Orang sedang ramai membicarakan presiden Prancis Macron. Benar saja dia sudah mati begitu selesai berucap. Pembaca bebas menafsirkan semua kata-kata Macron.
Jauh hari sebelumnya, posmodernis Prancis, semisal Derrida dan Lyotard, sudah mengatakan kita masuk pada era matinya makna. Pembicara, semisal Macron, langsung mati begitu selesai bicara. Pendengar, pembaca, langsung hidup bebas berimajinasi sesuai masing-masing individu. Yang ada hanya mikrologi, kata Lyotard. Imajinasi-imajinasi kecil.

Dari pidato Macron, teks, yang panjang itu banyak tafsir bisa dikembangkan.
- Macron ingin menangani kekerasan di Prancis
- Macron ingin mencegah kericuhan
- Macron membedakan Islam radikal dengan lainnya
- Macron membiarkan karikatur itu
- Macron menghina Nabi
- Macron menyakiti 1,5 milyard umat muslim
- Macron punya agenda tersembunyi
Meski Macron, barangkali, bermaksud fokus menangani dan mencegah kekerasan di Prancis tapi pembaca punya fokus yang berbeda. Bisa jadi pembaca lebih fokus ke tafsir 4, 5, 6, dan 7 di atas.
Apalagi dalam wawancara selanjutnya, Macron menegaskan tetap membela kebebasan ber-ekspresi di Prancis. Hal ini dapat menguatkan mikrologi: Macron menghina Nabi. Mikrologi bisa salah. Tapi bisa saja benar. Yang jelas mikrologi itu nyata.
Derrida, pelopor posmo Prancis, yakin tidak mungkin ada konsensus. Justru yang muncul dissensus. Dan paralogi. Logika-logika yang berbeda dari yang diharapkan pembicara, Macron itu sendiri.
Selanjutnya, kita tahu, simulacra menyebarkan mikrologi-mikrologi melalui beragam media sosial. Baudrillard, posmo Prancis juga, sudah mengantisipasi peran simulacra yang hebat ini.
Benar-benar semua harus jadi pelajaran bersama.
Bagaimana menurut Anda?