Prolog: Takwa Semesta

Takwa adalah wajib. Setiap orang wajib takwa. Termasuk, Anda wajib takwa. Saya juga wajib takwa. Orang takwa mendapat kebaikan dan memberi kebaikan. Sebaliknya, orang tidak takwa adalah dosa. Mereka perlu untuk menjadi takwa.

1. Takwa Personal
2. Takwa Prestasi
3. Takwa Semesta

Lebih jauh, kita butuh takwa. Bukan hanya wajib, kita perlu takwa sebagai mana kita perlu udara, makan, dan minum untuk hidup ini. Setiap manusia yang hadir di dunia ini butuh takwa. Dengan takwa, kita memberi kebaikan kepada orang lain dan alam semesta. Pada gilirannya, orang lain berbuat baik kepada kita. Terjadilah proses saling memberi dan menerima kebaikan. Kita membutuhkan takwa itu. Kita membutuhkan untuk saling memberi dan menerima kebaikan.

1. Takwa Personal

Awalnya, takwa bersifat personal. Takwa adalah tugas setiap orang sebagai individu. Kita wajib sholat dan puasa, misalnya, sebagai bentuk takwa. Dengan disiplin sholat, kita menjadi terbiasa untuk berbuat baik secara konsisten dan tepat waktu. Pada gilirannya, akhirnya, takwa berdampak secara sosial. Sikap konsisten berbuat baik dan tepat waktu itu terbawa ketika kita kerja. Sehingga, dalam dunia kerja, orang yang takwa berhasil mengukir prestasi penuh makna.

Takwa personal baru setengah jalan. Kita perlu menyempurnakan 100% dengan takwa sosial, salah satunya, berupa prestasi kerja. Pandangan yang lebih tepat, barangkali, bukan saling melengkapi antara takwa personal dengan takwa sosial, tetapi, saling menyempurnakan. Takwa personal, misal sholat, adalah takwa 100% dalam dirinya sendiri. Kemudian, menguatkan takwa sosial, misal meraih prestasi di dunia kerja. Takwa sosial itu sendiri juga sudah sempurna 100%. Tetapi, karena orang tersebut sudah biasa sholat, maka, takwa sosialnya menjadi lebih bermakna. Pada gilirannya, prestasi di dunia kerja ini akan menguatkan kualitas sholat berikutnya. Dan seterusnya, takwa personal dan sosial saling menyempurnakan.

Realitasnya, sering terjadi sebaliknya. Maksudnya, takwa personal saling bertentangan dengan takwa sosial. Misal, sholat justru menghalangi seseorang untuk meraih prestasi kerja dalam industri minuman keras. Atau, pandangan takwa yang memerintahkan kita menjauhi riba menyebabkan orang tertentu sulit berprestasi dengan bekerja di bank konvensional. Benar, kita memnghadapi problem-problem semacam itu. Secara bertahap, kita membahas dalam tulisan demi tulisan. Secara singkat, kesimpulannya, takwa mengajak kita bersikap bijak dan, sekaligus, mengukir prestasi.

2. Takwa Prestasi

Pengertian umum takwa adalah menjalani perintah dan menjauhi larangan Allah. Masih ada makna takwa yang makin memperjelas makna. Takwa sering bermakna sebagai taat, patuh, takut, tunduk, tulus, baik, dan lain-lain. Saya sengaja menambahkan makna takwa sebagai prestasi di jalan ilahi.

Takwa adalah meraih prestasi di jalan ilahi dengan cara menjalankan perintah dan menjauhi larangan. Makna takwa ini tetap sejalan dengan makna takwa secara umum.

Makna prestasi perlu kita tambahkan karena takwa memang mengajak kita untuk berprestasi personal dan sosial. Dengan demikian, tidak ada pertentangan antara dunia takwa dengan dunia kerja. Dunia takwa dan dunia kerja adalah seiring sejalan.

3. Takwa Semesta

Takwa personal dan takwa sosial mengajak kita melangkah lebih jauh ke takwa semesta universal. Kita perlu berbuat baik kepada diri sendiri, kepada orang lain, dan kepada seluruh alam raya. Kepada tumbuhan, kita perlu berbuat baik. Kepada anjing pun, kita perlu berbuat baik. Dan, kepada batu, air, serta udara, kita perlu berbuat baik.

Apakah Anda merasakan krisis iklim? Saat ini, ketika musim panas, panasnya terasa membakar jiwa raga. Memang benar, panas itu mengakibatkan kebakaran hutan ribuan hektar. Sebaliknya, ketika musim dingin, dinginnya begitu mencekam.

Banyak orang tidak berbuat baik terhadap alam. Banyak orang, justru, merusak alam. Akibatnya, terjadi kerusakan alam dan krisis iklim termasuk cuaca ekstrem. Kita perlu berbuat baik kepada seluruh alam semesta, yaitu, takwa semesta.

Saya menulis “30 Renungan Takwa Sepanjang Masa” agar bisa menjadi teman diskusi untuk meningkatkan takwa personal, sosial, dan universal. Sengaja tersedia 30 renungan agar bisa menjadi bahan bacaan setiap hari satu artikel renungan. Genap satu bulan, bisa kembali kepada renungan awal.

Ketika menulis, saya berada dalam konteks bulan Ramadhan. Tetapi, kita bisa memanfaatkan renungan-renungan ini untuk konteks bulan lain baik komariah (hijriyah) mau pun syamsiah (masehi). Semoga renungan-renungan ini memberi manfaat besar bagi kita semua.

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Ikuti Percakapan

1 Komentar

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: