Anugerah Sejarah

Sejarah berlimpah hikmah. Orang yang belajar sejarah memperoleh butiran-butiran permata hikmah. Mereka yang tidak mau belajar dari sejarah akan dipaksa mengulangi kesalahan sejarah; dalam beragam variasi sejarah; dalam beragam makna sejarah. Tetapi, bagaimana cara kita belajar dari sejarah? Agar memperoleh sekarung hikmah?

Dalam buku “7 Pintu Anugerah,” saya menempatkan tema sejarah sebagai pintu ke-7; pintu terakhir; pintu paling penting untuk meraih hikmah. Berikut beberapa poin penting hikmah dari anugerah sejarah.

[a] Sejarah Masa Depan. Umumnya, kita memandang sejarah sebagai kejadian masa lalu; tetapi, kita perlu menguatkan perspektif masa depan dalam membaca sejarah; perspektif futuristik. Dengan demikian, kita lebih fokus kepada hikmah masa depan dari setiap sejarah.

Misal kita membaca sejarah proklamasi 1945; apa hikmah masa depan?

Pejuang kemerdekaan tetap semangat berjuang meski hanya bermodal bambu runcing; hanya modal seadanya; hanya kemampuan sederhana. Hikmah masa depan: kita bisa meneladani semangat para pejuang untuk mengembangkan kebaikan bersama di masa depan; sejak saat ini; meski terdapat banyak keterbatasan.

[b] Posibilitas Masa Depan. Ketika membaca sejarah maka apa saja posibilitas masa depan yang terbuka? Apa saja peluang masa depan yang ada? Apa saja kebaikan masa depan yang bisa kita kembangkan? Tentu kita akan menemukan banyak posibilitas kebaikan masa depan. Kita bisa mengembangkan beragam kreativitas dengan inspirasi dari sejarah.

[c] Kritik Sejarah. Bisa jadi, kadang-kadang, kita membaca sejarah dengan cara kritis. Kita berniat “meluruskan” sejarah yang selama ini tampak ditutupi oleh kebohongan atau kesalahan. Meski demikian, kita tetap perlu waspada terhadap niat diri kita; Apa maksud terdalam dari niat kita? Apa saja asumsi tersembunyi dari niat kita? Apa konsekuensi masa depan dari niat kita? Apa saja beragam alternatif masa depan yang mungkin dikembangkan?

Dengan waspada terhadap niat masa depan, kita tetap bisa memperoleh hikmah meski mengkaji sejarah secara kritis. Lebih-lebih, bila kita berniat menemukan inspirasi dari sejarah maka butiran permata hikmah akan bertaburan berlimpah.

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar