Apakah Anda setuju: pelajaran matematika dimulai sejak TK?
Saya setuju. Bahkan sangat setuju bahwa pendidikan matematika dimulai sejak usia TK (taman kanak-kanak) atau lebih dini. Dengan syarat pembelajaran matematika berjalan secara kreatif, menyenangkan, tanpa beban.

Saya tidak setuju bila matematika diajarkan seperti selama ini. Saya tidak setuju matematika untuk TK; bahkan, juga tidak setuju matematika untuk SD, SMP, dan SMA bila diajarkan dengan cara yang membebani. Saya mengusulkan revisi materi dan metode belajar matematika sejak dini, TK, SD, SMP, SMA, dan kuliah; terutama sarjana pendidikan matematika.
Seperti apa usulannya?
1. Menteri Pendidikan Prabowo
2. Tim Siswa Seluruhnya
3. Olimpiade dan Kompetisi Bidang
4. Matematika Kreatif
5. Diskusi
5.1 Tim Retak
5.2 Perbanyak Kompetisi dan Penilai Independen
5.3 Suburkan Kreativitas
5.4 Kompilasi
5.5 Kebijakan Politik
Pertama, kita perlu mempertimbangkan bagaimana arah kebijakan kabinet Merah Putih era Prabowo. Kemudian, saya mengusulkan bahwa siswa dan guru adalah satu tim kompak; siswa seperti pemain bola dan guru seperti pelatihnya. Selanjutnya, perlu beragam ajang kompetisi untuk matematika dan bakat lain misal bahasa, seni, dan olah raga. Tentu saja, saya mengusulkan cara belajar matematika yang asyik yaitu matematika kreatif.
1. Menteri Pendidikan Prabowo
“Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Abdul Mu’ti mengungkapkan keinginan Presiden RI Prabowo Subianto soal kualitas metode pembelajaran matematika, yakni bisa diperkenalkan pada tingkat taman kanak-kanak (TK).
“Beliau menekankan pentingnya kualitas pembelajaran matematika dan bagaimana dan metode pembelajarannya diperbaiki, termasuk mungkin ini didalamnya konsekuensi untuk itu pelatihan guru matematika,”ujar Mu’ti kepada wartawan Istana Negara.”
Dari berita tampak bahwa Pak Menteri dan Pak Presiden ingin matematika diajarkan mulai dari TK. Bagaimana pun, kita perlu mencermati perkembangan selanjutnya. Bukankah Indonesia sangat dinamis?
2. Tim Siswa Seluruhnya
Problem utama dari matematika selama ini adalah: guru penguasa dan siswa terbebani. Maksudnya, guru bisa memberi nilai buruk atau baik kepada siswa; guru bisa memberi tugas ringan atau berat kepada siswa. Sementara, siswa hanya bisa menerima beban-beban itu dengan sukarela atau penuh derita.
Saya mengusulkan agar guru seperti pelatih bola dan siswa adalah pemain bola; kita semua adalah satu tim kompak; tujuannya adalah memenangkan pertandingan secara fair; menjadikan siswa makin sehat dan cerdas; kita adalah satu tim untuk mencapai tujuan yang tinggi. Siswa butuh guru, butuh pelatih; dan guru butuh siswa; butuh pemain bola.
3. Olimpiade dan Kompetisi Bidang
Olimpiade matematika penting karena menjadi target bagi tim guru dan siswa. Nilai raport tidak bisa jadi target. Karena raport menjadikan guru berkuasa; siswa terbebani. Guru dan siswa tidak jadi satu tim lagi akibat nilai raport. Nilai raport, atau plus deskripsi lengkap, adalah media komunikasi bagi guru, siswa, orang tua, pejabat, dan sebagainya. Nilai raport bukanlah vonis; nilai raport adalah peta potensi pengembangan.
Kita butuh lebih dari olimpiade matematika; olimpiade adalah untuk siswa berbakat. Kita perlu mengadakan kompetisi untuk siswa yang berbakat sedang, atau berbakat menengah, dalam matematika. Tujuannya: menjadikan matematika lebih menarik dan lebih seru; tentu juga membangun kekompakan seluruh tim. Kompetisi perlu diperluas dan diperbanyak untuk banyak bidang: seni, olah raga, kreativitas, dan lain-lain.
4. Matematika Kreatif
Sangat penting bagi kita mengembangkan matematika kreatif. Salah satu contohnya adalah matematika kreatif APIQ yang saya kembangkan lebih dari 20 tahun terakhir ini.
Matematika kreatif APIQ meliputi kreatif dalam metode, kreatif dalam materi kurikulum, dan kreatif dalam media pembelajaran. Salah satu tantangan menarik adalah kita perlu membekali guru dengan pelatihan matematika kreatif. Pengalaman saya menunjukkan bahwa guru-guru sangat antusias dengan pembekalan matematika kreatif. Tentu, tersedia banyak cara mengembangkan matematika kreatif.
5. Diskusi
Mari diskusi lebih lanjut!
5.1 Tim Retak
Saya melihat tim retak atau bahkan pecah: siswa berhadapan dengan guru. Tentu, ada yang tim masih utuh. Pecahnya tim ini bisa meluas sampai ke orang tua dan pejabat pendidikan. Pecahnya tim ditandai dengan guru berkuasa “menghukum siswa” berupa nilai raport buruk atau lainnya; sementara, siswa tidak kuasa “menghukum guru” secara formal. Padahal, sebagai tim yang kompak, siswa dan guru perlu saling kerja sama tanpa perlu saling “menghukum.”
Bagaimana solusinya?
a. Hapus Nilai Raport
Hapus nilai raport dan jenis penilaian lainnya.
Dengan menghapus nilai raport maka guru tidak bisa lagi “menghukum siswa.” Dan, perlu aturan bahwa siswa tidak bisa “menghukum guru” dalam bentuk apa pun. Siswa dan guru adalah tim yang kompak mengejar tujuan yang sama; tujuan yang hanya bisa dicapai bila siswa dan guru bekerja sama.
Tujuan bersama itu di antaranya: meraih nilai PISA tinggi; menjadi juara olimpiade beragam bidang studi; menjadi juara kompetisi seni dan olah raga; menghasilkan karya ilmiah remaja; menciptakan dunia pendidikan ramah anak; menciptakan proses belajar yang kreatif; dan lain-lain.
Kementerian bertugas memberi hadiah berupa piagam, atau dana, kepada sekolah yang berhasil mencapai tujuan bersama di atas. Pencapaian ini harus benar-benar bernilai; bermakna; bisa digunakan untuk melanjutkan ke sekolah lanjutan atau universitas idaman.
Dengan demikian, proses belajar matematika sejak TK sampai SMA menjadi petualangan bersama yang seru bagi siswa dan guru. Mereka adalah tim yang solid.
Bagaimana peran nilai raport? Penilaian oleh guru, oleh siswa, oleh masyarakat, dan lain-lain berperan sebagai media komunikasi; bukan sebagai hukuman; penilaian adalah untuk perbaikan proses mencapai tujuan bersama.
b. Hapus Zonasi Sekolah
Hapus zonasi-sekolah dan diganti dengan zonasi-siswa.
Zonasi-sekolah, seperti 5 tahun terakhir ini, berdampak buruk. Bagi siswa yang rumahnya dalam zonasi, radius rumah dekat sekolah, maka pasti diterima di sekolah itu. Siswa bahkan tidak perlu belajar, tidak perlu prestasi, tidak perlu apapun sudah dijamin oleh radius yang dekat sekolah. Sebaliknya, siswa yang di luar zonasi, jauh dari semua sekolah, sudah pasti ditolak untuk daftar ke sekolah. Meski anak itu rajin belajar 13 jam tiap hari, tetap ditolak. Mending, tidak usah belajar saja, menurut anak tersebut.
Zonasi-siswa menggantikan zonasi-sekolah; yaitu setiap siswa memperoleh hak untuk diterima di 3 sekolah terdekat dari rumahnya. Kemudian dilakukan seleksi berdasar prestasi atau tes proporsi. Anak yang rajin belajar berpeluang besar untuk diterima di zonasi terdekatnya.
c. Hapus Jalur Prestasi
Hapus jalur prestasi untuk masuk perguruan tinggi dan diganti dengan tes proporsi dan super-prestasi.
Jalur prestasi, yang berlaku beberapa puluh tahun terakhir ini, perlu dihapus. Karena jalur prestasi berbasis raport; peran nilai raport perlu dihapus; kuota prestasi didasarkan histori sekolah sehingga tidak adil bagi siswa yang berbeda sekolah.
5.2 Perbanyak Kompetisi dan Penilai Independen
Nilai PISA perlu menjadi pertimbangan utama.
Kementerian perlu mengembangkan lebih banyak lembaga independen untuk melakukan penilaian terhadap sekolah, siswa, dan guru. Lembaga ini independen sehingga hasil penilaian mereka tidak “menjilat” kepada pejabat; tidak memuji diri sendiri; tetapi, penilaian kritis yang jujur. Kita bisa memanfaatkan hasil penilaian ini untuk perbaikan proses mencapai tujuan bersama.
Hasil penilaian PISA adalah penting; tetapi kita butuh lebih banyak penilaian independen semacam PISA untuk berbagai bidang.
Lembaga independen ini, barangkali, tidak di bawah menteri pendidikan; misal di bawah menteri ekonomi atau menteri tenaga kerja. Menteri ekonomi berkepentingan bahwa dengan anggaran pendidikan tertentu perlu menghasilkan kualitas pendidikan yang tinggi. Menteri tenaga kerja berkepentingan untuk mendapatkan tenaga kerja terdidik dengan kualitas pendidikan terbaik. Dan menteri-menteri lain bisa juga mengembangkan lembaga independen.
a. Nilai Independen sebagai Feedback
Nilai independen ini menjadi feedback yang jujur. PISA memberi tahu bahwa literasi dan numerasi masih lemah; kita perlu meningkatkan kualitas literasi numerasi. PISA-2, misal dilenggarakan oleh lembaga independen, memberi tahu kreativitas di kelas masih lemah. PISA-3 memberi tahu motivasi siswa untuk membaca masih lemah. PISA-4 memberi tahu keterampilan guru untuk mengembangkan materi ajar masih lemah.
b. Ukuran Target Antara
Skor PISA bisa kita pakai sebagai target-antara untuk mencapai kualitas pendidikan yang lebih baik. Misal tahun ini skor 40% (dari maksimal) maka tahun depan target-antara adalah 45%.
Tentu, skor PISA hanyalah target-antara karena tujuan pendidikan adalah membangun manusia seutuhnya: bangunlah jiwanya, bangunlah raganya, untuk Indonesia Raya.
c. Bentuk Apresiasi ke Siswa dan Guru
Beberapa nilai independen bersifat institusional dan, sebagian yang lain, bersifat personal. Misal PISA bersifat institusional; TOEFL bersifat personal; juara olimpiade matematika bersifat personal.
Nilai-nilai ini mencerminkan apresiasi tanpa hukuman. TOEFL tinggi adalah apresiasi kepada siswa dan dapat digunakan oleh siswa untuk melanjutkan pendidikan atau melamar kerja. Tapi, TOEFL yang rendah tidak menghukum siswa; TOEFL rendah hanya ada konsekuensi bahwa siswa tersebut kehilangan kesempatan saja.
Nilai-nilai kompetisi yang beragam dari bidang sains, seni, olah raga, kreativitas, dan lain-lain mirip seperti nilai TOEFL: bentuk apresiasi penuh arti dan tanpa hukuman.
5.3 Suburkan Kreativitas
Wajib: semua orang menjadi kreatif.
Kurikulum matematika wajib besifat kreatif. Materi kreatif; metode kreatif; pelatihan kreatif; guru kreatif; dan siswa kreatif. Suburkan tanah kreativitas; bangun aturan dan lembaga yang kreatif.
Menjadikan matematika bersifat kreatif, menjadikan pendidikan seluruhnya bersifat kreatif, untuk meningkatkan kualitas pendidikan nasional adalah tugas besar. Siapa pun menteri dan presidennya tetap memikul tugas untuk meningkatkan kualitas pendidikan tanpa batas.
5.4 Kompilasi
Mari kita kumpulkan seluruh diskusi menjadi kompilasi.
Apakah Anda setuju matematika diajarkan sejak TK? Jawab: setuju atau tidak setuju. Masing-masing memiliki argumen.
Apakah Anda setuju kualitas pendidikan ditingkatkan? Jawab: setuju. Atau, harus setuju.
5.5 Kebijakan Politis
Meningkatkan kualitas pendidikan tampak hanya sebagai masalah manajemen saja. Tetapi, sejatinya, pendidikan adalah problem kebijakan politik. Maksudnya, jika para penguasa politik berkomitmen meningkatkan kualitas pendidikan maka kualitas pendidikan akan meningkat; barangkali hanya butuh waktu saja; 10 tahun, 20 tahun, atau 50 tahun.
Sebaliknya, jika penguasa politik tidak komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan, mereka hanya janji manis di bibir, maka kualitas pendidikan akan terpuruk; bahkan dalam waktu yang singkat.
Bagaimana menurut Anda?

tidak setuju, tidak ada belajar di taman, yang ada di taman adalah bermain, perlu penekanan ke budi pekerti, menghormati orang tua. Jangan sampai ada tulisan di kendaraan umum, berikan kesempatan kepada yang lebih membutuhkan. Dan masih ada yang pura-pura tidur.
SukaDisukai oleh 1 orang
Setuju bahwa bermain adalah penting. Setiap ruang dan waktu adalah taman bermain dan taman belajar untuk kita.
Terima kasih,,,
SukaSuka