Kurikulum Baru Nadiem: Sedikit Menggigit

Sejak awal jadi menteri, Mas Nadiem, dapat tugas untuk merombak kurikulum dari presiden. Ganti kurikulum? Semoga menjadi lebih baik.

  1. Multi kurikulum. Penduduk Indonesia lebih dari 250 juta jiwa. Bandingkan Singapura sekitar 5 juta. Indonesia 50 kali lebih besar. Wajar jika kita punya kurikulum lebih dari satu. Misal kurikulum P didesain sangat cocok untuk kota. Kurikulum R cocok untuk daerah pedalaman. Kurikulum Q cocok untuk kota kecil.
  2. Kurikulum yang langsing. Tentu kita sudah tahu beratnya menanggung beban gemuknya kurikulum. Langsing tentu lebih menggoda. Kerikulum dengan konten lebih sedikit tapi lebih menggigit.
  3. Kurikulum progresif. Yang memberi kesempatan untuk lebih maju.

Kurikulum langsing perlu fokus. Membersihkan dari konten materi-materi penting. Singkirkan pelajaran yang penting. Sisakan hanya pelajaran paling penting saja. Sedikit tapi menggigit.

Setiap pelajaran dalam kurikulum gemuk adalah penting. Dengan tegas buang itu pelajaran penting.

Mas Nadiem berulang kali menyatakan akan fokus pada literasi dan numerasi. Fokus ini memungkinkan kurikulum jadi langsing. Tapi apakah para pakar di Indonesia akan setuju selangsing itu?

Mas Nadiem barangkali bisa membagi konten kurikulum menjadi tiga berikut ini.

A) Kurikulum utama: mendidik siswa menjadi manusia seutuhnya. Beriman, bertakwa, pancasilais. Termasuk kurikulum utama: agama, pancasila, budi pekerti, seni, olahraga, keterampilan, wirausaha, dan lain-lain.

Kurikulum utama diajarkan ke siswa tapi tidak diujikan. Tanpa ujian. Asesmen bisa. Survey boleh. Pemetaan bagus.

Apakah seorang ustad setelah ceramah mengadakan ujian kepada jamaahnya?

B) Kurikulum inti: mendidik manusia kompeten. Literasi dan numerasi. Fokus saja. Termasuk di inti: bahasa, matematika dan sain – sosial. Materi ini diajarkan dan diujikan secara ketat. Standar internasional semacam PISA, TIMSS, dan lain-lain menjadi pertimbangan utama.

Hasil ujian kurikulum inti dapat berupa angka eksak. Bisa nilai berupa huruf – indek prestasi – semacam perguruan tinggi.

C) Kurikulum inovatif: satuan pendidikan bisa berkreasi. Misal sekolah tertentu bisa mengembangkan mata ajar wirausaha dengan porsi lebih besar. Sekolah yang lain memilih coding sebagai konten inovatifnya. Sekolah yang berbeda lagi lebih menekuni bidang sepak bola. Kurikulum inovatif diajarkan. Tidak diujikan. Survey bisa saja.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

3 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: