Yang paling penting dari takwa adalah akhirnya. Yang paling penting adalah buahnya. Yang paling penting adalah hasilnya. Jadi, apa buah dari takwa Anda?

Akhir terbaik dari takwa adalah husnul khatimah. Kita, jelas, sedang menapaki waktu menuju mati. Kita perlu mempersiapkan segalanya untuk meraih husnul khatimah. Apa yang Anda siapkan untuk husnul khatimah?
“Demi waktu… sungguh akhir itu lebih baik bagimu dari pada awal.”
Budi adalah seorang guru sekolah dasar biasa. Ketika melihat perkembangan media sosial, Budi terpikir untuk membuat konten edukasi dan disebar melalui media sosial. Awalnya, Budi membuat konten edukasi benar-benar tulus untuk berbagi ilmu pengetahuan. Konten edukasi dari Budi ini mulai disukai banyak orang setelah tersebar lebih dari 5 tahun. Tetap saja, Budi konsisten membuat konten edukasi meski tidak menghasilkan uang yang berarti meski sudah bertahun-tahun.
Di sisi lain, Budi memiliki anak-anak yang mulai remaja. Kebutuhan biaya pendidikan dan tempat tinggal makin membesar. Tetangga menawarkan rumah agar dibeli oleh Budi; boleh diangsur tidak harus tunai. Budi memang membutuhkan rumah itu yang ukurannya sekitar 100 meter persegi; tidak terlalu besar tetapi cukup untuk Budi dan keluarga. Budi memaksakan diri untuk membeli rumah itu dengan simpanan uang yang ada sekedar untuk tanda jadi. Tetangga setuju dan mempersilakan Budi untuk menempati rumah itu. Masih ada tanggungan sekitar 100 juta bagi Budi untuk melunasi rumah itu.
Mengapa tetangga percaya pada Budi untuk membeli rumah itu hanya dengan uang muka, tanda jadi, yang tak seberapa? “Karena Budi adalah orang yang bisa dipercaya,” jawab tetangga mudah saja.
Waktu berbulan-bulan berlalu. Budi ingin melunasi pembelian rumah yang sudah dia tempati bersama keluarga. Ia berusaha ke sana kemari. Uang 100 juta terlalu besar bagi Budi untuk mendapatkannya. Ia sekedar guru honorer yang biasa-biasa saja. Tetangga tidak menagih Budi tetapi Budi ingin menepati janji segera melunasi. Bagaimana caranya? Budi belum menemukan solusi.
Di luar negeri sedang terjadi perubahan ekonomi besar-besaran. Budi tenang-tenang saja. Youtube mengganti pimpinan dengan pimpinan baru yang peduli dengan program pendidikan. Pimpinan baru ini menghubungi Budi menawarkan kerja sama. Budi diminta untuk membuat konten edukasi dalam jumlah tertentu untuk diunggah (upload) di youtube. Tentu, Budi setuju saja. Selama ini, Budi sudah mengunggah konten edukasi seperti itu bahkan tanpa dibayar.
Kerja sama berjalan lancar. Budi membuat konten edukasi sesuai kesepakatan kemudian menerima suntikan dana segar beberapa ribu dolar. Budi menukar dolar menjadi rupiah dan lebih dari yang dibutuhkan untuk melunasi pembelian rumah tetangga.
Awalnya, Budi dengan tulus berbagi konten edukasi sebagai sebuah bentuk takwa. Akhirnya, Budi memperoleh bonus bisa melunasi pembelian rumah dengan jalan yang sama: berbagi konten edukasi.
Sudah banyak bukti bahwa akhir adalah lebih baik dari pada awal. Baik bukti empiris sehari-hari, bukti ilmiah, sampai bukti dalil-dalil ayat suci saling menguatkan. Tetapi, manusia mudah terjebak dengan salah pikir. Tidak benar bahwa awal lebih buruk dari akhir. Tidak benar juga bahwa proses lebih buruk dari akhir. Yang lebih benar, kebaikan takwa terbentang dari akhir, awal, dan prosesnya.
Takwa membentang dari tujuan akhir (husnul khatimah) menyinari masa lalu (hikmah awal) untuk mensyukuri anugerah masa kini (istiqomah di jalan takwa).
Jika satu bulan terdiri 30 hari, maka, Anda bisa membaca 30 renungan takwa tepat satu hari dengan satu renungan. Jika ada hari ke 31, maka, Anda bisa membaca epilog dan prolog. Kemudian, proses takwa terus berlangsung. Setiap hari, setiap bulan, dan setiap tahun. Semoga berlimpah berkah untuk kita semua.
“Dan perhatikan oleh dirimu apa yang telah engkau lakukan untuk hari esok.”

Tinggalkan komentar