Simple Philosophy – Filsafat Sederhana

Filsafat sudah mati menjelang tahun 2000. Sampai kini masih tetap mati. Apakah bisa hidup kembali?

Mati lalu hidup kembali adalah hal wajar di dunia filsafat dan keilmuan pada umumnya. Ribuan tahun lalu filsafat sudah mati dihajar kaum skeptis. Lalu hidup lagi oleh Socrates – Plato – Aristoteles. Kemudian mati lagi dan hidup lagi di tangan Al Farabi – Ibnu Sina – Ibnu Rusyd.

Tentu saja mati lagi dan terjaga lagi di era Descartes – renaisans – modernis.

Dan sekarang mati lagi di tangan para postmodernis.

Drawing of a bearded man in Arabic garb
Averrous

Kita sedang menantikan kelahiran kembali filsafat setelah melewati tahun 2000. Pun setelah mengalami pandemi covid-19.

Sedikit catatan, apa yang saya ceritakan di atas adalah sedikit sudut pandang sejarah filsafat. Sudut pandang yang lain bisa saja berbeda.

Misalnya filsafat islam ketika dianggap banyak orang sudah terhenti dengan meninggalnya Averrous (Ibnu Rusyd) pada abad ke 12 M yang terjadi justru sebaliknya.

Filsafat islam tumbuh pesat dengan karakter khas islam dimulai pada pada abad ke 12 M.

Sebut saja filsafat illuminasi dengan tokoh utama Suhrawardi hidup pada tahun 1154 – 1191. Sejaman dengan Averrous tapi luput dari kajian sarjana barat barangkali karena karya filsafat Suhrawardi yang begitu berbeda dengan sebelum-sebelumnya. Tetapi di jaman kontemporer ini, pendekatan Suhrawardi, hikmah Al Isyraq kembali banyak digandrungi.

Ibnu Arabi adalah tokoh besar filsafat islam pada tahun 1165 – 1240. Pernah bertemu dengan Averrous dan hidup sampai sekitar 50 tahun kemudian setelah wafatnya Averrous. Lagi-lagi filsafat Ibnu Arabi begitu besar, komplek, sintesa dengan mistisisme bisa saja luput dari kajian sarjana pada umumnya. Di jaman ini berkembang lagi kajian tentang Ibnu Arabi.

Jalaluddin Rumi tokoh besar yang terkenal dengan sajak-sajak cinta. Hidup setelah masa Averrous (1207 – 1273) dan sejaman dengan Ibnu Arabi. Gaya filosofis Rumi justru mirip dengan posmodern dalam beberapa aspek. Serta mendahului Bergson membahas elan vital, cinta, berjarak 700 tahun sebelumnya.

Mulla Shadra puncak filsafat islam. Shadra berhasil men-sintesa-kan semua aliran filsafat pada jaman sebelumnya dan memperkaya dengan metode iluminasi irfan. Dari ajaran Plato – Aristoteles – Ibnu Sina – Suhrawardi – dan Ibnu Arabi. Shadra memperkuat eksistensialisme, berinovasi dengan tasykik (sistematis ambigu), dan gerak substansial. Semua problem filsafat paling sulit dipecahkan Shadra dengan apik yang hidup pada tahun 1571 – 1635 M. Hampir sejaman dengan Descartes dan Newton.

Saya bermaksud akan menulis serial filsafat sederhana, simple philospy, di sini.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: