Solusi Ketimpangan Ekonomi Indonesia

Solusinya mudah saja. Orang kaya diwajibkan menikahi orang miskin maka terbentuk keluarga baru yang kaya. Lama-lama orang miskin berkurang. Sebagian besar rakyat jadi kaya. Maka masalah ketimpangan ekonomi Indonesia selesai.

Benarkah bisa terjadi orang kaya menikahi orang miskin? Pak Menteri PMK pernah melontarkan ide semacam itu beberapa bulan lalu. Diperkuat lagi beberapa hari terakhir ini.

Sampai bulan Agustus 2020, usul nikah si kaya dan si miskin belum terlaksana. Maka saya mengkaji beberapa alternatif untuk memberikan solusi ketimpangan RI yang makin curam ini.

1. Ketimpangan Indonesia n = 10 (G = 0,83) untuk kekayaan dan n = 2,23 (G = 0,38) untuk pendapatan.

Kondisi Indonesia cukup memprihatikan. Khususnya untuk distribusi kekayaan. Yang berujung pada ketimpangan pendapatan juga. Maka solusi ketimpangan kekayaan dan ketimpangan pendapatan saling terkait.

2. Yang kaya makin kaya tidak bahaya

Perlu kita garis bawahi bahwa mengurangi ketimpangan tetap mengijinkan kelas kaya tambah kaya. Si kaya tambah kaya tidak meningkatkan ketimpangan tetapi yang miskin makin miskin jelas meningkatkan ketimpangan.

Mari kita analisa, misal, suatu negara nilai ketimpangan n = 3 (G = 0,5) sebagai kondisi awal. Kondisi ini mirip dengan kondisi negara Timor Leste. Gambar kurva Lorenz seperti di atas.

Jika si kaya tambah kaya maka akan terjadi perubahan nilai ketimpangan. (Kuartil terkaya tambah kaya).

Nilai ketimpangan membaik jadi n = 2,8 yang awalnya n = 3,0. Jadi pesan pentingnya adalah tetap diijinkan yang kaya makin kaya.

Jika kelas menengah jadi kaya maka nilai ketimpangan juga membaik. Jika si miskin makin kaya maka nilai ketimpangan juga membaik. Jika semua kelas makin kaya maka nilai ketimpangan juga membaik.

Grafik di atas menunjukkan nilai ketimpangan sangat membaik jadi n = 1,8 ketika semua kelas bertambah kaya – dari si miskin, menengah, dan si kaya.

3. Penyebab ketimpangan

Ada tiga kondisi yang menyebabkan meningkatkan nilai ketimpangan. Pertama, yang miskin makin miskin. Jelas ini tugas kita semua untuk mengentaskan kemiskinan melalui pendidikan, pemberdayaan, jaminan kesehatan, dan lain-lain.

Kedua, segelintir elite terkaya makin kaya sementara populasi lainnya tidak makin kaya. Mungkin saja hal ini terjadi tetapi tidak mudah kecuali ada kecurangan struktural. Umumnya sekelompok orang kaya, bukan hanya segelintir elite terkaya, menjadi makin kaya. Karena sekelompok maka hal ini tidak menyebabkan ketimpangan. Justru memperbaiki nilai ketimpangan.

Di sini solusinya tampak sederhana: jangan memberi keistimewaan hanya pada segelintir orang terkaya elite saja. Dalam dunia demokrasi hal ini biasanya sudah teratasi.

Ketiga, semua kelas menurun kekayaannya maka makin menyebabkan ketimpangan. Misal pada kondisi pandemi covid semua kelas berkurang aset kekayaanya maka nilai ketimpangan makin menganga bahaya.

Grafik di atas menunjukkan bahwa ketika semua kelas turun aset kekayaannya maka ketimpangan makin melebar jadi n = 3,3 misal akibat pandemi covid.

4. Solusi ketimpangan

Dengan mempertimbangkan beberapa simulasi di atas maka kita dapatkan beberapa solusi mengatasi ketimpangan.

Pertama, mengentaskan kemiskinan.

Kedua, pendidikan dasar menengah gratis plus beasiswa.

Ketiga, jaminan kesehatan.

Keempat, pemberdayaan rakyat.

Kelima, reformasi undang-undang agraria dan kekayaan negara.

Keenam, reformasi perpajakan dan hibah warisan super kaya.

Ketujuh, transparansi media digital.

Syarat: bersihkan korupsi.

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: