Mengapa Belajar sampai China

*Sebuah pengantar untuk buku Berburu Ilmu di Negeri Panda yang Lucu

China berhasil menggebrak dunia, sekali lagi. Warga dunia kagum dengan kemajuan China yang begitu mempesona. Akhir abad 20, China mencoba mengejar industri melalui produksi mobil dan motor lalu ekspor ke penjuru dunia. Tampaknya, meski hasilnya bagus masih kurang dari harapan. Tetapi pada abad 21, China benar-benar berhasil mengagumkan masyarakat dunia. Perusahaan-perusahaan besar China di bidang teknologi informasi berhasil mendominasi dunia. Sebut saja misalnya Alibaba dan Huawei. Dari sisi pertumbuhan ekonomi, China juga termasuk tertinggi di dunia bahkan setelah terjadi pandemi covid-19 sekali pun.

Keterangan tidak tersedia.

Saya merasa senang sekali mendapat kiriman buku tentang belajar di negeri China yang mempesona. Apalagi buku ini langsung dari penulisnya yaitu Om Jay Wijaya Kusumah. Orang sudah kenal Om Jay sebagai blogger pendidikan terbaik Indonesia. Saya sendiri kenal baik dengan Om Jay tapi belum pernah bertemu langsung. Saya mengenal Om Jay dari dunia digital. Saya adalah youtuber pendidikan (youtube.com/pamanapiq dan youtube.com/edujiwa) maka banyak titik temu dengan Om Jay yang blogger keren itu.

Tentu saja, buku Om Jay ini sangat menarik. Berikut ini beberapa catatan saya yang ringkas, barangkali Anda dapat melengkapinya karena lebih banyak lagi hal menarik di dalamnya. Memang benar pepatah lama yang sering kita dengar: tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China.

Pertama, possibilitas. Banyaknya kesempatan baru. Om Jay cerita seru dari awal sampai akhir buku. Banyak kesempatan baru di China. Kesempatan untuk meningkatkan pembelajaran mau pun budaya dan peradaban. Suasana negeri China yang jauh lebih dingin dari Jakarta (Bekasi) membuka lebar-lebar mata kita. Pagi-pagi rombongan harus sarapan. Bukan sarapan biasa seperti di Indonesia. Di China, sarapan itu padat penuh isi. Hal ini penting. Sarapan menjadi energi utama untuk kita berkreasi sepanjang hari.

Sementara, di negeri kita sendiri, ada orang yang kadang tidak sarapan. Atau sarapan dengan makanan sekedarnya. Hal ini dapat membuat mood yang kurang baik di pagi hari. Meski hanya mood, tetapi ini adalah awal yang akan menentukan aktivitas sepanjang hari. Perbedaan kecil di awal hari dapat berdampak besar di akhir hari. Dan bila itu dilakukan sepanjang tahun, 365 hari, maka terbayang berapa besar beda prestasi antara mereka. Saya perlu tambahkan bahwa mood adalah realitas sejati dari diri kita, sebagai manusia. Maksudnya kita akan selalu berada dalam mood. Jika kita menolak suatu mood maka kita akan berada pada mood yang lainnya. Maka mood di pagi hari menjadi penting sekali.

Kedua, pemblokiran media sosial. Beda dengan Indonesia. Di China kita tidak bebas akses media sosial misal WA, youtube, facebook, dan lain-lain. Bahkan banyak juga layanan internet yang diblokir di China. Tembok China tidak hanya di dunia fisik. Tembok China itu juga ada di dunia digital. Apakah China menjadi tertinggal karena dikungkung oleh tembok fisikal dan tembok digital? Tidak juga! Tembok-tembok itu tidak mengurung tetapi melindungi dari berbagai ancaman.

China tidak hanya memblokir layanan internet. Di saat yang sama, China mengembangkan layanan internet dalam negeri yang bersaing dengan dunia luar. Misal untuk WA, di China tersedia WeChat yang sangat bagus. Karena penduduk China lebih dari 1 milyard orang maka jumlah pengguna WeChat bisa saja lebih besar dari WA. Untuk menyaingi mesin pencari google maka disiapkan beragam pesaing misal Baidu. Lagi pula, google tidak mudah melakukan pencarian dalam bahasa China dengan karakter huruf khas China. Maka Baidu memiliki keunggulan bersaing untuk menang.

Apakah Indonesia perlu meniru pemblokiran seperti di China? Saya kira tidak harus begitu. Nyatanya di Indonesia, anak ngeri juga sudah berhasil menunjukkan karya di dunia digital semisal Gojek, Bukalapak, dan lain-lain.

Ketiga, kelas digital. Om Jay cerita, di buku ini, seorang guru mengajar pelajaran kimia paralel untuk 3 kelas di 3 lokasi berbeda, serentak. Cara ini bisa ditempuh dengan dukungan TIK, teknologi informasi dan komputer. Dengan cara ini siswa berkesempatan belajar dari guru terbaik yang ada. Di saat yang sama, guru-guru yang masih muda, juga bisa belajar langsung dari guru terbaik yang sudah penuh dengan pengalaman itu. Saya kita metode seperti ini perlu dikembangkan di Indonesia. Tentu saja akan banyak kesulitan di tahap-tahap awal. Dengan semangat dan improvement berkelanjutan maka kita akan menemukan bentuk terbaiknya.

Keempat, pendidikan karakter. Di bagian hampir akhir, Om Jay menceritakan belum menemukan contoh pendidikan karakter di China. Bagi saya ini pengamatan yang sangat menarik dari Om Jay. Pendidikan karakter itu penting tetapi tidak bisa hanya diajarkan secara teori. Pendidikan karakter paling efektif dijalankan melalui teladan. Guru yang mengajar datang tepat waktu, tidak terlambat. Bahkan guru sudah hadir 30 menit sebelum jam belajar, itu sudah jadi teladan pendidikan karakter terbaik.

Bandingkan dengan kasus guru di tempat yang berbeda. Guru mengajarkan agar siswa datang tepat waktu, sebagai karakter bangsa, secara teori. Ketika mengajar, guru tersebut datang terlambat, tanpa persiapan, tanpa konsistensi. Lebih kuat mana antara pesan yang diucapkan oleh guru dibanding teladan tindakan nyata? Saya kira kita membutuhkan teladan karakter bangsa terbaik.

Kelima, pendidikan terbaik. China mengagumkan terbukti berhasil melaksanakan pendidikan terbaik di dunia. Dalam kancah olimpiade internasinal bidang sains dan matematika, China sering menjadi juara. Untuk kompetisi semacam olimpiade, kita, Indonesia juga sering berhasil meraih juara. Kita bersaing sama baik dengan China. Tetapi untuk pendidikan bagi seluruh siswa yang tersebar di seluruh negeri kita berbeda. Misalnya hasil survey internasional dari TIMSS dan PISA konsisten menempatkan pendidikan untuk rakyat China adalah yang terbaik di dunia. Sementara, survey yang sama, menempatkan Indonesia pada kelompok terburuk.

Karena terbukti Indonesia menang berkali-kali jadi juara olimpiade internasional maka kita optimis ada banyak jalan untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya adalah dengan pemerataan pendidikan berkualitas ke seluruh penjuru Indonesia. Dan buku Om Jay ini merupakan usaha untuk memajukan pendidikan Indonesia seperti dimaksud. Sukses selalu untuk Indonesia Raya.

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

2 Komentar

Tinggalkan komentar