Sekularisasi Agama

Agama begitu kuat mempengaruhi hidup manusia. Di jaman kontemporer, sekularisasi menciptakan gelombang baru gairah kehidupan manusia. Kedua-duanya, sekularisasi dan agama, sama-sama membentuk arah hidup manusia.

Bagaimana agama dan kepercayaan membentuk gerakan peduli lingkungan hidup  di Indonesia

Agama hadir menjadi penerang jalan hidup manusia di dunia ini – dan dunia yang akan datang. Sementara sekularisasi hadir untuk mencerahkan hidup manusia. Membebaskan manusia dari belenggu dogma yang dipandang tidak perlu. Sekularisasi bisa berbenturan dengan agama. Bisa juga mereka, agama dan sekularisasi, berjalan seiring seirama.

Saya akan membahas tema sekularisasi agama, dalam tulisan ini, dari beragam perspektif. Kita perlu mengakui peran positif agama dan sekularisasi. Kemudian, kita juga tidak bisa menutup mata terhadap resiko penyelewengan dari masing-masing ajarannya – baik agama mau pun sekularisasi. Dan terakhir kita perlu menatap masa depan, yang tidak menentu, dengan berbekal kajian sekularisasi agama.

  1. Peran Agama
  2. Peran Sekularisasi
  3. Peradaban Digital
  4. Solusi Sekularisasi Agama
  5. Konsep dan Praktek Takwaisasi

Peran Agama

Survey terbaru menunjukkan bahwa 84% penduduk dunia adalah beragama. Kita bisa mengatakan bahwa dari 6 orang yang kita temui, 5 orang di antaranya adalah beragama. Sehingga peran agama terhadap kehidupan ini benar-benar besar dan nyata.

Lebih dari sekedar kuantitas, pengaruh agama kepada manusia bersifat sangat intens. Agama menjadi dasar paling pokok bagi manusia. Agama juga memberi arah tujuan masa depan terjauh yang akan dicapai oleh umat manusia. Beda dengan ekonomi, misalnya, hanya mempengaruhi manusia dalam sebagian kehidupan sehari-hari. Politik juga hanya mempengaruhi kehidupan manusia yang berhubungan dengan kekuasaan. Sementara, agama mempengaruhi segala bidang dari masa lalu, masa kini, dan masa depan.

Ketika kita hendak membangun peradaban maka sepantasnya kita mengkaji dengan teliti pengaruh agama kepada kemanusiaan. Telah banyak ahli yang menkaji agama dari masa lalu. Meski demikian kita tetap perlu mengkaji ulang agama. Lantaran perilaku manusia begitu dinamis sehingga konsep agama pun juga dinamis. Atau timbal balik antara manusia dan agama membentuk sistem dinamis.

Catatan sejarah menunjukkan peran agama mendorong kemajuan peradaban. Yunani Kuno menjadi maju atas peran agama – yang berupa mitologi dewa dan pemikiran filosofis. Selanjutnya kekaisaran Roma begitu kuat dengan mendeklarasikan agama Kristen sebagai agama resmi. Sejak abad 7 M, agama Islam mendorong peradaban Arab menjadi pemimpin dunia. Selanjutnya di era pencerahan, agama Kristen kembali mendorong peradaban Barat memimpin dunia.

Di belahan dunia lainnya, agama juga mendorong kemajuan peradaban. Persia, Mesir, India, Cina, Jepang, dan lainnya menjadi lebih maju dengan ajaran agama yang berkembang di wilayah masing-masing.

Secara pribadi, manusia menemukan hidup lebih bermakna dengan menjalani ajaran agama. Manusia lebih tabah dalam kesulitan, dan lebih bahagia dalam keberlimpahan. Manusia lebih peduli dengan kehidupan sesama, saling membantu, dan saling berbagi. Refleksi diri, menyelami kehidupan pribadi, tiada pernah ada henti. Semua bersumber dari ajaran agama.

Peran Sekularisasi

Sekularisasi sukses mengantarkan peradaban Barat menuju dominasi dunia. Meski konsep sekularisasi bisa kita temukan sejak ribuan tahun yang lalu tetapi bentuk matang sekularisasi hanya bisa kita temukan di era kontemporer ini. Inti dari sekularisasi adalah memisahkan urusan publik – sosial dan kenegaraan – dengan otoritas agama.

Semua urusan publik adalah urusan manusia untuk mengelolanya dengan baik dan manusia bertanggung jawab terhadap konsekuensinya. Dengan cara pandang sekularisasi ini maka manusia menjadi lebih semangat mengembangkan ekonomi, sains, teknologi, dan bidang lainnya. Benar saja, sekularisasi ini mendorong dunia Barat lebih maju dan mencegah peperangan atas nama agama. Sedangkan di dunia Timur, sekularisasi tampaknya tidak sesukses seperti di Barat.

Kita bisa memandang sekularisasi merupakan solusi dari problem agama. Awalnya, agama adalah pedoman hidup bagi manusia untuk mencapai bahagia, seiring waktu, berubah menjadi sistem aturan yang kaku, yang dimanfaatkan oleh penguasa untuk kepentingan mereka sendiri. Sekularisasi bermaksud mendobrak praktek-praktek keagamaan yang mengekang kemanusiaan. Manusia bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.

Sukses sekularisasi bisa saja bertentangan dengan ajaran agama. Dalam kasus seperti ini paham sekular lebih dekat ke paham agnostik, atau bahkan atheist. Dalam kasus yang berbeda, sekularisasi bisa saja sejalan dengan beragam ajaran agama. Di negara-negara sekular, para pemeluk agama tetap bisa menjalankan ajaran agama dengan bebas dan aman.

Bagaimana pun, manusia bisa tersesat sewaktu-waktu. Bahkan manusia memang mudah tergelincir. Sekularisasi yang awalnya untuk memajukan peradaban kemanusiaan bisa berubah menjadi penjara bagi manusia itu sendiri. Orang yang tidak kenal agama bisa cemas berlebihan ketika menghadapi masalah. Terjerumus dalam kesedihan tanpa seorang pun bisa jadi penolong baginya. Frustasi menutup jalan hidupnya. Bahkan ketika sukses, orang yang tidak kenal agama, bisa juga melampaui batas. Hidup foya-foya tetap hampa. Semua kehilangan makna. Manusia terperangkap dalam lubang yang mereka ciptakan sendiri.

Peradaban Digital

Umat manusia baru saja masuk ke peradaban digital. Banyak prospek baru terbuka. Kemajuan demokrasi dan ekonomi menjadi lebih mudah dengan bantuan media digital.

Benar saja, teknologi digital berhasil melahirkan jutawan-jutawan baru kelas dunia. Di saat yang sama, ketimpangan peradaban digital makin tampak menganga. Negara-negara kaya menikmati kemajuan digital, makin jauh di depan. Sementara, negara miskin makin tertinggal jauh di belakang.

Peradaban digital adalah solusi peradaban yang sekaligus problem peradaban itu sendiri. Dan, tentu saja, agama dan sekularisasi menghadapi beragam problem baru di era digital. Kita akan membahas tema peradaban digital secara khusus.

Solusi Sekularisasi Agama

Agama adalah solusi. Sekularisasi adalah solusi. Tetapi keduanya bisa menjadi problem itu sendiri. Di bagian ini, kita akan mencoba merumuskan beragam solusi sekularisasi agama dengan mempertimbangkan konteks peradaban digital yang mulai mendominasi.

Konsep dan Praktek Takwaisasi

Bagian ini akan fokus ke solusi takwaisasi. Kita akan mencoba membuat formula konsep lebih detil dan beberapa sketsa praktek takwaisasi. Sebagaimana kita pahami, konsep dan praktek ini pun berupa mikrologi. Di mana konsep ini bisa berlaku di satu ruang dan waktu, bersifat mikro, dan perlu ada modifikasi untuk ruang dan waktu yang lain.

Daftar Isi

  1. Peran Agama
    1.1 Agama di Jaman Kuno
    1.2 Agama dan Negara
    1.3 Agama di Jaman Modern
    1.4 Agama di Jaman Digital
  2. Peran Sekularisasi
    2.1 Etika Protestan Max Weber
    2.2 Jiwa Bebas Katolik Taylor
    2.3 Peran Sains dan Teknologi
    2.4 Sekularisasi dan Etika Islam
    2.5 Sekularisasi di Era Digital
  3. Peradaban Digital
    3.1 Esensi Teknologi sebagai Enframing
    3.2 Kekuatan Enframing Digital
    3.3 Agama dalam Enframing Digital
    3.4 Sekularisasi dalam Enframing Digital
    3.5 Manusia dalam Enframing Digital
  4. Solusi Sekularisasi Agama
    4.1 Solusi Agama
    4.2 Solusi Sekularisasi
    4.3 Solusi Takwaisasi
  5. Konsep dan Praktek Takwaisasi
    5.1 Asumsi-Asumsi Solusi
    5.2 Dinamika Realitas
    5.3 Rekomendasi
Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: