“Setiap model pasti salah. Tapi sebagian di antaranya berguna,” itulah keyakinan yang saya pakai sebagai pemodel.
Model matematika covid-19 yang saya susun juga pasti salah. Tapi saya berharap model tersebut berguna. Misal berguna untuk mengestimasi apakah covid-19 masih berkembang di suatu wilayah. Untuk contoh Jawa Barat, model yang saya buat menunjukkan dalam beberapa hari terakhir masih terus mewabah dengan R di atas 1.

Indikator ini memberi sinyal ke warga Jabar dan pemimpin Jabar untuk lebih waspada menurunkan parameter perilaku agar wabah mereda. Bahkan nilai R Jabar lebih tinggi dari nilai R nasional.

Namun nilai R nasional juga masih di atas 1. Maka Pak presiden Jokowi dan segenap rakyat Indonesia perlu lebih hati-hati menghadapi corona ini. Di saat yang sama kita juga terus menggelindingkan roda ekonomi.
- Hasil kajian, dilansir WHO, menunjukkan bahwa periode inkubasi corona adalah 5,2 hari. Tetapi bilangan pecahan tidak sesuai dengan ritme hidup manusia. Maka saya membulatkan menjadi 5 hari diikuti dengan beberapa cara proses koreksi.
- Meski sudah bulat 5 hari tetapi ritme laporan manusia adalah harian. Saya coba beragam parameter harian dan 5 harian. Maka yang paling tepat, dari kajian saya, angka Reproduksi R berbasis 5 harian, angka total aktif harian, angka kesembuhan dan kematian juga harian.
- Parameter perilaku dapat kita buat 5 harian atau 1 harian. Tetapi karena angka kesembuhan harian maka saya memilih parameter perilaku juga harian.

Model matematika ini cukup baik merepresentasikan data-data laporan di lapangan. Serta mampu mensimulasikan sistem beberapa waktu ke depan. Pendekatan simulasi yang saya pilih adalah multiskenario. Di mana perilaku corona ini sensitif terhadap perilaku manusia. Dan manusia mempunyai pilihan untuk beragam skenario.
Model matematika ini menyarankan kita untuk menurunkan R guna mengakhiri pandemi. Meski bisa saja memilih herd immunity tetapi resikonya tampak terlalu besar.
Guna mengendalikan R maka perlu dilakukan manajemen perilaku dan peningkatan angka kesembuhan. Sementara angka kematian dijaga agar tetap minimal bahkan menuju 0.
Pada tulisan-tulisan berikutnya saya akan mengkaji dan membuat simulasi beberapa wilayah sebagai percontohan agar bisa dimanfaatkan oleh banyak pihak. Saya memilih membuat simulai nasional Indonesia karena itu yang sedang kita hadapi.
Saya juga membuat simulasi kasus Amerika. Karena Amerika bisa kita pandang sebagai contoh negara yang berani ambil resiko terhadap corona. Ukuran penduduk Amerika dan Indonesia juga hanya beda sedikit sekitar 20%. Untuk kasus US, kita berandai-andai, misalnya saat ini berhasil menurunkan R jadi 0,5 maka kondisi masih sulit.
Pandemi memang selesai menyebar karena R = 0,5. Tetapi proses layanan kesehatan butuh waktu sekitar 4 bulan untuk menyelesaikan semua pasien jadi sembuh di US. Apakah Indonesia juga akan begitu?
Saya juga berencana membuat simulasi beberapa kabupaten/kota dan provinsi. Khususnya Yogyakarta adalah spesial. Ukuran pupulasi sekitar 3,4 juta orang dan terdiri dari beberapa kabupaten/kota. Maka bisa kita pandang sebagai miniatur dari Indonesia itu sendiri.
Nilai R Yogyakarta naik turun. Sempat di bawah 1 tapi R kembali naik di atas 1.

Seandainya Jogja berhasil menurunkan R = 0,5 maka pandemi selesai. Dan proses layanan kesehatan hanya butuh waktu sekitar 1 bulan untuk menyelesaikan semua perawatan. Apakah Indonesia ingin seperti Jogja?
Indonesia sendiri, seandainya mampu menurunkan jadi R = 0,5 maka perlu waktu 3 bulan untuk menyelesaikan seluruh proses layanan kesehatan.
Bagaimana menurut Anda?