Iman Dulu atau Ilmu

Jokowi adalah presiden terbaik Indonesia? Donald Trump adalah presiden yang baik?

Coba kita fokus ke Trump apakah presiden yang baik atau buruk. Data dari media tersebar luas di seluruh dunia. Bahkan saat ini Trump sedang bertarung lawan Biden untuk kursi presiden baru. Inilah kesimpulan dari banyak data itu,

Trump adalah presiden yang buruk.

Jokowi Undang Donald Trump ke Indonesia

Analisis nytimes, washingtonpos, nbc, dan lain-lain menunjukkan Trump adalah presiden yang buruk. Tapi tidak selalu begitu!

Bagi pendukung Trump, justru Trump adalah presiden yang baik. Mereka juga membaca nytimes, washingtpos, nbc, dan lain-lain itu. Kesimpulannya jelas: Trump adalah presiden yang baik.

Survey baru-baru ini dilakukan setelah Trump debat melawan Biden dalam kampanye calon presiden Amerika. Siapa pemenang debat itu?

Pemenangnya adalah Trump, menurut pendukung Trump. Pemenangnya adalah Biden, menurut pendukung Biden. Mereka jelas-jelas menonton debat capres yang sama. Data sama tapi kesimpulan berbeda. Kejadian yang mirip adalah ketika debat capres Jokowi lawan Prabowo. Pemenangnya adalah sesuai masing-masing pendukung.

Kesimpulan lebih besar dipengaruhi oleh keyakinan dari pengetahuan.

Jadi, iman lebih menentukan dari ilmu.

Meski kita perlu kedua-duanya, iman dan ilmu, pengalaman menguatkan hipotesis bahwa iman lebih besar pengaruhnya. Keyakinan lebih besar pengaruhnya dari pengetahuan.

Kita bisa menganalisis lebih jauh bahwa setiap data, atau pengetahuan, membutuhkan data pendukung. Pada gilirannya data pendukung akan membutuhkan pendukung yang lebih awal lagi. Yang pada akhirnya, kita akan berhenti pada data tertentu. Data paling dasar tersebut tidak lagi didukung oleh data pendukung. Data paling dasar tersebut hanya didukung oleh keyakinan saja.

Dengan asumsi tidak ada bias setiap menganalisis data, kita pasti sampai kepada data dasar terakhir yang tanpa didukung data lagi. Bila ditambah ada kemungkinan bias dalam menganalisis dan memilih data maka makin sulit lagi mempertahankan keabsahan suatu kesimpulan.

Kembali ke pertanyaan awal, apakah Jokowi presiden terbaik Indonesia?

Maka keyakinan kita akan lebih banyak menentukan jawaban di atas dibanding data-data yang ada.

Apakah ini bermakna segala sesuatu adalah relatif? Seperti yang terus didengung-dengungkan para posmodernis? Dari Derrida, Lyotard, Baudrillard, dan lain-lainnya yang sudah mengumandangkan kematian makna?

Saya kira bukan relatif. Tetapi ada keterbatasan kita untuk mengetahui sesuatu secara hakiki. Kita hanya mengetahui beberapa persen. Dan seharusnya kita yakin tidak sampai seratus persen. Masih menyediakan ruang kemungkinan untuk pengetahuan yang berbeda.

Saya lebih setuju menggunakan istilah ketidakpastian. Pengetahuan kita tidak 100% pasti. Sesuai konsep ketidakpastian Heisenberg dan gelombang Schrodinger. Meskipun, Einstein yakin bahwa Tuhan tidak sedang bermain dadu tapi kita tidak tahu pasti apa yang sedang dimainkan.

Kita wajib terus belajar. Menambah ilmu. Agar makin dekat dengan kepastian – yang selalu terselip ketidakpastian. Dan iman akan menguatkan ilmu dan saat yang sama ilmu menerangi iman.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: