Berita gembira. Mas Nadiem bagi-bagi kuota internet total 9 trilyun rupiah untuk siswa, mahasiswa, dan guru dosen di seluruh Indonesia.

Saya mengapresiasi gerak cepat Mas Nadiem. Juga apresiasi kepada Bu Menkeu Sri yang berhasil mengalokasikan dana sebesar itu ke kemendikbud. Maka sebagai masyarakat kita perlu gotong-royong untuk ikut serta mensukseskan program yang bagus dari kementrian.
1)Pemerataan ke pelosok negeri
Indonesia tidak merata. Akses internet di Indonesia sangat timpang. Terjadi kesenjangan parah. Saya sudah menghitung nilai ketimpangan indonesia n lebih besar dari 3. Sangat buruk.


Mas Nadiem punya peluang menyalurkan 9 T ini untuk meng-kompensasi nilai ketimpangan. Dengan mengutamakan siswa yang kesulitan akses internet maka ketimpangan akan berkurang. Kondisi menjadi lebih baik.
Resiko terjadi bila penyaluran disalurkan dengan sama besar maka yang terjadi adalah memperkuat ketimpangan itu. Karena sebagian besar pengguna kuota berada di kota. Maka kota makin jauh meninggalkan pinggiran.
Saya yakin Mas Nadiem punya solusi untuk ini.
2.Lebih dari kuota internet
Mas Nadiem adalah mendikbud maka beliau tentu fokus untuk menyelenggarakan pendidikan yang berkualitas ke seluruh negeri. Bukan hanya fokus bagi-bagi 9 T. Urusan bagi-bagi kuota internet cukuplah jadi urusan provider internet.
Mendikbud perlu memastikan bahwa siswa dapat belajar lebih baik dengan tambahan dana 9 T. Misal daerah yang tidak ada akses internet menjadi bisa akses internet atau jaringan lokal semacam local area network.
Bisa saja dikembangkan jaringan lokal untuk ukuran sekecamatan atau kabupaten. Sehingga siswa-siswa dan guru-guru dapat berinteraksi dengan mudah.
Untuk membangun jaringan lokal ini barangkali bisa mengajak siswa-siswa SMK yang sudah memiliki profesionalisme di bidangnya. Penguatan program vokasi seiring sejalan.
Lebih menarik lagi bila untuk memproduksi konten edukasi mengajak siswa-siswa SMK jurusan multimedia, broadcasting, dan lain-lain untuk berperan serta aktif.
Jika untuk menjalankan pendidikan yang berkualitas di atas ternyata butuh lebih besar dari 9 T maka Mas Menteri bisa kontak lagi dengan Bu Menteri.
3.Pemerataan lebih luas
Masalah kesenjangan juga terjadi dalam akses energi listrik, kualitas guru, sarana, dan lain-lain. Saya berharap Mas Menteri dapat memanfaatkan momentum 9 T ini untuk mengatasi kesenjangan di atas.
Misal untuk sekolah yang belum tersedia akses jaringan listrik maka disiapkan pengembangan solar sel, atau pembangkit mikro atau lainnya. Lagi-lagi Mas Menteri bisa memobilisasi sumber daya SMK untuk mendukung ini. Tentu saja peran universitas sangat penting untuk hasil optimal.
Dan masih banyak lagi yang bisa kita lakukan untuk pendidikan Indonesia yang lebih baik.
Waspada
Beberapa resiko serius dapat terjadi dengan bagi-bagi 9 T oleh Mas Menteri. Misalnya, pertama, siswa menggunakan kuota internet justru untuk hal-hal negatif. Anak-anak milenial punya caranya sendiri untuk menerobos berbagai aturan. Berbagai macam pendekatan yang efektif untuk milenial bisa dikembangkan.
Kedua, dana 9 T makin memperkaya perusahaan provider internet. Tentu saja ini menguntungkan provider. Mendapat order 9 T begitu saja siapa yang tidak berminat? Barangkali Mas Menteri bisa kerja sama dengan KPK untuk memastikan berjalan dengan baik.
Ketiga, salah prioritas. Apakah prioritas utama pendidikan kita adalah kuota internet? Atau dana 9 T akan lebih baik bila digunakan memperbaiki pendidikan Indonesia yang tidak melulu urusan kuota internet? Mas Menteri dapat menjawab ini dengan kajian yang tepat.
Salah prioritas juga bisa terjadi lebih serius. Dari mana Bu Menkeu memperoleh dana 9 T ini?
Sedikit ilustrasi saya pernah dapat kabar bahwa SPP siswa SMA digratiskan. Dana SPP siswa SMA ini diperoleh dengan mengalihkan dana bantuan sosial untuk fakir miskin. Hal semacam ini bisa salah prioritas. Fakir miskin yang harusnya mendapat dana justru dipotong dibagikan untuk SPP SMA yang mungkin saja mereka orang-orang kaya.
Bu Menkeu tentu saja punya kajian dan dapat menjelaskan dengan baik sumber dana 9 T ini.
Dengan semangat, saling membantu, saling mengingatkan semoga kita semua bisa berkontribusi untuk memajukan pendidikan Indonesia.
Bagaimana menurut Anda?
