Pendidikan itu baik, pendidikan itu penting, mana mungkin menjadi jebakan? Nyatanya, banyak orang terjebak dalam pendidikan; bahkan banyak negara terjebak dalam pendidikan. Indonesia perlu keluar dari jebakan pendidikan; dan jebakan-jebakan lainnya.
“Kamu harus sekolah di jurusan hukum,” seorang ayah yang kaya raya memaksa anaknya.
“Aku tidak berminat di bidang hukum. Aku hanya berminat di bidang seni,” jawab anaknya.
“Jika kamu tidak kuliah di jurusan hukum maka kamu tidak akan dapat warisan dari ayah,” ayahnya tidak mau kalah.
Si ayah sudah sukses menjadi kaya raya dengan harta ratusan milyar rupiah, dikelilingi gadis-gadis cantik dan seksi sebagai asisten ayah. Mereka sering tugas bersama keluar kota menginap di hotel-hotel mewah. Seluruh penampilan hidup si ayah memang serba mewah.
Si anak berpikir bahwa rugi juga bila tidak dapat warisan dari ayah. Dengan terpaksa, si anak melanjutkan kuliah di jurusan hukum sesuai paksaan si ayah.

Beberapa bulan lalu, seorang anak laki-laki mampir dan ngobrol.
“Udara di Bandung segar ya, Pak?” anak itu menyapa saya dengan ramah.
“Betul. Ada kesibukan apa di Bogor, Dik?” sahut saya.
“Bimbingan masuk PNS.”
“Prospek bagus itu ya, PNS?”
“Sebenarnya, saya tidak mau masuk PNS. Saya lebih suka wirausaha,” anak itu menjawab.
“Mengapa tidak wirausaha jika begitu?”
“Ayah saya tidak mau kasih modal wirausaha. Ayah hanya mau kasih modal bila saya diterima sebagai PNS. Berapa pun modal wirausaha yang saya butuhkan akan diberi oleh ayah asal saya PNS,” anak itu menjelaskan.
“Berapa biaya untuk bimbingan tes PNS di Bogor?” tanya saya.
“Dua ratus juta rupiah Pak,” jawabnya.
Terpesona. Aku terpesona. Indonesia bertabur pesona.
1. Pendekatan Kemampuan
2. Pendidikan Berkualitas
3. Pendidikan STEM
4. Diskusi
Banyak solusi tersedia untuk memperbaiki sistem pendidikan kita. Tidak mudah. Mengapa? Sulit komunikasi, apalagi komunikasi dengan pejabat.
1. Pendekatan Kemampuan
Capability approach (CA atau pendekatan kemampuan) adalah sistem yang adil; sebuah pendekatan untuk mewujudkan sistem yang adil.
Anak itu berbakat seni. Seharusnya, dia berkembang jadi seniman besar. Tetapi, ayah memaksa dia untuk kuliah di fakultas hukum. Terpaksa dia kuliah di fakultas hukum demi warisan dari ayah. Ayah, seperti ini, melanggar “pendekatan kemampuan”. Ayah lain yang memaksa anaknya jadi PNS padahal minat wirausaha juga melanggar pendekatan kemampuan.
Tentu saja zonasi-sekolah juga melanggar pendekatan kemampuan. Mengapa? Meski nama zonasi akan diganti dengan domisili atau lainnya.
2. Pendidikan Berkualitas
Agar “pendekatan kemampuan” berhasil maka kita perlu menyediakan pendidikan berkualitas bagi seluruh warga secara gratis; yakni dibiayai oleh rakyat melalui APBN.
APBN kita mampu menyediakan pendidikan gratis total dengan syarat [1] berkualitas dan [2] bersahaja.
Jika pendidikan tidak berkualitas maka percuma. Jika pendidik, termasuk pejabat, berfoya-foya maka tidak pernah ada anggaran yang cukup. Berapa pun dana akan kurang untuk foya-foya. Tetapi untuk pendidikan yang berkualitas dan bersahaja, kita bisa gratis mengandalkan APBN; dari pendidikan dasar, menengah, sampai sarjana.
Ketika tersedia pendidikan gratis, yang berkualitas dan bersahaja, maka seluruh anak bangsa bisa mengembangkan seluruh bakat yang menjadi minatnya. “Pendekatan kemampuan” terbuka lebar. Anak-anak mampu mengejar cita-cita setinggi langit. Hambatan jelas ada; anak-anak bersemangat mengatasi segala hambatan. Tetapi, jebakan pendidikan lebih sulit untuk dikenali.
3. Pendidikan STEM
STEM menjadi jebakan sangat mengerikan. STEM (sains, teknologi, engineering, math) menyedot anggaran pendidikan secara berlebihan. Mengapa?
Fakultas kedokteran dan informatika adalah contoh STEM yang menjadi favorit bagi siswa dan orang tua. Berapa biaya kuliah kedokteran? Berapa biaya untuk membangun fasilitas dan SDM fakultas kedokteran yang baru? Berapa biaya kuliah di informatika dengan komputer paling canggih? Berapa biaya untuk membangun gedung dan fasilitas komputer serta multimedia fakultas informatika? Tentu butuh dana yang luar biasa besarnya!
Untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, para pahlawan bangsa menyerukan, “Bangunlah jiwanya, bangunlah badannya, untuk Indonesia Raya!” Bukan bangunlah laboratorium yang utama. Bangunlah jiwanya itu paling utama.
4. Diskusi
Terdapat banyak jebakan di dunia pendidikan. Di saat yang sama, tersedia solusi di depan mata.
Bagaimana menurut Anda?

padahal kalau uang 200 juta buat usaha akan menjadi lebih besar ketimbang jadi PNS hehehe
SukaSuka