RUU Sisdiknas 2022: Kritik Transenden

Kabar baik! RUU Sisdiknas meningkatkan kesejahteraan para guru. Menambah semangat baru untuk memajukan pendidikan nasional.

Tentu saja, kita ingin memajukan pendidikan nasional. Salah satu faktor penting adalah meningkatkan kesejahteraan guru dan semua insan pendidikan. Tetapi, perlu hati-hati karena proses pendidikan bukanlah tempat yang tepat untuk mencari keuntungan uang, kesejahteraan, atau kekuasaan. Sebaliknya, sistem pendidikan adalah wahana untuk pengabdian.

Saya akan menulis hanya satu kritik saja terhadap RUU Sisdiknas, pada kesempatan ini.

“Penilaian guru, siswa, dan sistem pendidikan perlu bersifat transenden.”

1. Nilai Siswa Transenden

Penilaian raport siswa atau nilai ujian kelulusan siswa perlu bersifat transenden. Maksudnya, transenden adalah penilaian ini mandiri dari siswa, guru, atau sekolah bersangkutan.

Di RUU Sisdiknas 2022, penilaian tidak bersifat transenden.

Dengan contoh, barangkali akan lebih mudah memahami. Sejak masa lalu, nilai siswa ditentukan oleh guru. Misal nilai matematika siswa ditentukan oleh guru matematika bersangkutan. Penilaian seperti ini tidak transenden.

Siswa bisa mempengaruhi guru untuk menaikkan nilai, misalnya, dengan memberi hadiah kepada guru. Orang tua siswa juga bisa memberi fasilitas khusus kepada guru sehingga guru cenderung bersikap lebih baik dalam menilai siswa bersangkutan. Atau, guru itu sendiri memang “senang” terhadap siswa sehingga obral nilai.

Dalam arah negatif bisa saja terjadi. Guru “marah” kepada siswa sehingga memberi nilai buruk kepada siswa bersangkutan.

Usulan solusi: menciptakan sistem transenden untuk penilaian siswa. Misal, penilaian siswa ditentukan oleh fakultas pendidikan matematika dari universitas terdekat. Sistem ini bersifat transenden dalam arti siswa, guru, orang tua, kepala sekolah, dan lain-lain tidak bisa mencampuri urusan penilaian.

Dengan sistem transenden seperti di atas, maka, siswa dan guru adalah satu tim untuk mencapai tujuan bersama: meraih kualitas pendidikan terbaik. Salah satunya adalah meraih nilai terbaik. Meski, kita tahu, makna pendidikan lebih luas dari sekedar nilai.

Dengan sistem transenden, guru tidak bisa mengancam siswa dengan ancaman nilai yang buruk bila tidak nurut ke guru. Sebaliknya, guru juga tidak bisa dikendalikan oleh siswa dan orang tua.

Kita semua adalah satu tim untuk menciptakan pendidikan dengan kualitas tertinggi. Guru, siswa, orang tua, dan masyarakat luas bersatu padu untuk maju.

Tentu saja, guru tetap berhak membuat nilai raport sebagai laporan. Nilai raport adalah catatan dari guru untuk menunjukkan kemajuan proses belajar siswa. Dengan raport, semua pihak bisa berkomunikasi. Bagian mana saja, kualitas pendidikan yang perlu ditingkatkan. Nilai raport bukan suatu prestasi, juga, bukan suatu hukuman bagi siswa.

2. Karir dan Tunjangan Guru Transenden

Kita perlu menciptakan sistem transenden untuk menilai guru yang berdampak kepada karir dan tunjangan kesejahteraan.

Dengan sistem transenden, guru hanya fokus untuk meningkatkan kualitas pengabdiannya kepada siswa dan masyarakat. Guru tidak perlu “tersenyum” ke sana ke mari agar karir cemerlang. Dengan kualitas pengabdian yang tinggi, guru terjamin makin sukses.

Tentu saja, siswa dan masyarakat luas bisa memberi masukan kepada guru melalui “kotak saran digital”. Lagi, saran semacam itu adalah media komunikasi untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Bukan ancaman dan bukan penilaian.

3. Penilaian Kualitas Sekolah Transenden

Sejatinya, saat ini, penilaian kualitas sekolah sudah bersifat transenden dari sekolah. Tetapi, tidak transenden terhadap universitas tertentu. Sehingga, kita perlu solusi sistem transenden lagi.

Dampaknya, saat ini, terbentuk citra sekolah favorit. Bukan sekedar citra, tetapi benar-benar nyata favorit. Sehingga, sekolah favorit ini menyalahi tujuan pemerataan kualitas pendidikan.

Ambil contoh, SMA 3 Bandung adalah favorit karena tiap tahun puluhan siswa atau ratusan siswa diterima masuk ITB tanpa tes. Sementara, SMA lain yang berjarak hanya sekitar 50 km dari SMA 3 adalah tidak favorit karena tidak ada siswa yang bisa diterima di ITB melalui jalur tanpa tes.

Penilaian kualitas sekolah ini sudah transenden terhadap SMA tapi tidak transenden terhadap ITB atau beberapa universitas. Dampak susulannya, bisa memperparah proses penerimaan mahasiswa baru melalui jalur mandiri – di samping terjadi ketimpangan sekolah favorit seperti di atas. Seperti kita tahu, ada rektor universitas di Sumatera yang ditangkap KPK akibat kasus korupsi.

Kita perlu membangun sistem penilaian yang transenden. Orang bisa menilai sistem transenden sebagai sistem penilaian yang bersifat obyektif, jujur, dan adil. Ditambah lagi, sistem penilaian transenden bersifat transparan bagi publik, karena pendidikan memang kepentingan publik, maka makin besar peluang kualitas pendidikan nasional melompat tinggi.

Semoga Presiden, Menteri, para pejabat, dan masyarakat luas bisa saling membantu untuk memajukan pendidikan nasional.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

3 Komentar

  1. setuju dengan paman apiq, Informatika tidak ada dalam Rancangan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional. Padahal bukunya sudah ada dan sudah menjadi mata pelajaran wajib di kurikulum merdeka. Hal itu sudah Omjay baca dalam RUU Sisdiknas Versi bulan Agustus 2022 di sini. Oleh karena itu, mohon guru kawan-kawan guru TIK/Informatika segera memberikan masukan di sana. Juga para dosen informatika di perguruan tinggi.

    Konten ini telah tayang di Kompasiana.com dengan judul “Mengapa Informatika Tidak Ada dalam RUU Sisdiknas?”, Klik untuk baca:
    https://www.kompasiana.com/wijayalabs/631836bc28c4f522f956ee32/informatika-tidak-ada-dalam-ruu-sisdiknas

    Disukai oleh 1 orang

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: