Mudik ke Udik Futuristik

Mengapa mudik selalu membahagiakan? Mengapa mudik selalu meriah tiap tahun? Mengapa mudik makin asyik?

Karena dengan mudik, kita mengenang masa-masa indah masa lalu. Pesona nostalgia begitu menggoda. Nostalgia bertemu orang tua; bertemu orang yang dicinta; dan bertemu sahabat-sahabat lama; betapa bahagia. Tetapi pesona bahagia mudik bukan karena nostalgia masa lalu; melainkan, mudik menjadi penuh pesona karena menghadirkan nostalgia masa depan; nostalgia udik futuristik. Bagaimana bisa begitu?

Dalam buku Logika Futuristik, saya menyebutkan bahwa manusia berpikir berdasar logika masa depan; kita menempatkan masa depan sebagai paling utama. Demikian juga dalam pengalaman mudik, kita menempatkan nostalgia masa depan sebagai paling utama. Sehingga, mudik makin bertabur pesona bahagia.

1. Menuju Udik
2. Sangkan Paraning Dumadi
3. Udik Futuristik
3.1 Ibu Bapak Futuristik
3.2 Sahabat-Sahabat Tua
3.3 Masa Depan Leluhur
3.4 Doa Generasi Masa Depan
3.5 Rindu Mudik

Dalam buku Logika Futuristik jilid 2, yang berjudul 7 Pintu Anugerah, saya menempatkan sejarah masa depan sebagai Pintu Anugerah Terakhir; Augerah paripurna.

1. Menuju Udik

Secara bahasa, mudik adalah “proses menuju udik” atau proses menuju kampung. Orang-orang Jawa yang hidup di kampung, sebagiannya, merantau ke kota atau ke luar Jawa. Tiba waktu libur lebaran, orang-orang rantau ini pulang menuju kampung; menuju udik; mereka mudik.

Seiring waktu, penggunaan istilah mudik makin berkembang. Orang Betawi, yang tinggal di Ibu Kota Jakarta, bisa saja mudik ke kota Jakarta dari tempat rantau di suatu kampung. Sehingga, konotasi menuju udik, yang seakan-akan kampungan, menjadi lebih bersinar. Mudik bisa saja bermakna menuju kota.

Tetangga saya lahir di kota Bandung, besar di kota Bandung, dan menjadi tua di kota Bandung. Tetangga itu berkata, “Saya ingin mudik tetapi mudik ke mana?” Tampaknya, mudik makin menebarkan pesona daya tarik. Dalam tulisan ini, saya mencoba meluaskan daya tarik makna mudik sampai ke udik futuristik.

2. Sangkan Paraning Dumadi

Kita mengenal ajaran leluhur “sangkan paraning dumadi.” Sebagai manusia, kita perlu berpikir mendalam dari mana kita berasal; dan ke arah mana kita menuju akhir; ke mana kita mudik futuristik?

Kitab suci mengajarkan, “Sesungguhnya kita adalah milik dari Tuhan; dan sesungguhnya kita kembali kepada Nya.”

Sangkan, titik awal, eksistensi diri kita adalah anugerah dari Tuhan. Barangkali, kita tidak ingat akan sangkan berupa anugerah dari Tuhan ini. Kenangan kehidupan bayi diri kita ketika usia 1 atau 2 bulan saja, kita tidak ingat. Wajar bila kita tidak ingat tentang sangkan. Bagaimana pun, kita selalu bisa merenungi tentang sangkan sebagai anugerah Tuhan.

Paran, atau tujuan akhir, kita bisa memikirkannya. Bahkan, kita perlu merencanakan paran terbaik yaitu akhiran baik bagi diri kita. Paran bersifat personal, sosial, dan natural. Kita sendiri adalah dumadi; yaitu eksistensi konkret sebagai manusia alamiah yang hidup berbudaya; dan mati ketika waktu tiba.

3. Udik Futuristik

Mengapa mudik begitu membahagiakan? Karena dengan mudik, kita sedang menuju nostalgia masa depan; menuju udik futuristik. Kita mengira, dengan mudik, sedang menuju kenangan masa lalu. Sejatinya, kita sedang menyusuri masa depan saat menjalani mudik.


3.1 Ibu Bapak Futuristik
3.2 Sahabat-Sahabat Tua
3.3 Masa Depan Leluhur
3.4 Doa Generasi Masa Depan
3.5 Rindu Mudik

Bagaimana menurut Anda?

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar