Kita pasti akan pergi. Kita pasti akan mati. Apa warisan yang ingin Anda tinggalkan? Warisan cinta adalah yang utama.
1. Sejarah Diri
2. Membaca Sejarah
3. Menciptakan Sejarah
4. Mempersiapkan Warisan
4.1 Warisan Positif
4.2 Warisan Tidak Negatif
5. Warisan Cinta
5.1 Ukuran Harta
5.2 Warisan Ilmu
5.3 Semesta Cinta

Kita berharap bisa memberi warisan terbaik, legasi terbaik, untuk generasi masa depan. Dan, berdoa semoga kita menempuh masa depan yang terang-benderang.
1. Sejarah Diri
Setiap diri adalah unik. Setiap diri punya misi. Setiap diri ada misteri. Setiap diri ada dalam situasi. Kita berada dalam sejarah. Di saat yang sama, kita ikut serta menciptakan sejarah. Sejarah apa yang ingin Anda tuliskan?
Sangkan Paraning Dumadi
Kita lahir dari ibu tercinta. Ibu lahir dari nenek, dan seterusnya, nenek lahir dari nenek moyang. Jadi, dari mana asal muasal diri kita? Dan, mau ke mana kita berjalan maju? Kita berasal dari sejarah, kemudian meniti sejarah, dan, akhirnya, ikut serta menciptakan sejarah. Leluhur kita menyebutnya sebagai sadar akan “sangkan paraning dumadi.”
Anda dan saya adalah sama, yaitu, sama-sama hasil dari perjalanan sejarah panjang sejak masa nenek moyang. Tetapi, Anda dan saya pasti berbeda. Setiap orang berbeda. Bahkan, perbedaan ini sangat spesifik. Saya punya misi khusus dalam menjalani sejarah diri ini. Anda juga punya misi khusus dalam menjalani sejarah diri Anda yang berbeda dengan semua. Misi sejarah pribadi ini tidak bisa saling dipertukarkan. Anda tidak bisa menjadi saya dan, sebaliknya, saya tidak bisa menjadi Anda.
Bandingkan ketika Anda membeli beras 5 kg. Kita biasa saja saling menukar beras 5 kg yang kantong A atau kantong B, misalnya. Lebih jelas lagi, kita biasa saja akan mendapat uang 50 ribu rupiah dengan nomor seri berapa pun. Semua uang 50 ribu, kita anggap sebagai sama saja, identik. Setiap uang 50 ribu memiliki misi yang identik. Semua beras memiliki misi yang identik. Dan, semua uang memiliki misi identik. Tetapi, dalam setiap sejarah, masing-masing manusia memiliki misi yang unik. Apa misi unik Anda?
Bagaimana pun, sejarah diri kita terus berlanjut meski kita sudah mati. Baik sejarah diri di alam yang baru, mau pun, sejarah diri kita di dunia ini. Sejarah-sejarah itu berjalan seiring sejalan.
Pada bagian ini, kita akan membahas bagamana kita menjalani sejarah, berpartisipasi dalam sejarah, dan termasuk bagaimana membaca sejarah. Dengan karakter warisan, dan proses, sejarah yang unik.
2. Membaca Sejarah
Data dan fakta sejarah tersedia berlimpah. Sebagiannya sudah musnah. Dengan membaca sejarah, kita memperoleh hikmah. Di saat yang sama, untuk membaca sejarah, kita memerlukan kacamata hikmah. Bagaimana cara Anda membaca sejarah?
Sejarah tampak seperti urutan fakta-fakta. Atau, urutan kejadian demi kejadian. Sejarah lebih dari itu. Sejarah juga merupakan urutan interpretasi demi interpretasi. Bahkan, tumpukan akumulasi interpretasi hari demi hari. Yang paling penting, bagaimana kita bisa memberi hikmah dan menerima hikmah dari setiap sejarah.
Sejarah Masa Lalu
Belajar dari sejarah masa lalu, kita bisa mengambil banyak hikmah. Bagaimana pun, banyak versi sejarah masa lalu yang kadang berbeda, bahkan, saling bertentangan. Dari situasi seperti itu, justru, kita bisa mengambil pelajaran hikmah paling penting. Apa saja hikmah untuk kita?
(S): Soekarno adalah presiden terbaik.
Apakah pernyataan (S), di atas, bernilai benar? Benar. Banyak catatan sejarah menunjukkan bahwa Soekarno adalah presiden terbaik. Soekarno adalah pejuang kemerdekaan dan proklamator.
Tetapi, bisa jadi, ada yang menolak (S). Bagi mereka, Soekarno adalah presiden yang baik dan wajar seperti biasanya presiden. Mereka menunjukkan beberapa catatan sejarah masa lalu dan menafsirkan sebagai presiden sewajarnya.
Kedua argumen, di atas, barangkali sama kuat. Kita perlu fokus kepada hikmah apa yang bisa kita pelajari dari situasi seperti itu. Kemudian, kita akan mempertimbangkan solusi berupa sejarah masa depan, yang kita bahas di bawah.
Sejarah Masa Kini
Dengan mempertimbangkan masa kini, apakah (S) bernilai benar? Apakah Soekarno adalah presiden terbaik. Benar. Karena itu, generasi sekarang bisa menjadikan Soekarno sebagai teladan untuk semangat berjuang demi memajukan bangsa dan negara tercinta.
Tidak benar. Pihak lain bisa menilai (S) sebagai tidak benar. Karena, yang benar adalah presiden sewajarnya presiden. Dengan demikian, generasi sekarang bisa semangat belajar untuk mengukir sejarah yang lebih bagus dari generasi masa lalu.
Sejarah Masa Depan
Benar bahwa Soekarno adalah presiden terbaik, bila, tujuannya untuk memotivasi generasi masa depan. Karena ada teladan terbaik, maka, generasi masa depan meneladani beragam kebaikan Soekarno. Tetapi, klaim (S) sebagai benar menjadi buruk, bila tujuannya keliru. Mereka bertujuan, misalnya, untuk mengklaim diri mereka sebagai pewaris pejuang masa lalu, kemudian, menuntut beragam fasilitas khusus.
Penilaian (S) sebagai salah menjadi bagus bila tujuannya agar generasi masa depan mengukir prestasi yang lebih tinggi. Para pejuang masa lalu telah berjuang dengan baik. Saat ini, giliran generasi sekarang, untuk berjuang lebih barik dari pejuang masa lalu demi masa depan negara. Klaim (S) sebagai salah menjadi buruk bila tujuannya untuk meremehkan. Kemudian, mereka sombong diri di beberapa kesempatan.
Tujuan membaca sejarah adalah untuk meraih masa depan yang lebih baik.
3. Menciptakan Sejarah
Sejak kita sadar diri maka kita mulai menciptakan sejarah. Atau, lebih awal, sejak kita lahir dari kandungan ibu, kita mulai menciptakan sejarah. Atau, bahkan lebih awal lagi, nenek moyang kita eksis demi menciptakan sejarah agar kita hadir di dunia ini?
Secara aktif, kita mulai menciptakan sejarah ketika kita mulai sadar diri. Kita sadar bahwa kita bisa memilih suatu tindakan yang bernilai baik, netral, atau jahat – sehingga sadar sebagai perbuatan dosa. Seharusnya, kita memilih tindakan baik dari pada yang netral atau jahat. Realitasnya, kadang orang malah memilih berbuat jahat. Justru, kejadian tidak pasti antara baik dan jahat, yang menjadikan sejarah umat manusia lebih dinamis. Bandingkan, misalnya, ada robot yang selalu patuh terhadap perintah program. Hasilnya, sejarah robot menjadi monoton, bisa ditebak, dan tidak dinamis.
Beberapa orang sadar diri, atau kadang disebut tercerahkan, ketika remaja. Anak remaja itu mulai menyiapkan karir melalui studi atau karir bisnis misalnya. Catatan sejarah dirinya mulai tertulis jelas sejak itu.
Sementara, beberapa orang yang lain, mulai tercerahkan ketika hidup mandiri dari orang tua. Misal karena berumah tangga atau karena merantau. Sejak itu, sejarah dirinya mulai tertulis dengan tegas. Orang juga bisa tercerahkan ketika menjelang masa pensiun. Mereka berpikir apa yang akan dikerjakan ketika pensiun? Saat itu, mereka terbuka untuk menulis sejarah diri lagi. Dan tentu saja, orang akan tercerahkan ketika dia sadar diri bahwa sewaktu-waktu bisa mati. Ketika dia peduli bahwa dirinya akan mati, cepat atau lambat, maka dia akan memilih beragam kegiatan yang bermakna. Lebih jauh, orang itu bisa berpikir tentang nasib dirinya setelah mati dan warisan apa yang akan dia berikan untuk alam raya ini.
4. Mempersiapkan Warisan
Dua tipe warisan, atau legasi, yang akan kita berikan. Pertama, warisan positif adalah legasi yang memberi kebaikan kepada generasi masa depan. Kedua, warisan tidak-negatif adalah warisan yang tidak menyebabkan keburukan bagi generasi masa depan. Tentu saja, ada warisan negatif dan warisan netral, yang perlu kita hindari. Kita perlu fokus menyiapkan warisan positif dan warisan tidak-negatif.
4.1 Warisan Positif
Saat ini, di era digital, kita lebih mudah untuk menyiapkan warisan positif. Buatlah konten digital yang positif. Generasi masa depan bisa mempelajari konten Anda, kemudian, memperoleh manfaat darinya. Konten digital bisa berupa nasehat pendek di media sosial, atau video inspirasi, atau analisis panjang tentang beragam situasi.
(a) Digital. Gunakan hp Anda untuk membuat konten digital positif. Baik berupa video atau catatan digital. Cukup dengan hp yang ada, Anda bisa membuat konten digital yang abadi dengan cara upload ke media sosial. Yang paling penting, di sini, adalah kontennya yang positif. Bukan efek-efek animasi yang keren. Memang, Anda boleh saja meminta bantuan fotografer dan desainer profesional.
(b) Catatan. Kita bisa membuat catatan positif berupa catatan digital mau pun fisikal. Anda bisa membuat catatan berupa buku harian atau buku yang sengaja untuk diterbitkan. Buku cetak berpeluang untuk dibaca orang secara luas sepanjang masa.
(c) Wahana. Bila beruntung, Anda bisa sengaja mewariskan wahana positif untuk generasi masa depan: sekolah, wahana olah raga, tempat ibadah, dan lain-lain. Sekolah, jelas-jelas, berdampak positif untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa.
4.2 Warisan Tidak Negatif
Mudah saja bagi kita untuk menyiapkan warisan yang tidak negatif: puasa. Kita bisa puasa dengan membatasi diri dalam konsumsi pribadi. Konsumsi makanan, secukupnya saja. Konsumsi listrik sedikit saja. Konsumsi bbm hanya seperlunya saja.
(a) Konsumsi. Makan, minum, dan tempat tinggal sederhana saja. Hanya seperlunya saja atau sedikit lebih kecil dari keperluannya. Sisakan bahan konsumsi itu untuk generasi masa depan. Pastikan, Anda tidak merusak sumber energi masa depan.
(b) Regulasi. Pastikan Anda tidak mendukung regulasi yang merugikan generasi masa depan. Jika Anda menjabat posisi tinggi, maka, pastikan menolak regulasi yang berdampak negatif terhadap perusakan alam di masa depan. Lebih serius lagi, tolaklah regulasi yang merusak pendidikan generasi masa depan.
(c) Alami. Hiduplah secara alamiah. Hiduplah akrab dengan alam di alam alamiah – bukan alam artifisial. Termasuk, cobalah, hidup lebih akrab dengan rakyat secara alamiah di alam mereka. Kenali lebih dekat mereka secara alamiah. Jangan merusak alam mereka. Jaga kelestarian alam mereka. Bantu mereka untuk bertumbuh kembang.
5. Warisan Cinta
Cinta adalah segalanya. Cinta adalah sejarah. Kita hadir dalam sejarah karena sejarah cinta ibu dan bapak. Kemudian, kita melanjutkan sejarah masa depan kepada anak cucu juga karena ungkapan cinta kepada pasangan dan semesta. Sehingga, warisan cinta adalah yang paling utama.
5.1 Ukuran Harta
Apakah meninggalkan warisan harta yang tidak habis sampai tujuh turunan adalah baik? Tidak baik. Tidak wajar. Tidak layak. Dan, akhirnya, memang tidak baik.
Warisan harta yang besar bagi anak cucu bisa resiko ganda. Pertama, resiko terjadi rebutan warisan sehingga terjadi “peperangan” keluarga. Banyak kasus menunjukkan saling serang karena warisan harta. Kedua, resiko tidak adil kepada orang lain. Bukankah harta Anda adalah milik alam raya? Setelah Anda meninggal, mengapa tidak dikembalikan kepada alam raya demi kebaikan bersama? Bukahkah lebih baik jika warisan Anda digunakan untuk menolong fakir miskin?
Kita perlu memikirkan ukuran yang tepat terhadap warisan harta untuk anak cucu. Tidak terlalu besar. Tidak juga terlalu kecil. Sementara itu, warisan ilmu adalah selalu baik.
5.2 Warisan Ilmu
Warisan ilmu adalah kebaikan untuk generasi masa depan dan kebaikan untuk karir kita di alam masa depan setelah hidup di dunia berakhir. Semua ilmu adalah baik. Sehingga, makin banyak warisan ilmu, maka, menjadi lebih baik. Tantangan bagi kita adalah bagaimanca bisa mewariskan ilmu dengan cara yang tepat.
Ilmu hitam tidak termasuk ilmu. Ilmu korupsi tidak termasuk ilmu. Ilmu menipu juga bukan ilmu. Mereka hanya menggunakan kata ilmu secara tidak tepat. Tetapi, yang benar, semua ilmu adalah kebaikan. Sehingga, warisan ilmu adalah selalu baik.
(a) Budi pekerti atau akhlak. Warisan ilmu akhlak adalah kebaikan tertinggi. Pastikan, putra-putri kita memiliki akhlak yang mulia. Tentu saja, putra-putri kita, dan generasi masa depan, memiliki hak untuk menentukan sikap. Tetapi, warisan ilmu akhlak yang mulia, dari kita, sangat berguna. Lebih-lebih, teladan akhlak, sangat mengena dalam jiwa.
(b) Ilmu kerja. Anak-anak kita perlu mandiri. Sehingga, kita perlu mewariskan kepada mereka ilmu kerja secara praktis. Anak-anak kita, dan generasi masa depan, mampu bekerja menghasilkan manfaat positif bagi masyarakat luas. Warisan ilmu kerja adalah luar biasa.
(c) Ilmu karya. Melangkah lebih jauh, kita perlu mewariskan semangat menghasilkan karya kepada anak-anak kita. Mereka perlu melompat lebih dari sekedar bekerja mencari uang. Mereka bekerja dengan sentuhan nurani sehingga menghasilkan karya. Bahkan, kita perlu mendorong anak-anak kita, dan generasi mendatang, untuk membuahkan maha karya mereka yang unik.
(d) Ilmu sejarah. Kita perlu mewariskan ilmu sejarah kepada anak-anak kita. Baik, ilmu sejarah masa lalu mau pun ilmu sejarah masa depan.
(e) Ilmu cinta. Kita perlu mengajarkan kepada anak-anak untuk hidup penuh cinta. Hidup untuk meberi cinta dan menerima cinta. Ilmu itu sendiri adalah cahaya cinta.
Dan masih banyak ilmu-ilmu lain yang bisa kita wariskan untuk generasi masa depan. Apa saja rencana Anda?
5.3 Semesta Cinta
Warisan paling indah adalah semesta cinta.
Semua realitas, sejatinya, adalah cinta dan ungkapan cinta. Diri kita adalah ungkapan cinta. Anak-anak kita, dan generasi masa depan, adalah cinta. Sehingga, warisan sejati adalah warisan cinta.
Apa pun yang Anda persembahkan penuh cinta, maka, menjadi warisan terbaik bagi generasi masa depan.
Catatan
Lengkap sudah pembahasan kita sampai Pintu 7 “Warisan Sejarah Cinta.” Seperti kita bahas, Pintu 7 bukanlah benar-benar akhir, justru, sebagai pintu mengarungi alam baru: alam kubur dan legasi Anda. Kita perlu tegaskan kembali, bahwa sejatinya, ada ribuan pintu atau jutaan pintu tak terbatas untuk menggapai realitas hidup dan mati penuh makna. Kita memilih 7 pintu saja agar lebih mudah dan praktis.
Selanjutnya, agar lebih praktis kita bisa fokus ke Pintu 6 dan Pintu 7. Pintu 6 “Urip Iku Urup” meringkas seluruh yang kita butuhkan selama hidup dunia ini. Sedangkan, Pintu 7 membahas semua yang kita butuhkan untuk perjalanan panjang setelah kita selesai di dunia ini.
Tentu saja, Pintu 1 sampai Pintu 5 menjadi penting untuk detilasi setiap langkah, secara, masing-masing.
Terima kasih paman apiq yang baik hati
SukaSuka
terima kasih juga Omjay,,,
SukaSuka