Tupoksi TNI Vs Baliho HRS

Pangdam Jaya memerintahkan untuk menurunkan Baliho Habib Rizieq Shihab di Jakarta. Melalui video yang tersebar, Pangdam Jaya mengkonfirmasi. Bahkan bila perlu bubarkan FPI, dari viedo yang sama.

Pro-kontra langsung muncul merespon TNI yang turun tangan menurunkan baliho HRS.

Kontra TNI

Bagi yang kontra, di antaranya anggota DPR, mengingatkan agar TNI kembali kepada tupoksi. Tugas pokok dan fungsi TNI tentu saja melindungi kedaulatan NKRI. Dan menurunkan baliho HRS tidak tercantum sebagai tugas TNI sesuai undang-undang tahun 2004 yang berlaku sampai sekarang juga, 2020.

PRO TNI

Kita amati bahwa salah satu tugas TNI sesuai undang-undang adalah “membantu tugas pemerintah di daerah”. DKI adalah daerah khusus ibukota. Maka sudah tepat langkah TNI menurunkan baliho sebagai perwujudan membantu pemda. Tentu itu versi yang mendukung Pangdam Jaya.

Tupoksi TNI sesuai UU

Apa yang Benar

Menurut Derrida, tokoh posmo, bahwa selalu ada peluang mendekonstruksi. Maka yang pro TNI akan selalu menemukan cara untuk mendukung TNI. Sedangkan yang kontra TNI akan selalu menemukan cara menyalahkan TNI. Derrida mengingatkan kita untuk tetap mempertimbangkan “yang lain” atau “the others”. Maka sikap respek dari semua pihak menjadi penting di sini.

Derrida Dibujo.jpg
Derrida

Sementara, Focault, tokoh posmo juga, menyoroti hubungan dekat antara pengetahuan (informasi) dengan kekuasaan. Di mana kekuasaan cenderung menguasai informasi, mengendalikan, dan memanipulasinya. Maka kita perlu waspada kepada pihak-pihak yang berkuasa. Dalam kasus penurunan baliho HRS maka siapakah yang berkuasa mengendalikan informasi? Meski tentu saja penguasa bisa saja jujur.

Sejatinya kita bisa menganalisis dengan pendekatan analytic Russell yang sekarang dikembangkan Searle. Metode ini akan mengantarkan kita kepada hasil yang lebih benar – probabilitasnya lebih besar. Masalahnya, probabilitas besar tidak ada jaminan itu benar. Sedangkan probabilitas kecil juga tidak dijamin salah. Maka saran saya perlu dikembangkan “komunikasi rasional” gaya Habermas. Dan tetap respek terhadap dissensus seperti Lyotard. Di saat yang sama mari kita pastikan kita berjuang demi kebaikan kita bersama.

Bagaimana menurut Anda?

Iklan

Diterbitkan oleh Paman APiQ

Lahir di Tulungagung. Hobi: baca filsafat, berlatih silat, nonton srimulat. Karena Srimulat jarang pentas, diganti dengan baca. Karena berlatih silat berbahaya, diganti badminton. Karena baca filsafat tidak ada masalah, ya lanjut saja. Menyelesaikan pendidikan tinggi di ITB (Institut Teknologi Bandung). Kini bersama keluarga tinggal di Bandung.

Tinggalkan komentar

Isikan data di bawah atau klik salah satu ikon untuk log in:

Logo WordPress.com

You are commenting using your WordPress.com account. Logout /  Ubah )

Gambar Twitter

You are commenting using your Twitter account. Logout /  Ubah )

Foto Facebook

You are commenting using your Facebook account. Logout /  Ubah )

Connecting to %s

%d blogger menyukai ini: