Ketika masih SD, saya bertanya, “Mengapa saya cerdas?”
Waktu itu, saya ranking 1 di sekolah SD. Bukan bermaksud sombong. Saya penasaran, “Apa yang menyebabkan seseorang menjadi cerdas?” Lebih jauh, “Mengapa seseorang tertentu menjadi cerdas, mengapa bukan orang lain saja yang cerdas?”

Saya tidak menemukan jawaban atas pertanyaan saya. Tetapi, saya malah mendapat pertanyaan lebih spesifik dari Henri, “Bagaimana caranya menjadi cerdas?” Saya bisa menjawab pertanyaan Henri dengan baik dan terbukti benar waktu itu.
Henri adalah kakak kelas saya. Henri kelas 4, ketika, saya kelas 3. Karena Henri tidak naik kelas, maka, saya dan Henri sama-sama kelas 4. Saat itulah, perbincangan terjadi.
Cara Menjadi Cerdas
Mudah saja. Ketika Bu Guru menjelaskan maka ikuti kata-kata terakhir Bu Guru.
Bu Guru menjelaskan, “Ibu kota Jawa Timur adalah Surabaya.” Henri saya suruh menirukan kata-kata guru bersamaan “Surabaya.” Lebih tepatnya, cukup “baya” saja. Karena, Bu Guru biasanya mengatakan,” … … … Sura… … … ” Henri menyahut “baya.”
Bu Guru menjelaskan, “9 x 5 adalah empat puluh li…” Henri menyahut “ma”.
Mengagumkan. Henri mengikuti saran saya itu. Akhir catur wulan, pembagian raport. Henri bukan lagi siswa dengan nilai jelek. Henri berhasil ranking 5. Luar biasa!
Saya makin yakin dengan keyakinan saya, “Setiap anak adalah cerdas.” Sebuah keyakinan yang membutuhkan waktu 20 tahun untuk membuktikannya, 30 tahun kemudian untuk menghayatinya, dan seluruh hidup untuk menjadi saksinya.
Buku Kecerdasan Quantum
Tahun 2000, saya menulis buku Kecerdasan Quantum, atau Quantum Quotient (QQ), yang menjadi best seller di Indonesia. Dalam buku QQ, saya membuktikan bahwa setiap anak adalah cerdas, bahkan, super cerdas.

Barangkali, saat ini, buku QQ sudah cetakan ke10 atau ke 20. Yang jelas, beberapa hari lalu, saya menulis revisi untuk buku QQ dan sedang dalam proses cetak ulang.
Jika setiap anak adalah cerdas, maka, mengapa banyak orang dewasa terpuruk di berbagai bidang?
Valid, itu adalah pertanyaan yang saya jawab dalam buku QQ. Tetapi, pertanyaan awal saya belum terjawab, “Mengapa seseorang tertentu adalah cerdas, mengapa bukan orang lain?”