Jogja Membara – Rugi Indonesia

Bisa diremehkan, kasus Jogja.

Tapi terus membara. Lonjakan covid di DIY tak tertahankan. Ukuran masih kecil. Bisa membuat orang lengah. Jika kita ukur nilai reproduksi R di Yogya maka sangat ngeri.

Satu bulan penuh R di atas 1.

Indonesia rugi jika tidak menjadikan Yogya sebagai laboratorium – pembelajaran nyata. Kita bisa bersama-sama belajar menangani pandemi di Jogja. Yang berhasil di Jogja maka kita perluas ke seluruh Indonesia. Yang gagal di Jogja kita perbaiki dulu. Itulah pembelajaran berharga.

Jangan sampai Indonesia mengejar usa. Mereka dalam 1 bulan Juli bertambah kasus hampir 2 juta orang.

Bersama kita bisa menangani corona.

Kurva perjalanan pandemi Jogja mirip banget dengan Indonesia. Data sampai akhir Juli, Jogja konsisten bergerak menuju kanan atas.

1.Penemuan vaksin

Banyak orang berharap vaksin akan menghentikan pandemi. Tapi tak seindah yang dibayangkan. Vaksin paling cepat berhasil diproduksi Januari 2021. Sudah banyak korban ketika menunggu sampai waktu itu. Bagaimana pun vaksin harus ditemukan. Tetap banyak membantu. Meski bukan satu-satunya.

2.Meningkatkan angka kesembuhan

Beberapa hari terakhir ini kita gembira angka kesembuhan naik di Indonesia. Tapi penambahan kasus baru Indonesia juga cukup tinggi. Semoga ditemukan cara penanganan pasien agar lebih cepat dan lebih mudah sembuh.

3.Manajemen perilaku

Perilaku yang tepat dapat mencegah penyebaran corona. Segenap masyarakat bisa melakukannya. Diarahkan dan dipimpin oleh pihak berwenang. Kita bisa.

Sekitar bulan Mei, Jogja berhasil menjaga perilaku sehingga pandemi mereda. Nilai R konsisten di bawah 1. Kasus baru sering 0 atau mendekati 0. Sayangnya perilaku hebat ini tidak kita jaga dengan baik. Bahkan tidak pernah kita sebarkan ke seluruh negeri.

Hebatnya Jogja waktu itu adalah berhasil mencegah “titik lonjak.” Tidak perbah terjadi lonjakan di Yogya. Sayangnya akhir Juli mulai terjadi dua titik lonjak di Jogjakarta: pergaulan nakes yang berakibat saling menularkan dan pergaulan karyawan koperasi swasta.

Titik lonjak perlu dijaga dengan waspada ekstra.

Jogja pernah berhasil. Saatnya kembali berhasil. Untuk kemudian Indonesia juga berhasil.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: