Tersesat dalam Kompetisi, Kolaborasi, atau Pengorbanan

Mengapa kompetisi itu menyesatkan? Sebenarnya kompetisi itu melahirkan para juara sejati. Paman APIQ dengan menggunakan perhitungan matematika sederhana menunjukkan dengan jelas mana kompetisi yang menyesatkan dan mana kompetisi yang melahirkan juara sejati.

Tulisan ini sudah ditulis oleh Paman APIQ beberapa tahun lalu menjadi beberapa seri. Di bagian ini Paman APIQ menyatukan dan memberikan tautan-tautan yang diperlukan.

Sudah menjadi realitas hidup ini kita menghadapi beragam kompetisi: Ibu-ibu ingin anaknya rangking, Bapak-bapak bersaing meningkatkan karir, pebisnis berebut konsumen, youtuber menambah subscriber, dan ulama berusaha memasukkan ajaran-ajaran ke generasi muda bersaing dengan game.

Berikut ini tulisan paman APIQ secara bertahap.

(1) MENGAPA KOMPETISI ITU BERBAHAYA? BAGAIMANA MENGATASINYA?

(2) KOMPETISI TINGKAT PERTAMA HARUS DIATASI

(3) KOMPETISI MESKI PENTING TETAP MAIN-MAIN

(4) KOMPETISI LEBIH BURUK DARI KOLABORASI, MENGAPA?

(5) HAKEKAT KOMPETISI ADALAH PENGORBANAN

(1) MENGAPA KOMPETISI ITU BERBAHAYA? BAGAIMANA MENGATASINYA?

Mei 1, 2016 · by Paman APiQ · in matematika. · Sunting

Tidak diragukan lagi kompetisi ada pada setiap sisi kehidupan. Tapi mengapa kompetisi memiliki sisi negatif yang berbahaya? Bagaimana cara mengatasi kompetisi? Bagaimana menghilangkan sisi negatif kompetisi? Berikut ini Paman APiQ akan membahas cara mengatasi sisi negatif dari kompetisi.

Munculnya sisi negatif kompetisi berasal dari konsep kompetisi itu sendiri. Maka kita dapat mengatasi sisi negatif kompetisi dengan memahami secara utuh bahwa kompetisi terdiri dari 3 tingkat. Berhenti hanya pada kompetisi tingkat pertama mengakibatkan munculnya sisi negatif. Baik bagi yang kalah dalam kompetisi mau pun yang menang dalam kompetisi tetap terkena sisi negatif.

Mari secara bertahap kita menyelami tingkat demi tingkat dari kompetisi.

Kompetisi Tingkat Pertama: Kompetisi sebagai Kompetisi

Kompetisi tingkat pertama adalah jenis kompetisi paling potensial melahirkan sisi-sisi negatif kompetisi. Sebagaimana orang pada umumnya memahami kompetisi maka kompetisi adalah suatu cara untuk menentukan 1 pemenang di antara banyak peserta yang berkompetisi. Jadi hanya ada 1 pemenang dan sisanya kalah yang berjumlah puluhan, ratusan, atau bahkan ribuan peserta.

APiQ Minion Bungkus

Contoh paling nyata kompetisi tingkat pertama adalah sistem rangking dalam nilai raport sekolah. Misal ada 40 anak maka akan ada 1 anak rangking pertama sebagai juara dan 39 anak lainnya adalah pecundang. Bila kompetisi jenis ini ada dalam sistem pendidikan kita maka makin besar lagi dampak negatifnya. Sedangkan kompetisi dalam dunia olah raga, misal sepak bola, sisi negatif masih relatif kecil.

Tetapi kompetisi jenis ini sudah kita jalani bahkan sejak kita belum lahir. Kisah awal kehidupan manusia adalah kompetisi 400 juta sel sperma yang bersaing untuk membuahi 1 sel telur. Dan dari 400 juta sel ini semua mati kecuali 1 saja yang menjadi juara berhasil membuahi sel telur dan akhirnya menjadi anak manusia kita semua ini.

Jadi pada dasarnya kita sudah berkompetisi sejak awal kehidupan. Kabar baiknya kita adalah juara 1 dari 400 juta pesaing. Ternyata kita adalah juara yang luar biasa! Bersyukurlah wahai para juara.

Sekali lagi, kompetisi tidak bisa kita hindari. Dari awal sampai akhir nanti kita akan tetap menghadapi dunia penuh kompetisi. Yang harus kita lakukan adalah memenangkan kompetisi, menghindari dampak negatif kompetisi, dan meningkatkan dampak positif dari kompetisi.

Bagaimana caranya?

Kita akan membahas di bagian selanjutnya.

(2) KOMPETISI TINGKAT PERTAMA HARUS DIATASI

Mei 2, 2016 · by Paman APiQ · in matematika. · Sunting

Seleksi alam memainkan peran bagai kompetisi beragam spesies untuk beradaptasi. Mereka yang kuat, mampu beradaptasi, mampu berevolusi akan bertahan sampai sekarang. Dinosaurus adalah makhluk kuat dan cerdas. Tapi dino kurang beruntung dalam perjalanan evolusi ini. Maka mereka punah. Teori evolusi ilmiah lengkap dengan ilustrasi fiksi ilmiah memberi kita gambaran jelas kompetisi antar spesies dalam menjalani seleksi alam.

Manusia, di sisi lain, adalah makhluk cerdas tapi lemah secara fisik. Kecerdasan manusia mampu membimbingnya untuk beradaptasi dengan alam. Manusia tetap bertahan hidup sampai sekarang ini. Manusia tidak punah dan masih terus evolusi.

Sejarah alam semesta penuh dengan kompetisi. Bagaimana cara mengatasi kompetisi ini?

Kali ini Paman APIQ akan berbagi cara mengatasi kompetisi, memenangkan kompetisi, dan menghilangkan sisi negatif dari kompetisi atau setidaknya meminimalkan sisi negatif.

Pada tulisan terdahulu, Paman APIQ membagi kompetisi menjadi tiga tingkat. Pada kesempatan ini kita akan membahas kompetisi tingkat pertama. Sedangkan tingkat dua dan tiga akan kita bahas pada kesempatan yang lain. Tingkat pertama adalah kompetisi sebagai kompetisi itu sendiri.

Cara memenangkan kompetisi di antaranya adalah sebagai berikut.

Seleksi Alam

a) Mempersiapkan diri untuk memenangkan kompetisi. Wajar saja mereka yang siap akan menang. Di sebuah kelurahan diselenggarakan kompetisi sepak bola antar RW. Dari 10 RW yang ada, RW 5 adalah yang rutin berlatih main sepak bola seminggu 2 kali. Menjelang kompetisi maka RW 5 mengadakan latihan khusus serta menyiapkan strategi untuk memenangkan kompetisi. Sementara RW lain hanya memilih warganya yang bersedia untuk gabung dalam tim sepak bola. Bagaimana hasilnya?

Seperti kita duga RW 5 memenangkan kompetisi dengan mudah. Meski RW lain berjuang keras ketika bertanding, mereka bukan lawan seimbang untuk RW 5 yang sudah terlatih.

Jadi jangan harap Anda akan menang kompetisi tanpa latihan yang memadai.

Kita telah memasuki MEA (Masyarakat Ekonomi Asean) yang merupakan kompetisi ekonomi antar negara-negara Asean. Apakah kita sudah berlatih? Apakah kita sudah menyiapkan diri memenangkan kompetisi MEA? Apakah kita akan jadi pecundang dalam ajang kompetisi MEA?

b) Menyadari sedang berkompetisi. Kondisi ini lebih parah lagi. Banyak orang Indonesia yang tidak sadar bahwa mereka sedang bersaing dengan tetangga Asean. Mereka tidak sadar sedang bersaing dengan produk-produk Jepang. Mereka tidak sadar sedang bersaing dengan produk-produk Amerika. Akibatnya penduduk Indonesia tidak melakukan persiapan apa pun untuk memenangkan kompetisi. Dan kita tahu dengan mudah siapa yang akan kalah dalam kompetisi ini.

Dalam ajang kompetisi sains nasional misalnya, DKI Jakarta dan Provinsi Jawa Tengah adalah yang paling menyadari pentingnya kompetisi sains. DKI dan Jateng secara konsisten menyiapkan program dan strategi untuk memenangkan kompetisi sains nasional. Bagaimana hasilnya ketika kompetisi sains nasional berlangsung? Juaranya tentu saja sering bergantian antara DKI dan Jateng. Provinsi lain bahkan tidak sadar bahwa mereka sedang berkompetisi.

c) Meningkatkan keunggulan menutupi kelemahan. Tidak ada manusia yang unggul dalam segala bidang. Manusia memiliki keunggulan dalam bidang tertentu dan memiliki kelemahan pada sisi lain. Strategi yang sederhana adalah berkompetisi dengan memanfaatkan keunggulan itu di saat yang sama menutupi kelemahan agar kelemahan itu menjadi tidak berarti.

Kompetisi rangking di sekolah termasuk jenis kompetisi yang memaksa siswa melawan tips c ini. Rangking sekolah akan menjadi lebih banyak merugikan siswa itu sendiri. Yang pada gilirannya juga merugikan masyarakat luas. Karena dalam kompetisi rangking sekolah setiap anak harus bertanding pada semua bidang pelajaran. Padahal masing-masing anak memiliki bakat yang beraneka ragam. Pemenang dalam kompetisi rangking sekolah adalah siswa yang secara rata-rata memiliki nilai tertinggi. Tapi nilai rata-rata sering tidak berguna dalam kompetisi yang sebenarnya.

Alkisah, masyarakat binatang ingin meningkatkan prestasi generasi muda mereka. Maka diadakan kompetisi nasional agar generasi mudah lebih terpacu dalam berlatih. Kompetisi ini menguji keterampilan generasi muda dunia binatang dalam tiga bidang yang sangat penting: lari, renang, dan terbang. Singkat cerita para generasi muda giat berlatih untuk memenangkan kompetisi ini.

Dalam kompetisi lari kuda sebagai pemenang dapat nilai 10. Disusul binatang lain dapat nilai 9 seperti sapi, kelinci, dan anjing. Sedangkan bebek yang rajin berlatih lari dapat nilai 8 dalam cabang ini.

Dalam kompetisi renang kuda mengalami kesulitan, ia hanya mengumpulkan nilai 4. Ikan menjuarai cabang renang dengan nilai sempurna 10. Ular menduduki posisi 2 dengan nilai 9 sedangkan bebek lebih unggul dari kuda dengan mengumpulkan nilai 8.

Cabang kompetisi terakhir adalah terbang dimenangkan oleh rajawali dengan perolehan nilai sempurna 10. Ikan dan kuda yang menjadi juara pada cabang sebelumnya tidak mampu berbuat banyak dalam cabang terbang. Burung merpati dan beberapa burung lain berhasil meraih poin 9. Sementara itu bebek berjuang keras untuk terbang dan berhasil mendapat poin 8 lagi.

Tiba saatnya penganugerahan medali sebagai juara sejati kompetisi generasi muda binatang. Kura-kura tua yang bijak membacakan hasil kejuaraan,

” Terima kasih kepada seluruh generasi muda yang telah berjuang keras dalam berkompetisi. Saat ini kita telah berhasil menentukan siapakah juara sejati.Masing-masing dari kalian telah berjuang siang malam. Sangat sulit untuk memperoleh nilai di atas 20. Bahkan juara 2 hanya berhasil meraih nilai 19. Namun, kita telah memiliki juara sejati dengan nilai 24 dimenangkan oleh bebek.”

Bagaimana kelanjutan cerita ini? Anda dapat menebaknya. Dalam dunia nyata jarang ada kompetisi nilai rata-rata. Bahkan pada kompetisi yang lebih tinggi pun jarang kompetisi rata-rata. Kompetisi hampir semua bersifat spesialis bukan umum. Saat kompetisi dunia binatang tingkat nasional, bebek mewakili masyarakat itu dan menderita kekalahan total dari wialyah lain. Dalam cabang lari bebek kalah oleh kuda tetangga. Cabang renang bebek kalah oleh ikan seberang, cabang terbang bebek kalah dengan rajawali samping negeri.

Strategi rata-rata gagal dalam kompetisi. Strategi spesialis akan memenangkan kompetisi. Bila anak Anda berbakat dalam bermain musik tapi sulit dalam bahasa maka latihlah dia menjuarai dunia musik. Sedangkan dalam bidang bahasa latihlah dia secukupnya saja hanya untuk memenuhi kebutuhan standar. Bila anak Anda bakat renang tapi tidak bakat nyanyi maka ijinkan ia jadi juara renang sedangkan nyanyi latihlah dasar-dasarnya saja barangkali sekedar cukup untuk karaoke. Bila anak Anda berbakat matematika tapi tidak bakat bertani ijinkan dia jadi juara matematika dan ajarkan bertani secukupnya saja.

Bagaimana menurut Anda?

Tampaknya sementara tulisan akan kita akhiri di sini dan pembahasan akan kita lanjut pada tulisan berikutnya.

(3) KOMPETISI MESKI PENTING TETAP MAIN-MAIN

Mei 10, 2016 · by Paman APiQ · in matematika. · Sunting

Sehebat apa pun kompetisi tetap merupakan suatu permainan. Kompetisi adalah game di mana ada yang menang dan lebih banyak lagi yang kalah. Untuk dapat memenangkan kompetisi sepenuhnya maka kita perlu memahami kompetisi lebih dalam lagi. Berikut ini adalah pemahaman kompetisi yang penting untuk Anda.

Pertama, kompetisi adalah permainan. Maka yang terpenting dari kompetisi adalah menikmati kompetisi itu sendiri.

Saya bertanya kepada salah seorang pemain catur senior,”Apakah Anda senang bila menang catur?”

“Tentu saya senang.”

“Bagaimana bila kalah?”

“Bila kalah saya merasa senang juga.”

Bagaimana mungkin kalah juga merasa senang? Teman saya itu menjelaskan. Ia menikmati strategi catur dia yang terbaik. Tapi lawan mengembangkan strategi lebih indah lagi. Itu mengagumkan dan menyenangkan bagi mereka.

Belajar matematika mudah dan cepat

Belajar matematika mudah dan cepat

Kedua, kompetisi mempunyai tujuannya sendiri dan tujuan lainnya. Tujuan kompetisi adalah memilih sang pemenang. Tujuan yang lainnya kadang lebih penting. Yaitu menjadikan para kontestan lebih baik, yang menang atau yang kalah.

Saya pernah ikut kompetisi badminton di kelurahan. Jelas tujuannya adalah memilih juara badminton di kelurahan itu. Tapi tujuan yang lebih penting adalah membangun persahabatan dan persatuan antar warga kelurahan.

Satu tim badminton protes kepada panitia karena merasa diperlakukan tidak adil. Terjadilah debat sengit dengan panitia. Tidak ada yang mengalah sampai terjadi pertengkaran mulut dengan keras. Tim yang merasa dicurangi protes dan akhirnya mengundurkan dari kompetisi.

Kompetisi memang dapat dilanjutkan dan pada akhirnya ada juaranya. Tetapi tujuan yang lebih penting dari kompetisi, yaitu memperkuat persaudaraan, justru gagal diraih. Sebelum semua lebih parah, saya mendekati tim yang dicurangi. Mengajak mereka untuk berdamai. Secara terpisah saya mendekati panitia mengajak berdamai. Dengan pendekatan bertahap akhirnya mereka dapat berdamai dan makin bersahabat.

Bagaimana dengan kompetisi Anda? Apa tujuan yang lebih penting dari kompetisi itu? Apakah tujuan lebih penting itu dapat Anda raih? Pastikan Anda berhasil meraih tujuan yang lebih penting. Bahkan, tujuan ini, dapat diraih oleh sang juara atau pun yang kalah.

Ketiga, setiap orang adalah juara dalam kompetisi tapi juga pecundang. Anda menang dalam kompetisi? Bagus! Anda kalah dalam kompetisi? Bagus juga. Mengapa? Karena ketika Anda kalah dalam kompetisi maka Anda telah memberi kesempatan pihak lain untuk menang.

Anda barangkali kalah dalam sepak bola tapi menang dalam catur. Anda kalah dalam menggambar tapi menang dalam lomba menyanyi. Anda kalah dalam kompetisi sastra tapi menang kompetisi matematika.

Anda dan setiap anak berhak menjadi juara. Tapi tidak harus jadi juara di segala bidang. Jadilah juara di bidang Anda sendiri. Tingkat kemampuan Anda. Raih juara dan berikan yang terbaik untuk alam semesta.

Bagaimana menurut Anda?

(4) KOMPETISI LEBIH BURUK DARI KOLABORASI, MENGAPA?

Mei 11, 2016 · by Paman APiQ · in matematika. · Sunting

Sepertinya sudah tampak jelas bahwa kolaborasi lebih bagus dari kompetisi. Tapi apakah benar demikian? Tidak diragukan kompetisi memiliki dampak negatif meski ada dampak positif. Sedangkan kolaborasi hanya punya dampak positif sehingga terus-menerus dianjurkan.

Dengan kata lain kita dapat menyimpulkan bahwa kompetisi lebih buruk dari kolaborasi? Dalam kesempatan ini saya membahas kolaborasi adalah bentuk tingkat kedua dari kompetisi itu sendiri.Maka kolaborasi tetap memiliki sisi positif mau pun sisi negatif. Kita perlu mewaspadai berbagai macam hal dalam kolaborasi.

Contoh kolaborasi negatif adalah praktek KKN, korupsi kolusi nepotisme. Mereka berkolaborasi dalam kejahatan. KKN merugikan masyarakat. Bahkan makin terbentuk kolaborasi KKN maka makin negatif dampaknya bagi masyarakat dan terutama bagi pelaku.

Tetapi kolaborasi positif tentu lebih banyak kita perlukan lagi. Kolaborasi guru, siswa, dan orang tua dalam memajukan pendidikan sangat penting. Kolaborasi pemerintah dan swasta untuk mebangun negeri tercinta adalah cara paling efektif untuk pembangunan. Kolaborasi pihak keamanan dan tokoh masyarakat untuk mendidik generasi muda sangat penting. Dan masih banyak contoh-contoh kolaborasi positif lainnya.

azoospermia-penyebab-gejala-dan-pengobatan

Kolaborasi sebagai kompetisi tingkat kedua. Dalam tulisan sebelumnya saya membagi kompetisi menjadi tiga tingkatan yaitu kompetisi yang merupakan kompetisi tingkat satu, kolaborasi yang merupakan kompetisi tingkat kedua, dan berikutnya akan kita bahas di bagian selanjutnya adalah kompetisi tingkat ketiga.

Pembuahan sel telur oleh sel sperma adalah contoh kompetisi yang lengkap. Terdapat 400 juta sel sperma yang bersaing untuk membuahi satu sel telur. Pada akhir kompetisi itu hanya ada 1 sel yang berhasil dan semua yang lain mati kalah dalam kompetisi. Jadi, sejak awal pembentukan manusia memang sudah berkompetisi bukan berkolaborasi?

Tahukah Anda bahwa proses pembuahan sel telur adalah proses kolaborasi?

Pertama, untuk dapat terjadi pembuahan harus ada kerja sama kolaborasi antara ibu dan bapak. Tanpa kolaborasi mereka tidak akan terjadi pembuahan.

Kedua, banyak orang hanya melihat sisi kompetisi jutaan sel sperma saja tanpa memperhatikan peran sel telur. Pembuahan hanya bisa terjadi bila tersedia sel telur yang sehat yang bisa berkolaborasi dengan sel sperma.

Ketiga, di antara 400 juta sel sperma, mereka berkolaborasi untuk menyerap jumlah energi yang cukup untuk melakukan perjalanan agar sampai ke sel telur. Jika hanya ada satu sel sperma maka tidak akan mampu sampai ke sel telur. Meski ada daya dorong dari pihak ayah tetapi 1 sel sperma tidak memiliki energi yang cukup untuk sampai sel telur. Hanya menghadapi satu gesekan udara saja 1 sel sperma ini kehilangan daya gerak dan pasti mati di tengah jalan.

Harus tersedia jutaan sel sperma yang berkolaborasi agar mampu menyerap energi untuk bergerak dan mampu menembus halangan semacam gaya gesek udara. Saya berikan sedikit ilustrasi tentang perlunya kolaborasi dalam jumlah besar. Ambil selembar kertas koran. Lalu lipat-lipat dan bentuklah seperti bola. Dapatkah Anda melemparnya sejauh 2 meter atau 3 meter? Barangkali Anda berhasil.

Bandingkan dengan mengambil sesobek kertas. Sobeklah sekecil mungkin. Sobek lagi untuk mendapatkan sobekan yang lebih kecil. Lalu lemparkan sekuat tenaga. Apakah Anda akan berhasil melemparnya sejauh 3 meter? Tidak akan berhasil! Meski Anda melempar sekuat tenaga tetapi sesobek kertas ini tidak sanggup menyerap energi Anda dan kalah dengan gesekan udara.

Demikian juga 1 sel sperma tidak akan sanggup menyerap energi dan pasti gagal menghadapi rintangan. Jadi ratusan juta sel sperma harus berkolaborasi untuk sukses membuahi.

Keempat, berdasar hukum statistik memang diperlukan ratusan juta sel sperma yang berkolaborasi. Karena tingkat keberhasilan membuahi hanya di bawah seper sejuta persen maka diperlukan lebih dari seratus juta sel sperma agar berpeluang ada yang berhasil membuahi sel telur. Satu sel sperma dipastikan akan gagal. Jadi perlu kolaborasi ratusan juta sel sperma. Maka seorang ayah yang ingin punya anak kadang harus melakukan terapi agar mampu menghasilkan jumlah sel sperma yang banyak lebih dari seratus juta sel.

Kelima, saling dorong untuk maju di antara ratusan sel sperma. Kita bisa membayangkan ratusan juta sel sperma ini saling bertabrakan, saling memberi dan menerima energi, saling berkolaborasi sehingga berhasil mencapai sel telur. Bila hanya ada 1 sel saja tidak akan terjadi saling dorong dan pasti gagal membuahi. Butuh kolaborasi.

Jadi, proses pembuahan yang oleh sebagian besar orang dianggap sebagai kompetisi sejatinya merupakan kolaborasi awal kehidupan. Kajian lebih mendalam menunjukkan bahawa kompetisi dan kolaborasi memang bersatu padu. Sehingga kita perlu terus menjadi agar kolaborasi dan kompetisi selalu memberi nilai positif bagi sesama.

Masih ada kompetisi tingkat ketiga yang akan kita bahas pada tulisan lainnya.

Bagaimana menurut Anda?

(5) HAKEKAT KOMPETISI ADALAH PENGORBANAN

Mei 12, 2016 · by Paman APiQ · in matematika. · Sunting

Hanya tersisa sedikit nasi. “Ibu silakan makan nasinya,” kata Wawan yang sambil bersiap akan berangkat sekolah SMA.

“Nasi itu buat sarapan kamu, Wawan. Kamu sarapan dulu sebelum berangkat.”
“Buat Ibu saja. Ibu kan belum makan?”
“Ibu sudah sarapan. Tadi bareng Utami.”
“Oh begitu…? Baiklah.”

Lalu Wawan makan nasi sederhana itu sekedar untuk mengganjal perut. Wawan yang memang anak yatim sejak kecil harus berjuang agar bisa lulus SMA. Tingkat kecerdasan Wawan yang biasa-biasa saja harus dia atasi dengan rajin belajar sambil membantu Ibunya mengumpulkan penghidupan. Ibunya Wawan bekerja apa saja yang diharapkan bisa menopang kehidupan mereka di hari itu.

Setelah Wawan berangkat sekolah, Ibu menahan lapar. Ibu berbohong kepada anaknya. Dia belum makan tapi bilang sudah makan. Ia berkorban demi anaknya agar mau sarapan sehingga dapat belajar di sekolah dengan baik.

Pengorbanan seorang ibu sudah dimulai jauh hari sebelum seorang anak lahir. Ibu mengandung janin dalam kondisi lemah, pusing, dan sakit-sakitan lebih dari sembilan bulan. Ketika melahirkan, ibu mempertaruhkan nyawa. Melahirkan adalah fase hidup mati bagi seorang ibu. Setelah anaknya lahir, ibu senantiasa siaga 24 jam tiap hari merawat dan mengasihi bayinya. Begitu besar pengorbanan seorang ibu. Semua ajaran etika, agama, dan filsafat mewajibkan setiap orang untuk berbakti kepada ibu.Semua bakti seorang anak tidak pernah sebanding dengan pengorbanan seorang ibu.

foto2bpengorbanan2bibu-3

Kehidupan dibangun atas pengorbanan demi pengorbanan.

Kompetisi yang tampaknya saling berebut untuk menang hakekatnya adalah sebuah ladang pengorbanan. Untuk mendapatkan seorang juara sejati harus tersedia puluhan, ratusan, bahkan ribuan pesaing yang berkorban menanggung kalah. Seorang juara sejati harus berterima kasih kepada seluruh lawannya karena sudah berkorban menjadi kalah.

Persaingan ketat anak-anak untuk masuk ke universitas ternama terjadi tiap tahun. Ketika Putri lulus masuk universitas idaman maka ia sudah mengalahkan 3 ribu pesaing calon mahasiswa lainnya. Putri adalah pemenang. Tetapi ia sudah berhutang budi kepada 3 ribu pesaing yang sudah berkorban untuknya.

Sampai di sini sudah lengkap pembagian kompetisi menjadi tiga level.

  1. Kompetisi sebagai kompetisi
  2. Kompetisi sebagai kolaborasi
  3. Kompetisi sebagai kontribusi pengorbanan

Tetapi bukankah awal pembuahan sel sperma kepada sel telur adalah kompetisi murni seperti level 1?

Pandangan sekilas persaingan sel sperma seperti kompetisi murni tetapi kajian lebih dalam menunjukkan bahwa proses pembuahan merupakan 3 macam kompetisi, kolaborasi, dan kontribusi pengorbanan. Kali ini kita akan membahas dari sisi pengorbanan.

Berikut ini adalah penjelasan mengapa sejak awal kehidupan kita sudah saling berkorban dan berkontribusi.

Pertama, dari 400 juta sel sperma hanya 1 yang berhasil membuahi. Maka 1 sel sang juara ini sudah berhutang budi kepada hampir 400 juta sel lain yang sudah rela berkorban sampai mati.

Kedua, banyak orang mengira bahwa 1 sel juara itu adalah yang paling cepat mencapai sel telur tetapi salah. Kalian pemenang bukanlah yang paling cepat, bukan pula yang paling kuat. Kalian hanya beruntung menerima pengorbanan saudara-saudara kalian. Sel yang pertama berhasil mencapai sel telur akan menabrak cangkang sel telur dan berhasil menipiskan cangkang. Namun dirinya akan mati kehabisan energi setelah menabrak cangkang.

Sel kedua pun akan menabrak cangkang telur dan behasil menipiskan cangkang telur itu. Tapi dia rela berkorban mati untuk saudara berikutnya. Proses penipisan cangkang itu terjadi berulang-ulang sampai ribuan kali. Cangkang akan semakin tipis dan siap ditembus setelah terjadi penipisan lebih dari 10 ribu kali. Penelitian menunjukkan setelah sekitar 12 ribu penipisan cangkang maka sel yang ke 12 ribu ini baru berhasil membuahi sel telur.

Jadi, kalian adalah urutan ke 12 ribu. Sudah ada 12 ribu sel yang lebih cepat, lebih kuat, mereka berkorban untuk Anda. Awal kehidupan adalah kisah pengorbanan memberi kontribusi.

Ketiga, setelah terjadi pembuahan maka terbentuk janin kini giliran ibu Anda berkorban penuh cinta untuk merawat Anda sejak dalam kandungan hingga lahir bahkan sampai tua.

Sampai di sini kita dapat mengambil kesimpulan bahwa kehidupan di alam semesta kita bangun dengan pengorbanan demi pengorbanan. Maka kompetisi yang tampaknya seperti persaingan ketat harus kita pandang juga sebagai sebuah medan saling menolong dan saling berkorban.

Bagaimana menurut Anda?

Salam hangat…
angger | agus Nggermanto | Pendiri APIQ | Paman APIQ

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: