Kabah secara lokasi. Akibatnya, cara mudah di atas gagal untuk diterapkan secara luas. Alternatifnya, kita perlu mencoba menentukan arah kiblat, yang pada analisis akhir, sangat sulit.
Melihat Matahari
Di hari-hari tertentu, misal 15 Juli dan 16 Juli, posisi matahari tepat di atas Kabah. Pukul 12.27 waktu Mekah matahari tepat di atas Kabah pada 15 Juli 2024; atau 15 Juli tahun-tahun berikutnya. Saat itu adalah pukul 16.27 WIB atau 17.27 WIB.
Di waktu yang tepat itu, tataplah matahari, kemudian turunkan pandangan sampai datar; Anda sudah mengarah kiblat dengan tepat. Cara ini sah dan mudah.
Apa kesulitan dengan cara di atas? Meski situasi cerah tanpa halangan, menentukan arah kiblat dengan melihat matahari tetap menghadapi kesulitan.
Bagaimana Anda tahu bahwa saat itu matahari sedang tepat di atas Kabah? Kita tahu dari informasi dan pengetahuan pada umumnya. Bagaimana informasi dan pengetahuan itu bisa bernilai benar? Kita tidak bisa menjaminnya. Tetapi, secara umum kita bisa percaya bahwa informasi di atas adalah sah.
Kesulitan kedua adalah bumi ini bulat; seperti bola atau telur. Ketika Anda mengarahkan pandang ke kiblat dengan tepat, sejatinya, Anda mengarah ke langit bukan ke Kabah.
Mari kita ilustrasikan ke wilayah Indonesia Tengah; pukul 17.28 adalah jelang maghrib; kita menunjuk ke arah matahari; itu adalah arah yang tepat ke Kabah dan matahari sedang proses terbenam. Andai kita bisa terbang lurus ke arah kiblat maka kita akan sampai ke matahari bukan ke Kabah. Jarak antara matahari dan Kabah adalah ribuan kilometer. Jadi, menentukan arah kiblat adalah sangat sulit.
Menentukan arah kiblat dengan kompas atau aplikasi atau perhitungan matematis akan menghadapi kusulitasn yang sama: mereka mengarah ke langit. Bagaimana pun, metode penentuan kiblat dengan matahari atau aplikasi tetap bisa kita terima; terutama atas pertimbangan praktis.
Menembus Bumi

Tinggalkan komentar