Anti Lockdown: Solusi Pandemi Covid-19

Wuhan di Cina berhasil mengendalikan pandemi corona dengan lockdown. Sedangkan negara lain ada yang kalang kabut justru karena lockdown. Swedia dianggap berhasil menghadapi pandemi covid-19 tanpa lockdown. Bagaimana dengan Indonesia?

  1. Indonesia bisa membuat pandemi reda tanpa lockdown dengan meningkatkan rate kesembuhan menjadi 27%. Bahkan cukup 24% maka pandemi mulai mereda.

Terlihat dari grafik di atas total kasus aktif makin mereda jadi 4 ribuan di 60 hari ke depan. Dan nilai R turun di bawah 1.

Saya menggunakan model matematika Repcon – Reproduction Number Controlling – untuk membuat analisis di atas. Di mana R dapat kita formulasikan dengan diagram blok berikut.

R[n] = 1 + P*R[n-1] – S – D

Sedangkan total kasus aktif kita modelkan berikut.

A[n] = (1 + R[n-1]*P – S – D) A[n-1]

2. Indonesia dapat meredakan pandemi dengan “mengendalikan” perilaku sosial. Cukup menurunkan parameter perilaku menjadi p = 0,065 maka pandemi mereda dalam 60 hari ke depan.

Kita perhatikan dari grafik, total kasus aktif turun menjadi 10 ribuan orang pada 60 hari ke depan. Dan tentu saja R juga turun di bawah 1.

Banyak orang menganggap bahwa parameter perilaku ini hanya bisa dikendalikan dengan lockdown. Tetapi tidak ada hubungan pasti di antara keduanya. Kita justru perlu mencari tahu perilaku apa saja yang efektif bisa menurunkan parameter perilaku.

Diagram blok di atas baru usulan awal dari saya. Perlu kajian lebih mendalam. Saya kita peran data sains sangat penting untuk ini.

3. Pandemi Indonesia tidak akan mereda bila R dibiarkan di atas 1 secara konsisten.

Tanpa usaha serius maka pandemi benar-benar menjadi pertumbuhan eksponensial. Baik dari sisi total kasus aktif, total terinfeksi, total meninggal, dan lain-lain. Tentu saja hal ini harus dicegah.

Dengan kajian yang mendalam dan tepat, saya yakin Indonesia mampu meredakan pandemi corona.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: