AI untuk Pendidikan: Mitos atau Fakta?

AI (akal imitasi / artificial intelligence) tampak sangat menggoda bagi dunia pendidikan. Siswa bisa bertanya soal apa saja kepada AI maka AI akan menjawab dengan cepat dan meyakinkan. Guru, dan tenaga pendidikan, dapat menyusun materi ajar memakai AI secara cepat dan menawan. Bahkan, profesor bisa menganalisis hasil kerja dan riset mahasiswa dengan memakai AI: cepat dan meyakinkan.

AI memajukan pendidikan: mitos atau fakta?

AI mempercepat proses pendidikan tampak nyata. Apakah AI meningkatkan kualitas pendidikan? Terjadi pro dan kontra.

AI adalah sekadar alat; AI sekadar teknologi. Gunakan AI untuk kebaikan sebagai alat saja; semua akan berjalan baik-baik saja. Benarkah demikian? Tidak benar. Karena AI bukan sekadar alat. Memandang AI sebagai sekadar alat adalah cara pandang paling dasar; cara pandang yang benar tetapi tidak tepat. Kita butuh memandang AI lebih dari sekadar alat belaka.

1. Masa Depan Pendidikan
2. Berpikir Optimis
3. Berpikir Kritis
4. Berpikir Kreatif
5. Solusi AI

Ketika Pak Tani menanam jagung di kebun samping rumah maka benar Pak Tani memperlakukan “kebun” sebagai “alat”. Kebun menghasilkan jagung, jagung menghasilkan oksigen, oksigen menyehatkan lingkungan, Pak Tani merawat kebun; Pak Tani menggunakan “kebun” sebagai “alat” saja. Berbeda dengan AI. Ketika siswa memakai AI maka siswa menyelesaikan tugas dengan cepat; tetapi siswa tidak paham apa makna tugas belajar tersebut. Seperti siswa SD yang menghitung 7 x 3 pakai kalkulator; siswa SD tidak paham apa makna perkalian 7 x 3 itu; meski kalkulator menjawab dengan cepat hasilnya 21. Kalkulator adalah pembodohan bagi siswa SD. AI bisa menjadi pembodohan bagi seluruh masyarakat.

Secara singkat: AI bukan sekadar alat. Dan masih banyak mitos tentang AI yang perlu kita kaji.

1. Masa Depan Pendidikan

AI adalah buah perkembangan teknologi paling canggih di awal abad 21 ini. Apakah AI (artificial intelligence / akal imitasi / kecerdasan buatan) akan memberi kontribusi positif bagi kemajuan pendidikan umat manusia, pendidikan nasional, dan pendidikan local?

Beberapa tokoh yakin bahwa AI akan berdampak positif bagi dunia pendidikan; mempercepat penyebaran pengetahuan; dan memperluas pengetahuan umat manusia. Beberapa tokoh yang lain justru khawatir bahwa AI akan memperburuk dunia pendidikan; menjadikan manusia lemah berpikir; tidak mampu memaknai fenomena; dan tidak siap untuk bersikap bijak.

Tulisan ini akan membahas beragam mitos dan fakta tentang AI di dunia pendidikan.

Di bagian awal, kita akan berkenalan dengan pengertian AI, contoh-contoh AI dalam kehidupan sehari-hari, panduan etika penggunaan AI, dan prospek serta resiko dunia pendidikan bersama AI.

Di bagian tengah kita akan membahas panduan praktis bagi dunia pendidikan untuk interaksi bersama AI. Kita akan mengungkap beragam mitos dan fakta AI. Kita memperdalam panduan praktis dunia pendidikan bersama AI: berpikir optimis; berpikir kritis; dan berpikir kreatif.

Di bagian akhir, kita akan meringkas dan menegaskan kembali beragam panduan praktis terpenting bagi dunia pendidikan untuk interaksi bersama AI.

Definisi dari AI beragam. Contoh dari AI adalah chatGPT, gemini, grok, deepseek, sahabatAI, dan lain-lain. Wikipedia mendefinisikan AI:

“Artificial intelligence is the capability of computational systems to perform tasks typically associated with human intelligence, such as learning, reasoning, problem-solving, perception, and decision-making.”

AI adalah kemampuan sistem komputer untuk mengerjakan tugas-tugas yang biasanya melibatkan kecerdasan manusia; misal mampu belajar, mampu tanya-jawab, mampu analisis tulisan dan lain-lain.

2. Berpikir Optimis

Apakah AI lebih cerdas dari Einstein?

Mitos: AI lebih cerdas dari Einstein karena AI menampung semua ilmu yang dimiliki Einstein. Kemudian, AI menambah dengan ilmu-ilmu baru dan beragam bahasa yang ada di dunia. AI tidak pernah lupa; Einstein bisa lupa. AI makin kuat sempurna; Einstein makin tua.

Fakta: AI tidak lebih cerdas dari Einstein karena AI tidak bisa memahami bahasa dan ilmu; AI hanya seolah-olah memahami. Einstein lebih cerdas karena menemukan rumus sains baru; AI tidak bisa menemukan.

Saran: Gunakan AI sebatas menambah informasi tertentu dan perlu diuji validitasnya.

Apakah AI memudahkan siswa belajar?

Mitos: AI memudahkan siswa belajar apa saja. Fakta: AI hanya mempercepat siswa menyelesaikan suatu “tugas” belajar. AI tidak mengajak anak untuk belajar; AI hanya mempercepat siswa menghilangkan beban kewajiban belajar. Saran: gunakan AI secara hati-hati dan terbatas; kadang tolak AI sepenuhnya.

Apakah AI memudahkan guru mengajar?

Apakah AI menjadikan administrasi lebih rapi?

Apakah AI menguatkan kemampuan membaca?

Apakah AI menguatkan kemampuan menulis?

Apakah AI bisa menjadi guru?

Apakah AI bisa menjadi siswa?

Apakah AI bisa menjadi anggota belajar kelompok?

Apakah AI bisa menangis?

3. Berpikir Kritis

Apakah AI mampu berpikir kritis?

Mitos: AI bisa berpikir kritis. Berikan arahan AI agar berpikir kritis terhadap suatu masalah maka AI akan menjawab dengan jawaban berupa berpikir kritis.

Fakta: AI tidak bisa berpikir kritis. AI hanya membalas arahan yang diberikan oleh manusia. AI mengaku seolah-olah berpikir kritis padahal hanya mengemas ulang kata “berpikir kritis”.

Saran: Gunakan beberapa balasan AI untuk bekal berpikir kritis; atau analisis balasan AI secara kritis.

Apakah AI membantu siswa berpikir kritis?

Apakah AI membantu guru berpikir kritis?

Apakah AI berdampak positif bagi pendidikan?

Apakah AI berdampak negatif bagi pendidikan?

Apa dampak positif dan negatif AI terhadap kemanusiaan?

Apa dampak positif dan negatif AI terhadap alam?

Apakah AI bisa memahami emosi?

Apakah AI bisa memahami situasi?

Apakah AI bisa menjadi teman komunikasi?

Apakah AI bisa menjadi teman menjalani kehidupan?

Apakah AI bisa menjadi rekanan meniti karir?

Apakah AI menumbuhkan kehidupan sekolah/kampus?

Apakah AI melumpuhkan kegiatan sekolah/kampus?

Apakah AI menumbuhkan idealism pendidikan?

Apakah AI menyuburkan pragmatism pendidikan?

Apakah AI berdampak komersialisasi pendidikan?

Apakah AI bisa dipercaya?

Apakah AI bisa peduli?

Apakah AI sering halusinasi?

Apakah AI menumbuhkan kerja sama di sekolah/kampus?

Apakah AI menumbuhkan kerja sama antar sekolah/kampus?

Apakah AI memicu kesenjangan?

Apakah AI memicu salah paham?

Apakah AI merespon situasi?

Apakah AI melakukan manipulasi?

4. Berpikir Kreatif

Apakah AI bisa kreatif?

Mitos: AI bisa kreatif. AI bisa menghasilkan tulisan secara kreatif; menghasilkan gambar secara kreatif; menghasilkan music secara kreatif.

Fakta: AI tidak bisa kreatif. AI hanya membalas arahan seolah-olah kreatif. Balasan AI adalah kombinasi dari data-data yang sudah ada; jadi, tidak kreatif.

Saran: Gunakan hasil AI sebagai pemicu kreativitas manusia.

Apakah AI hanya reaktif?

Apakah AI memang cerdas?

Apakah AI membantu siswa memahami realitas?

Apakah AI menyembunyikan realitas?

Apakah AI akan mendominasi pendidikan?

Apakah AI menjadikan pendidikan lebih efisien?

Apakah AI mengutamakan efisiensi pendidikan?

Apakah AI mencermati resiko efisiensi?

Apakah AI bisa menciptakan makna?

Apakah AI bisa memaknai proses pendidikan?

Apakah AI bisa memaknai keaslian?

Apakah AI memiliki memori baru?

Apakah AI menguatkan memori siswa?

Apakah AI menguatkan memori kolektif?

Apakah AI menjadi “struktur organic” sekolah?

Apakah AI menjadi “struktur organic” masyarakat?

Apakah AI menumbuhkan keragaman?

Apakah AI bisa empati?

Apakah AI bisa mengajarkan manusia untuk empati?

Apakah AI menyuburkan kearifan local?

Apakah AI menumbuhkan keragaman AI?

Apakah AI bisa apresiasi seni?

Apakah AI bisa berpuisi?

Apakah AI mengembangkan bakat seni siswa?

Apakah AI mengembangkan bakat seni masyarakat?

Apakah AI mengkaji nilai-nilai ruhani?

Mitos: AI mengkaji nilai-nilai ruhani. Perintahkan AI untuk mengkaji nilai-nilai ruhani maka AI akan menjawab berupa kajian nilai-nilai ruhani.

Fakta: AI tidak mengkaji nilai-nilai ruhani. AI hanya membalas arahan untuk mengkaji nilai-nilai ruhani berdasar data; seolah-olah mengkaji nilai-nilai ruhani.

Saran: Gunakan hasil AI sebagai bahan awal kajian ruhani.

Apakah AI bisa peduli?

Apakah AI mengerti penderitaan manusia?

Apakah AI membantu manusia peduli sesama?

Apakah AI membela pihak lemah?

Apakah AI mengutamakan pihak kuat?

Apakah AI membantu siswa peduli sosial?

Apakah AI memiliki kewajiban moral?

Apakah AI memahami kewajiban moral?

5. Solusi AI

Secara singkat, gunakan AI untuk dunia pendidikan secara terbatas dan penuh hati-hati. Kadang-kadang tolak AI sepenuhnya dalam dunia pendidikan; agar lebih leluasa mengembangkan pendidikan yang manusiawi dan alami. Di lain waktu, kita perlu menggunakan AI untuk memicu keragaman ide dan kreativitas.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Join the Conversation

  1. avatar Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd
  2. avatar Tidak diketahui

2 Comments

Tinggalkan komentar