Jokowi Vaksinasi 2: Indonesia Imun

Presiden sudah menjalani vaksinasi ke-2. Begitu juga Raffi. Meski kita sempat dibuat heboh dengan Raffi yang datang ke pesta sesaat setelah vaksin pertama. Raffi yang diharapkan menjadi pengaruh baik dalam menangani pandemi justru bertindak sebagai mana artis, sesuai dirinya. Tampaknya, justru Presiden Jokowi yang bisa konsisten memberi contoh baik menjalani vaksinasi.

Jokowi Jalani Vaksinasi ke-2 di Istana, Begini Momennya

Secara pasti, kita tidak tahu kapan pandemi berakhir. Bahkan dengan program vaksinasi pun kita masih belum tahu. Tapi vaksinasi menjadi harapan utama agar Indonesia mencapai imun nasional – herd immunity skala nasional. Masalah utama dalam vaksinasi adalah kecepatan. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk vaksinasi 180 juta jiwa penduduk Indonesia? Menkes sudah melakukan perhitungan itu. Tampaknya hasilnya terlalu lama. Sehingga bisa mengancam program vaksinasi gagal.

Vaksinasi 8 Tahun

Tanpa percepatan serius, barangkali kita perlu waktu 8 tahun untuk menyelesaikan vaksinasi nasional. Waktu selama itu bisa memastikan hasil vaksinasi tidak efektif. Kajian sejauh ini periode kebal (imun) setelah vaksinasi hanya bertahan beberapa bulan saja. Sehingga orang yang sudah divaksin pun akan menjadi rentan terserang covid dalam waktu lebih dari 1 tahun. Jika perlu waktu 8 tahun, maka dipastikan vaksinasi gagal.

Vaksinasi 2 tahun

Kajian dari seorang ahli menyatakan bahwa Indonesia perlu waktu 2 tahun untuk menyelesaikan vaksinasi nasional. Saya kira ini termasuk hitungan yang optimis. Target 180 juta jiwa, 2 kali suntik vaksin, dalam rentang 24 bulan. Maka rata-rata 360 juta / 24 bulan = 15 juta suntikan tiap bulan. Apakah mampu melakukan suntikan sebanyak 15 juta kali tiap bulan? Tentu perlu diupayakan. Kita beruntung, saat ini punya menkes yang keren.

Bagaimana pun waktu 2 tahun ini masih cukup lama bila dibanding kekebalan seseorang setelah menerima vaksin, misalnya, sekitar 1 tahun. Maka ancaman gagal mencapai HI, herd immunity, tetap ada. Di sini kita perlu kerja sama semua pihak agar tetap patuh prokes untuk bisa mencapai HI.

Bukankah dengan adanya yang terpapar covid juga mempercepat HI? Benar juga. Tapi resiko bagi yang terpapar bisa sampai meninggal dunia. Tidak layak untuk jadi pilihan.

Vaksinasi 6 Bulan Mandiri

Salah satu ide alternatif adalah mempercepat vaksinasi dengan membuka peluang vaksinasi mandiri, berbayar. Masalahnya adalah produsen vaksin itu sendiri ketersediaannya terbatas. Sehingga jika pihak swasta membeli vaksin, karena punya uang, maka belum tentu vaksin yang akan dibeli tersedia. Tidak mudah untuk mempercepat vaksinasi bisa hanya 6 bulan selesai.

Belum lagi isu kesetaraan, keadilan antara yang punya uang dan rakyat miskin. Apakah pantas karena punya uang maka seseorang berhak mendapat vaksin lebih awal? Barangkali ada pertimbangan, selain uang, untuk menyusun prioritas vaksinasi. Dan saya kira prioritas itu sudah disusun saat ini, misalnya, dengan mengutamakan nakes.

Menolak Vaksin

Beberapa kalangan menolak vaksin. Bisa alasan pribadi, keyakinan, atau lainnya. Dalam perhitungan HI memang ada beberapa orang yang tidak perlu divaksin. Untuk kasus Indonesia ada sekitar 90 juta jiwa yang tidak perlu divaksin. Karena cukup dengan 180 juta jiwa yang imun sudah memungkinkan tercapainya HI. Sehingga tidak ada masalah bila ada yang menolak untuk divaksin. Sejauh total yang tidak divaksin terjaga di bawah 90 juta jiwa tersebut.

Tetapi jika penolakan vaksinasi itu mengakibatkan lebih dari 90 juta jiwa tidak divaksin maka mengancam efektivitas program vaksinasi. Saya kira menkes bisa menghitung seberapa besar dampak penolakan ini. Dan bisa menjaga tetap aman untuk mencapai HI nasional – bahkan semoga global.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: